Warga Bandar Lampung Antusias Sambut Gas Bumi PGN
Tahun itu, warga akan menikmati gas bumi dari Perusahaan Gas Negara untuk pertama kalinya
Penulis: Gustina Asmara | Editor: soni
Tahun 2017, akan menjadi momen baru bagi masyarakat Kota Bandar Lampung. Tahun itu, warga akan menikmati gas bumi dari Perusahaan Gas Negara untuk pertama kalinya. Tak tanggung-tanggung, PGN akan memasang 12 ribu sambungan gas bumi ke rumah tangga yang instalasinya diberikan secara gratis oleh pemerintah.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Hujan deras baru saja mengguyur Kota Bandar Lampung dari sore hingga Sabtu (1/10/2016) malam, sekitar pukul 19.00 WIB. Kendaraan melaju dengan kecepatan sedang. Ada yang berbelok ke pusat-pusat perbelanjaan, ada pula yang ke kafe-kafe untuk sekedar nongkrong bersama teman di sepanjang Jalan Teuku Umar, Kota Bandar Lampung.
Di salah satu kantor kelurahan, tepatnya Kelurahan Sukamenanti Baru, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, tak kalah ramai. Puluhan warga, mulai dari ibu-ibu hingga bapak-bapak berdatangan ke kantor tersebut. Cuaca dingin dan jalanan yang basah tidak menyurutkan langkah warga untuk datang ke kantor kelurahan yang berada di pemukiman padat penduduk itu.
Di depan mereka, telah hadir tim dari PGN, Lurah Sukamenanti Baru, plus layar proyektor yang menampilkan tulisan "Paparan Publik Informasi Berlangganan Gas Pelanggan Jargas ESDM 2017, Energi Baik Gas Bumi, Wujud PGN Sayang Ibu".
Malam itu, rupanya warga akan mendengarkan sosialisasi mengenai pemasangan gas bumi oleh pihak PGN. "Waktunya menyesuaikan permintaan warga. Makanya dilaksanakan malam hari. Warga bisanya kapan, kami ikuti. Termasuk lokasinya. Kadang di kantor kelurahan, ada juga warga yang minta sosialisasi di masjid atau di rumah," ujar Indah Fajar Setiawati, tim dari PGN.
Tepat pukul 20.00 WIB, acara dimulai. Sedikit pembukaan dari Lurah Sukamenanti Muslimin, kemudian pemaparan dari pihak PGN. Warga nampak serius mendengarkan, bahkan beberapa ibu rumah tangga nampak sudah siap dengan buku kecil dan pulpennya untuk mencatat.
Pemaparan dimulai dengan pemutaran video mengenai perbedaan memakai gas elpiji dengan gas bumi. Disebutkan, gas bumi lebih aman karena tekanannya lebih rendah dari udara, mudah penggunaannya karena warga tinggal memutar kompor gas saja, tidak perlu membeli gas ke luar rumah saat kehabisan. Lalu, hemat karena harganya 50 persen lebih murah dari gas elpiji dan harga stabil. Terakhir, praktis dan ramah lingkungan.
Kemudian warga diminta sharing pengalamannya memakai gas elpiji. Warga pun saut menyahut menjawab. Ada yang mengatakan, regulatornya sering bocor, saat beli tidak langsung hidup, karetnya sering tidak pas, sekarang gas elpiji sedang langka, harga Rp 20 ribu namun saat Lebaran naik jadi Rp 25 ribu, dan lainnya.
"Nah bapak-bapak, ibu-ibu, gas bumi dan gas elpiji, sama-sama gas. Perbedaannya, jika gas elpiji bocor, gasnya mengumpul ke bawah karena sifatnya lebih berat dari udara dan jika ada pemicu api, maka berisiko terjadi kebakaran. Sementara gas bumi sifatnya bergerak ke atas, sebab beratnya lebih kecil dari udara. Sehingga saat terjadi kebocoran, gas akan keluar bersama udara. Sehingga lebih aman dan risiko kebakarannya sangat minim," ujar Findra Agustian, tim PGN.
