Penggunaan Antibiotik Berlebihan Ancam Imunitas

Gatot menegaskan pernyataannya tersebut berdasarkan penjelasan profesional di bidang medis, Bidan Luci Indra, yang juga seorang praktisi ATS.

Penulis: anung bayuardi | Editor: Reny Fitriani

TRIBUNLAMPUNG.CO.id, KOTABUMI - Penggunaan antibiotik berlebihan atau tidak sesuai fungsinya akan membuat imunitas semakin melemah, ujar Pelaksana Tugas Kepala Satuan Unit Khusus Banser Husada Satkorwil Lampung Gatot Arifianto, di Kotabumi, Lampung Utara, Senin (25/9).

Pernyataan itu disampaikan Gatot pada masyarakat yang mengikuti bakti sosial penyembuhan alternatif penyakit medis dan non medis Aji Tapak Sesontengan (ATS) dalam rangka memperingati Hari Tani, di Kantor PC GP Ansor Lampung Utara, Jalan Punai Indah, Tanjung Harapan, Kotabumi Selatan.

Pada kegiatan terselenggara atas kerjasama Satkorwil Banser Lampung, Gusdurian Lampung, Yayasan ATS Global Indonesia Tim Swarna Raya, PC GP Ansor Lampung Utara dan Risma Masjid At Taqwa itu, Gatot menegaskan pernyataannya tersebut berdasarkan penjelasan profesional di bidang medis, Bidan Luci Indra, yang juga seorang praktisi ATS.

Perempuan berhijab itu mengaku termotivasi memiliki ATS guna mengurangi pemakaian antiobiotik bagi pasien ditanganinya.

“Saya pribadi ingin mengurangi pemakaian obat berlebihan terutama pemakaian antibiotik terhadap pasien guna menekan kesakitan terhadap pemakai antibiotik itu karena jika berlebihan menjadi ancaman imunitas,” kata Luci.

Ahli Madya Kebidanan itu menerangkan, tidak semua penyakit selesai dengan obat. "Di zaman modern seperti ini, orang berfikiran sudah sangat jauh kedepan sehingga melupakan cara pengobatan leluhur kita dahulu,” kata dia lagi.

Luci menambahkan, ATS yang merupakan warisan jenius leluhur nusantara tersebut sangat luar biasa dan sangat masuk akal berdasarkan fakta ia temukan di lapangan sehingga layak disebut amazing (menakjubkan), truthful (bisa dipercaya), dan smart (cerdas).

“Sebagai contoh, pasien dengan tensi 164/92 setelah saya sonteng kemudian saya cek lagi tensinya  jadi 126/70,” ujar Luci lagi

Dibandingkan disiplin ilmu lain, ATS lebih mudah digunakan, tidak ribet, begitu diaktivasi atau diijazahkan senilai Rp1 juta langsung bisa digunakan.

Pengandaian sederhana aktivasi ATS yang telah terdaftar di Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-0001378. AH. 01. 12. Tahun 2017/ 20 Januari 2017 seperti beli telepon genggam, langsung bisa dipakai.

“Penyembuhan medis jelas ada yang dikonsumsi, yaitu obat. Sementara dengan ATS cuma ditepuk-tepuk lembut saja. ATS sungguh membantu saya dalam menangani penyakit medis,” kata Bidan Luci yang saat ini tercatat sebagai warga RT 008 RW 004, Pesikaian, Cerinti, Sengingi, Riau.

Pasca stroke, Ahmad, warga Tanjung Harapan, Kotabumi Selatan tidak lancar berbicara sehingga malu berbicara. Namun setelah beberapa menit diterapi, ia sudah bicara lancar dan tertawa senang atas perubahan ia dapatkan.

Gatot melanjutkan, ATS murni hasil riset dan pengembalian pengetahuan leluhur Nusantara dengan basic (landasan) DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika yang dapat diturunkan. ATS bisa dipelajari siapa saja, dari anak kecil hingga lanjut usia.

Metode ATS juga tanpa menggunakan tehnik pernapasan tertentu, tanpa membutuhkan meditasi, tanpa ada melakukan puasa atau pun puasa khusus, tanpa menjurus agama tertentu, tanpa menggunakan tehnik prana, tanpa ada pelatihan selanjutnya, tanpa pantangan, tanpa menggunakan alat bantu apapun di luar diri, tanpa menyakiti makhluk hidup lainnya serta keberadaannya, juga tanpa melibatkan makhluk halus/sihir.

"ATS tidak berhubungan dengan hal mistis atau klenik karena jalur ilmiahnya jelas, DNA. Dan itu alasan kenapa kami berani menyatakan dan optimistis bisa menyembuhkan penyakit vertigo dan ginjal diderita Ketua DPR RI Setya Novanto," kata dia lagi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved