Antisipasi Kekurangan Air di Bandar Lampung, PDAM Way Rilau Jalankan KPBU SPAM
Proyek itu bertujuan untuk mengantisipasi kondisi kekurangan air, yang semakin tumbuh di Bandar Lampung. Hal itu terjadi karena semakin banyaknya
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Ridwan Hardiansyah
Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Ahmad Solichin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Bandar Lampung, berawal dari pembiayaan air curah dari sistem penyediaan air minum secara penuh.
KPBU menangani sistem produksi dan sebagian jaringan distribusi. Sementara, sebagian lainnya akan dibiayai dari APBD dan APBN.
"Jadi, bentuk kerja sama masa konsesi selama 25 tahun hanya sampai sistem produksi oleh swasta. Sedangkan, pelayanan dan pemasaran masih tetap ditangani PDAM. Ini sesuai dengan PP Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum," papar Direktur Teknik PDAM Way Rilau, Suparji, Selasa (4/10/2016).
Proyek itu bertujuan untuk mengantisipasi kondisi kekurangan air, yang semakin tumbuh di Bandar Lampung. Hal itu terjadi karena semakin banyaknya hotel, pusat bisnis, dan sebagainya.
"Ini solusi atas permasalahan keterbatasan penyediaan air minum di Bandar Lampung. Karena memang, sumber alternatif lain tidak ada. Yang ada selama ini, sumber air tanah yang jika dijalankan terus menerus akan bermasalah," ungkapnya.
Pengerjaan proyek KPBU SPAM di Bandar Lampung ditargetkan selesai pada 2020 mendatang.
Tahapan proyek saat ini, menurut Suparji, baru pada penyiapan proyek supaya bisa ditawarkan ke pihak swasta. Tahap persiapan ditargetkan selesai pada 2016.
"Harapannya di tahun 2017, proses tender selesai. Dan, pembangunan akan dimulai di tahun 2018, dan diharapkan selesai pada 2020 mendatang," tuturnya.
Proyek KPBU SPAM Bandar Lampung mengambil sumber air di Way (Sungai) Sekampung, Tegineneng. Sementara, reservoir atau tempat penampungan air berada di Rajabasa, yang bertujuan mengurangi biaya operasional dan nilai investasi.
"Sumber air tersebut dipilih karena aliran sungai dengan debit air yang baik. Sebab walau memasuki musim kemarau, kondisi air masih bisa mencukupi," papar Suparji.
Tarif pelanggan nantinya akan disesuaikan, dengan menerapkan sistem bersubsidi untuk masyarakat. Suparji menjelaskan, tarif diperkirakan sekitar Rp 7.500/meterkubik.
"Untuk biaya pastinya, akan lebih besar dari tarif yang sekarang, yakni Rp 5.000/meterkubik, dengan konsekuensi kualitas air bertambah baik," tandasnya.