Diteruskan dia, terkait karet, gas bumi tidak perlu repot memasang karet dan tidak khawatir akan kehabisan. Sebab, gas bumi mengalir langsung dari pusatnya ke rumah warga, jadi tidak akan kehabisan. Warga juga tidak perlu tempat penyimpanan, tidak perlu isi ulang, tidak perlu transportasi pengangkutan, tidak akan kahabisan gas bumi, tekanan rendah tidak akan menimbulkan ledakan. "Sistemnya sama dengan air pam. Warga tidak perlu cari, selama instalasi terpasang, warga bisa terus dapatkan dan pakai gas bumi. Sama seperti air, warga juga bisa pakai dulu, baru bayar," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, tim PGN juga menjelaskan mengenai harga gas bumi yang jauh lebih murah dibanding gas elpiji. Perbandingannya, jika warga memakai gas elpiji 3 kg 4 tabung habis Rp 80 ribu, maka dengan gas bumi dengan pemakaian sama hanya bayar Rp 33.400. Begitu juga jika warga memakai gas elpiji ukuran 12 kg, jika harus bayar Rp 120 ribu, maka dengan gas bumi cukup bayar Rp 57.600.
"Jadi 1 meter kubik gas bumi itu sama dengan 1 kg gas elpiji. Untuk harga gas bumi ditetapkan oleh pemerintah. Terakhir, info manfaat yang didapat warga, harganya 50 persen lebih murah dibanding elpiji," ujar Findra.
PGN juga menjelaskan mengenai pemakaian miniuman per bulan yakni 10 meterkubik atau sekitar 10 kg tabung elpiji dan maksimul 50 m3 atau 4 tabung gas elpiji 12 kg. "Masyarakat kan biasanya kalau ada pesta atau hajatan suka masak-masak tuh. Nah jika membutuhkan gas bumi lebih dari 50 m3 tadi, maka bisa menghubungi pihak PGN. Nanti akan dibuatkan sambungan temporary. Warga tinggal menelepon saja pihak PGN," ujarnya.
Instalasi Gratis
Setelah beberapa menit penjelasan pihak PGN, warga pun mulai ramai bertanya. Bahkan Lurah Sukamenanti Baru, Muslimin, tak henti-henti mengajukan pertanyaan. "Saat ini kan, semua warga sudah memiliki kompor gas dan selangnya. Nah kompor lama ini masih bisa dipakai tidak," tanya lurah.
Pertanyaan ini langsung dijawab pihak PGN yang mengatakan kompor gas lama dan selangnya masih bisa digunakan. Sebab, cara kerja penggunaan gas bumi ini sama dengan menggunakna gas elpiji. Nantinya, warga tinggal memasangkan selang kompor gas ke pipa saluran gas bumi yang terpasang di dapur.
Tak hanya itu, lurah juga kembali bertanya, "jika program pemasangan instalasi gratis ini sudah selesai, terus ada warga yang mau pasang lagi, bagaimana?". Pihak PGN pun langsung menjawab bahwa pemasangan 12 ribu sambungan gas bumi ini diberikan gratis dengan sasaran masyarakat menengah ke bawah. Program pemasangan instalasi gratis ini merupakan program Pemerintah Kota Bandar Lampung.
"Tahun 2014, wali kota Bandar Lampung mengirimkan surat kepada Kementerian ESDM agar warga Bandar Lampung ini bisa menikmati gas bumi. Sebab, gas bumi ini mengalir dari Sumatera hingga ke Jawa. Namun, warga Lampung hanya dilewati saja. Karena itu, wali kota meminta agar warganya dipasangi instlasi gratis, agar bisa menikmati gas bumi. Karena pemasangan ini gratis, maka pemerintah mengarahkan yang menerimanya adalah warga-warga menengah ke bawah," jelasnya.
Setelah program pemasangan pipa gas bumi gratis ini selesai, maka warga yang akan memasang akan dikenai biaya pemasangan instalasi sekitar Rp 3-4 juta per dapur. Terkecuali, kata Fiandra, Pemkot Bandar Lampung kembali mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk pemasangan instalasi gratis lagi.
"Jadi memang 12 ribu sambungan gas ini, tidak semua warga dapat, tidak semua kecamatan dapat. Dari 9 jutaan penduduk Lampung, yang dapat gratis cuma 12 ribu ini saja. Jadi warga sangat beruntung jika mendapatkan sambungan gratis ini," tambah Indah.
Usai lurah, giliran warga yang satu per satu bertanya kepada pihak PGN. Seperti Wahyudi, bapak lima anak ini bertanya, apakah rumah-rumah kontrakan bisa dapat gas bumi ini, sebab banyak warga yang rumahnya ngontrak dan ekonominya sangat terbatas, sehingga sangat membutuhkan gas bumi yang murah ini.
