Tak Tamat SD, Pemuda Petani Nikahi Bule Jerman dan Menjadikannya Muallaf
Sebelum menghalkan hubungan, seperti gaya hidup pemuda-pemudi masa kini, mereka juga sempat menjalani masa pacaran.
Sumardin dan Ermina yang ditemui TribunLutra.com di kediamannya di Baloli, mengatakan awal pertemuan mereka terjadi saat Ermina berkunjung ke Baloli.
Di desa yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pusat Kota Masamba, ibu kota Luwu Utara itu, Ermina bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah Rumah Pohon, rumah untuk tempat belajar bahasa Inggris untuk warga setempat.
"Awal bulan tiga (2016) saya datang di sini (Baloli) tinggal di rumah Adnan (rekannya) untuk project Rumah Pohon," kata Ermina dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.



Dalam project Rumah Pohon itu tersebut Sumardin juga ikut menjadi penggiat.
Aktivitas sebagai penggiat Rumah Pohon menjadi sambilan, dimana pekerjaan sehari-hari Sumardin adalah mengelola kebun.
Pekerjaan itu dilakoni karena pendidikan rendah.
"Saya tidak tamat SD (sekolah dasar)," kata Sumardin.
Kendati pendidikannya rendah, namun jiwa sosial Sumardin tinggi.
Semangatnya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa bagi warga masyarakat di desanya tak pernah pudar.
Sama dengan istrinya kini.
Semangat, jiwa yang ditumpahkan di Rumah Pohon membuat mereka bisa menyatu.
"Di situ awalnya kita mulai kenalan," katanya menambahkan.
Setelah berpacaran beberapa bulan, hasrat untuk hidup bersama selamanya timbul pada bulan September 2016.
"Pada bulan sembilan (September), kami mengurus berbagai persyaratan untuk bisa menikah," katanya.
Sebelum menikah, Ermina memutuskan menjadi mualaf.