Tak Mau Mengemis, Istri Tetap Bekerja Meski Hidup di Gerobak dengan Suami Lumpuh
Kalau lagi tanjakan, saya capek banget. Kalau saya berhenti jalan, gerobaknya jatuh, nanti bapak juga jatuh.
Dirinya menolak untuk menjadi pengemis, walaupun terkadang harus berjibaku mengangkut beban berat di gerobak.
"Kalau lagi tanjakan, saya capek banget. Kalau saya berhenti jalan, gerobaknya jatuh, nanti bapak juga jatuh. Jadi sering sekali saya maksain buat angkut bapak. Saya capek, tapi saya nggak mau ngemis selama masih bisa nyari uang dengan keringat saya," tuturnya.
Lokasi tersebut juga menjadi tempat tinggal mereka berdua. Eli baru berhenti bekerja di malam hari saat lokasi yang ia pilih untuk menjadi tempatnya bernaung sementara waktu mulai ditutup.
"Yang penting tidur enggak kehujanan, biasanya di mini market Otista. Malem-malem kalau tokonya mau tutup, saya taruh bapak di sana untuk tidur," ucap Eli.
Hal tersebut menjadi titik balik bagi pasangan yang tidak memiliki anak ini.
Berasal dari kepedulian para pengunjung mini market itu, seorang warga yang tersentuh terhadap kondisi Zaenal, akhirnya menceritakan hal tersebut kepada Dinas Sosial (Dinsos).
"Sebelum dilaporkan warga, banyak yang ngasih sumbangan. Lalu, lama kelamaan petugas Dinsos datang, terus membawa bapak berobat ke Puskesmas. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," katanya sambil tersedu.
Zaenal ditemukan petugas Dinsos DKI Jakarta pada Jumat (30/9) malam. Petugas langsung membawanya ke Puskesmas Jatinegara lalu dirujuk ke Rumah Sakit Budhi Asih untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Kondisi Zaenal saat dikunjungi Warta Kota, mulai membaik. Ia terbaring lemas bersama selang infus yang dipasang di tangan sebelah kiri.
"Baik, Alhamdulillah," ucap Zaenal singkat.
Kendati demikian, menurut Eli, Zaenal tidak lagi bisa mengunyah makanan.
Zaenal dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang lembut.
Begitulah cerita pasangan suami istri yang hidup sebagai manusia gerobak. Eli tetap setia mendampingi Zaenal di situasi yang teramat sulit baginya. (m8)