Lalu warga lainnya, Hanafi, dia menanyakan apakah gas bumi ini akan habis atau gasnya mandek, jika mandek bagaimana. Lalu, jika terjadi kebocoran bagaimana? Disusul kemudian Fitri, ibu muda ini bertanya, sambungan pipa gas bumi ini aman tidak. Sebab, di rumahnya banyak anak. Ia khawatir jika nantinya pipa dan meteran ini dimainkan oleh anak-anak.
Lurah juga kembali bertanya, apakah jika pemilik rumah pindah, saluran pipa gas buminya bisa ikut dipindahkan. Pertanyaan-pertanyaan menarik dari warga ini pun satu per satu dijawab oleh pihak PGN. Seperti, untuk rumah kontrakan memungkinkan untuk dipasang instalasi gratis, selama yang mendaftarkan pemilik kontrakan.
Mengenai keamanan pemakaian gas bumi, PGN kembali memutar video. Dalam video dijelaskan, jika warga mencium bau gas, atau meteran berputar sendiri padahal gas tidak dipakai, warga cukup melakukan penutupan keran pipa saluran gas bumi di bagian luar dan dalam, buka jendela, jangan nyalakan api, turunkan listrik, dan hubungai pihak PGN.
"Jika terjadi kebocoran, warga tidak perlu panik. Karena tidak akan meledak, pipa hanya akan menyemburkan api. Jadi bisa gunakan lap basah untuk menutup atau menggunakan alat pemadam api," kata Findra.
Menjawab pertanyaan Fitri, Findra pun mengatakan, pemasangan pipa gas bumi ke rumah warga sangat memperhatikan aspek keamanan. Bahkan saat pemasangan pun, warga akan diminta pendapatnya. Selain itu juga memperhatikan unsur keindahan dalam pemasangan.
Ia juga menjelaskan bahwa pasokan gas bumi sangat besar, sehingga belum akan habis. Menurutnya, baru-baru ini ditemukan cadangan gas bumi terbesar di dunia di Natuna. Cadangan gas itu bisa untuk puluhan tahun kedepan. Pihak PGN juga menjelaskan cara dan prosedur menjadi pelanggan PGN.
Ingin Daftar
Mendengar penjelasan pihak PGN, sebagian besar warga yang hadir mengaku tertarik jadi pelanggan PGN. Haryani misalnya, ia dengan antusias mengatakan, sangat tertarik menjadi pelanggan PGN. Apalagi, kata dia, saudaranya di Palembang ada yang sudah berlangganan. "Pakainya sangat mudah, dan murah," ujarnya dia.
Hal senada diungkapkan Juniarsih, warga RT 03, Kelurahan Sukamenanti Baru. Ia mengaku akan menjadi orang pertama yang mendaftar jadi pelanggan PGN. Menurut dia, selama ini, ia tidak bisa memasang tabung gas elpiji 3 kg yang biasa dipakainya di rumah.
"Saat gasnya habis, saya harus menunggu suami pulang kerja. Suami saya pulang kerjanya sore. Jadi kalau habis gas, ya berhenti masaknya. Kalau pakai gas bumi ini, jadi lebih mudah dan efisien. Gasnya langsung tersalur ke kompor, gak perlu gonta ganti tabung. Dan harganya juga murah," ujar dia.
Pernyataan tak jauh berbeda disampaikan Wahyudi. Tak kalah antusias dengan ibu-ibu, ia pun mengatakan bahwa program ini sangat membantu warga. Apalagi, ini mendapatkan subsidi dari pemerintah.
"Kalau mengajukan pemasangan sendiri ke PGN kan mahal, bisa Rp 4 juta. Ini dikasih gratis, senang sekali. Biaya untuk beli gas juga bisa lebih ringan. Istri saya dagang sayur matang di depan rumah, nah itu pakai gas elpijinya lumayan banyak. Nah kalau pakai gas bumi, bisa lebih hemat," kata dia.
Tidak hanya itu, ketua RT 01 ini juga mengatakan, akan mengimbau warga-warganya agar segera mengisi formulir berlangganan dan melengkapi persyaratan sehingga tidak terlewat dipasangi instalasi pipa gas bumi gratis dari pemerintah. "Ada 25 warga di RT saya itu yang ekonominya kurang beruntung. Saya akan imbau, jangan sampai ketinggalan. Ini program sangat membantu," ujarnya.
