Warga Berdesakan Lihat Dewa Aji Tapakan Dikubur Hidup-hidup
Dalam liang tersebut sudah dimasukkan peti, yang menjadi tempat Dewa Aji Tapakan saat dikubur.
Pria yang akan melakoni peran sebagai layon dan akan dipendem atau dikubur tersebut langsung berdiri di depan liang.
Dalam liang tersebut sudah dimasukkan peti, yang menjadi tempat Dewa Aji Tapakan saat dikubur.
Ribuan masyarakat Banjar Adat Getakan berusaha mengabadikan momen langka tersebut.
Hari semakin gelap, Dewa Aji Tapakan memejamkan matanya sembari membawa sebatang dupa.
Dengan menggenakan pakaian serba putih, ia tampak sangat khusyuk berdoa.
Meskipun akan dikubur, tidak tampak raut ketakutan atau kekhawatiran dari wajahnya.
"Beliau (Dewa Aji Tapakan) sudah siap jasmani dan rohani untuk ngayah. Kita serahkan semuanya pada Ida Sesuhunan, karena beliaulah yang berkehendak," ujar Dewa Sukaryanida, kerabat dari Dewa Aji Tapakan.
Tepat pukul 18.50 Wita, prosesi di setra tersebut selesai.
Petapakan Ratu Mas Bukit Jati, Ratu Mas Dalem Lingsir, Ratu MasKlungkung, dan Petapakan Barong Ket kembali memargi menuju Balai Banjar Adat Getakan.
Pementasan Calonarang mependem dimulai pukul 20.00 Wita.
Penonton pun membeludak. Calonarang Watangan Mependem diBanjar Adat Getakan ini benar-benar mampu menarik perhatian masyarakat Bali.
Buktinya, penonton yang hadir bukan hanya dari Klungkung tapi hampir seluruh Bali.
Seperti Ketut Wiryanata bersama istrinya, Ni Luh Warti.
Warga Penebel Tabanan ini rela jauh-jauh datang ke Desa Getakan untuk membayar rasa penasaran mereka menonton Calonarang dengan layon mependem.
"Saya dan istri saya sudah dari jam lima sore sampai ke Getakan. Kami memang senang menonton Calonarang. Calonarang di sini unik. Baru pertama kalinya kami tahu ada Calonarang dengan layonnya dikubur, jadi kami luangkan waktu untuk nonton," ujar Wiryanata yang mengaku datang ke Klungkung dengan mengendarai sepeda motor.
