Di Daerah Ini, Uang Tak Layak Edar Capai Rp 10 Miliar per Bulan
Sejauh ini, masyarakat yang mau melaporkan, atau bahkan menukarkan hal semacam itu, masih minim.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANJUNG SELOR - Perilaku beberapa masyarakat yang kerap mencoret-coret uang kertas, tidak saja sebatas mengurangi nilai estetika uang.
Lebih dari itu, mencoret-coret uang dengan meninggalkan bekas yang sukar dihilangkan, bisa dianggap kurang menghargai dan menghormati jasa pahlawan, termasuk beragam keanekaragaman hayati dan kebudayaan Tanah Air di dalamnya.
"Momentum hadirnya uang berdesain baru, bisa kita gunakan untuk mengubah perilaku beberapa orang, yang biasa mencoret-coret uang. Mungkin, masih banyak yang belum paham. Ini merupakan salah satu identitas bangsa. Uang perlu dijaga supaya tetap rapi dan bersih," kata Kepala Bank Kaltim Cabang Tanjung Selor, Ivan Kusnandar saat disambangi Tribun Kaltim, Kamis (22/12/2016).
Dalam kurun waktu Januari hingga November 2016, bank-bank di Tanjung Selor telah banyak menarik peredaran uang, yang tidak layak edar.
Kriteria uang tidak layak edar, seperti adanya noda, sobek, ada coretan pulpen dan sejenisnya, dan tampak lusuh.
Total uang tidak layak edar yang berhasil dirangkum mencapai Rp 5 sampai Rp 10 miliar per bulan.
Atau sepanjang Januari-November, jumlahnya bisa mencapai Rp 55 miliar atau bahkan Rp 110 miliar.
"Itu sangat besar sekali," ujar Ivan Kusnandar.
Uang yang tidak layak edar bisa ditukarkan ke bank-bank.
Bank akan mengganti dengan uang yang baru, dengan nominal yang ditukarkan.
Sejauh ini, masyarakat yang mau melaporkan, atau bahkan menukarkan hal semacam itu, masih minim.
"Kami coba sosialisasi terus. Selain itu, kami coba tempatkan uang-uang yang baru di swalayan-swalayan," kata Ivan Kusnandar.
Uang tidak layak edar yang terkumpul setiap dua bulan sekali, diserahkan ke Bank Indonesia untuk dimusnahkan.
"Mudah-mudahan dengan hadirnya uang baru ini, masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga dan memelihara fisik uang supaya tetap layak edar," ujar Ivan Kusnandar.