Sementara Lurah Sukamenanti Baru Muslimin mengatakan, ia sangat menyambut program tersebut. Ia pun akan mengumpulkan lagi para ketua RT agar mendukung program ini. "Saya juga akan mengumumkan ke warga-warga melalui masjid agar segera mengisi formulir dan melengkapi persyaratannya, sehingga tidak ada yang terlewat menjadi pelanggan PGN. Ini mumpung pemasangan instalasinya gratis, kalau bisa semua warga di Sukamenanti Baru ini dapat semua," ujarnya.
Kelurahan Sukamenanti Baru terdiri dari dua lingkungan, 10 RT, 714 rumah tinggal dan 928 kepala keluarga. Penduduknya 90 persen bermata pencarian sebagai buruh. "Harapannya, pemasangan instalasi pipa gas bumi gratis ini tidak tebang pilih. Semua warga saya di Sukamenanti Baru ini dapat semua," ujar lurah.
Sasar 9 Kecamatan
Pemasangan 12 ribu sambungan gas bumi dari PGN di Kota Bandar Lampung akan menyasar 9 kecamatan. Program yang merupakan penugasan dari Kementerian ESDM ini berawal dari usulan Wali Kota Bandar Lampung agar warganya bisa ikut menikmati gas bumi milik negeri sendiri. Surat tersebut telah dilayangkan sejak 2014 lalu.
"Surat tersebut dijawab di tahun ini. Pemerintah pusat mensetujui pemasangan instalasi pipa gas bumi untuk warga Bandar Lampung sebanyak 12 ribu sambungan. Pemasangannya diberikan secara gratis. Karena itu, tahun ini PGN melakukan sosialisasi dan survei, tahun 2017 mulai memasang instalasinya. Harapannya, sekitar Oktober 2017, warga sudah bisa menikmati dan memakai gas bumi ini di rumah masing-masing," jelas Sales Area Head PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Lampung, Wendi Purwanto, saat berkunjung ke kantor Tribun Lampung, beberapa waktu lalu.
Sementara Wali Kota Bandar Lampung Herman HN menyatakan sangat mendukung program pemasangan 12 ribu sambungan gas bumi ini. Karena pemasangan instalasi gratis, ujar wali kota, maka sasarannya adalah warga-warga kurang mampu dan di kecamatan-kecamatan yang banyak warga kurang mampunya. Ia pun memastikan akan mempermudah semua perizinan dalam memasang gas bumi tersebut.
Untuk pemasangan 12 ribu sambungan gas bumi itu, pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 164,5 miliar. Dijelaskan Wendi lagi, jika 12 ribu jaringan gas bumi ini benar-benar terpasang, Kota Bandar Lampung akan menjadi kota ketiga yang sambungan gas buminya terbanyak di Indonesia.
"Seluruh Jakarta saja, itu total sambungannya cuma 18 ribu. Medan ada 21 ribu. Itu sambungannya bertahap. Nah di Bandar Lampung ini luar biasa, langsung 12 ribu sambungan dalam satu tahun. Ini semua bisa terjadi, karena pemkot mengajukan usulan kepada pemerintah pusat," ujarnya.
Selain di Bandar Lampung, PT PGN juga mendapatkan penugasan untuk memasang sambungan gas bumi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan sebanyak 10 ribu sambungan. Dan di Semarang, Jawa Tengah dengan 5.000 sambungan. Jadi totalnya, PGN akan mengerjakan 27 ribu sambungan pada tahun 2017.
Di Lampung sendiri, jaringan utama gas bumi telah terpasang beberapa tahun lalu. Pipa distribusi sepanjang 90 km membentang dari Labuhan Maringgai hingga Panjang, Bandar Lampung. PGN juga telah membangun dua stasiun penerima gas. Lokasinya di Sutami dan Sekampung Udik. Stasiun ini mengatur aliran dan tekanan gas ke pelanggan. Selain itu, PGN juga telah membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jalan Soekarno Hatta, Bandar Lampung.
Sumber gas bumi ini sendiri berasal dari Sumatera Selatan, lalu ditransfer ke stasiun transmisi di Labuhan Maringgai. Dari sana, gas bumi dikirim ke Bandar Lampung melalui jaringan pipa yang saat ini sudah terpasang. Nantinya, gas bumi dari jaringan pipa utama akan dialiri ke rumah pelanggan dengan menggunakan pipa polietilena. Pipa ini fleksibel dan tahan korosif. Sehingga tahan hingga puluhan tahun.
Sebelumnya, gas bumi PGN telah dinikmati 15 industri besar di Lampung, 3 hotel, 2 pembangkit listrik PLN dan 1 SPBG. Di antaranya, Hotel Novotel, Hotel Aston, Hotel Sahid, PT Coca Cola Amatil Indonesia, PT Garuda Food Putra Prima, PT Bumi Menara Internusa, PT Nestle, PT Tunas Baru Lampung, PT Gizi Utama, PT Japfa Comfeed, PT Philips Seafood, PT LDC Indonesia, PT Aman Jaya Perdana, Golden Dragon.
Pengalaman Sejak 1974
Gas bumi memiliki peran penting di Indonesia dan di masa mendatang. Potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia berdasarkan status tahun 2008 mencapai 170 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87 TSCF, dengan komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to production (R/P) mencapai 59 tahun.
Karena potensinya yang besar, pemerintah melakukan kajian dan menetapkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2010-2025 dan menetapkan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional serta memprioritaskan pemanfaatan melalui Kebijakan Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi dalam Negeri.
Terkait dengan pemanfaatan gas bumi untuk domestik, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No 03 Tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Kebutuhan Dalam Negeri. Menteri ESDM menetapkan alokasi gas bumi untuk ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri secara optimal dengan mempertimbangkan ketersediaan infrstruktur dan keekonomian pengembangan lapangan gas bumi.
Selain itu dalam Permen ESDM No 03 Tahun 2010 Pasal 4 dijelaskan bahwa dalam rangka mendukung pemenuhan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, kontraktor wajib ikut memenuhi kebutuhan gas bumi dalam negeri dengan menyerahkan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari hasil produksi gas bumi bagian kontraktor.
PGN sendiri memiliki pengalaman panjang dalam mengelola gas bumi untuk rumah tangga. Sejak tahun 1974, PGN telah menyalurkan gas bumi untuk rumah tangga. Penyaluran pertama kali dilakukan untuk pelanggan rumah tangga di Cirebon, Jawa Barat. Untuk memperluas pemanfaatan gas bumi bagi rumah tangga, PGN sudah meluncurkan program PGN Sayang Ibu. Ini merupakan program penambahan jumlah pelanggan rumah tangga yang terus berlangsung hingga saat ini.
Hingga kuartal I-2016, PGN telah menambah pipa gas bumi sepanjang lebih dari 109 kilometer (km), saat ini totalnya mencapai lebih dari 7.100 km. Jumlah ini setara 76% dari total pipa gas bumi nasional.
Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso pernah mengatakan, PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.400 pelanggan rumah tangga. Selain itu, ada juga 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan, serta 1.576 industri berskala besar dan pembangkit listrik.
Pelanggan PGN tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, sampai Papua. Pada 2016 hingga 2019, PGN menargetkan penambahan pipa gas 1.680 km serta 110.000 sambungan gas yang diperuntukkan bagi rumah tangga.
Hemat hingga Rp 936 Miliar
Berdasarkan data Kementerian ESDM , dengan 1,3 juta sambungan gas bumi hingga 2018, negara bisa menghemat hingga Rp 936 miliar. Ada dua sumber penghematan. Pertama, penghematan per rumah tangga per tahun yang berpindah dari elpiji 3 kg ke gas alam Rp 180.000 per bulan. Asumsinya, tiap rumah tangga menggunakan tiga tabung LPG per bulan.
Kedua, penghematan dari subsidi per rumah tangga Rp 540.000 per per tahun, dengan asumsi subsidi Rp 5.000 per kg. Dari sini, total penghematan subsidi per keluarga per tahun mencapai Rp 720.000. Dari target 1,3 juta sambungan rumah, yang sudah terbangun sebanyak 204.766 sambungan. Dengan dana APBN setiap tahun hingga 2019, pemerintah akan membangun 900.000 sambungan.
Dari jumlah itu, PGN bertugas membangun 106.627 sambungan dan Pertamina 88.607 sambungan. Sesuai dengan target bauran energi nasional pada tahun 2025, pemerintah ingin menurunkan penggunaan minyak bumi dan meningkatkan penggunaan gas bumi. Salah satu caranya adalah melalui penggunaan Jaringan Gas Bumi untuk rumah tangga.(gustina asmara)