Melahirkan Caesar - Curhat Ibu Ditindih Dokter hingga Bagian Ini Dicukur
Curhat Ibu Melahirkan Caesar, Ditindih Dokter hingga Bagian Ini Dicukur...
8. Dicari: Perawat Tangguh!
Pasca operasi, hidup kami bergantung pada perawat tangguh. Perawat di sini bukan profesi orang rumah sakit itu, melainkan keluarga atau kerabat yang merawat kita. Mereka harus selalu siaga satu, anti-capek, dan nggak takut darah. Setidaknya 24 jam pertama pasca operasi, kita nggak bisa merawat diri apalagi merawat bayi.
Nah, perawat ini yang menangani semuanya mulai dari mengganti popok, membedong bayi, sampai mengambilkan bayi dari kereta ke kasur untuk disusui. Dia juga yang menyuapi kita makan dan minum, mengawasi air seni di kantong kateter, mengambilkan ini-itu, bahkan mengganti pembalut. Terima kasih pak suami dan emak, Perawat Tangguh!
9. Tidur miring itu prestasi, duduk tegak itu juara
Kita dihadiahi sayatan sekitar 15 cm di bawah perut oleh SC. Ini bukan lecet ya, tapi sayatan. Jadi sakitnya sungguh dahsyat, nggak bisa diremehkan.
Jangankan turun dari tempat tidur, gerak saat berbaring saja sakit. Meski demikian, kami harus latihan tidur miring. Iya, tidur miring doank. Bisa tidur miring satu menit sehari setelah operasi saja sudah prestasi lho, apalagi kalau bisa duduk. Beuh, juara!
10. Latihan nafas buat nahan bersin dan batuk
Nggak jadi bersin itu nyebelin nggak sih? Lebih nyebelin lagi kalau harus menahan bersin. Batuk juga. Soalnya, bersin dan batuk pasca SC itu bisa jadi bencana banget. Hentakan di perut saat bersin-batuk itu lho, sakitnya warbyasak! Jadi daripada jahitan rusak, perut makin nggak karuan, ditahan aja batuk dan bersinnya buat kapan-kapan. Hehe..
11. “Sudah bisa duduk, Bu?”
Setiap sekian jam, perawat masuk ke kamar. Entah cek tekanan darah, cek infus, dan sebagainya. Dan setiap perawat yang masuk, saya ulangi, SETIAP perawat yang masuk akan bertanya, “Sudah bisa duduk, Bu?”. Bonus: "Sudah bisa kentut, Bu?" Yang bonus ini boleh dijawab, "Sudah, mau bukti?"
12. ‘Nyeri’ di luar sayatan
Ada lagi sumber nyeri selain bekas operasi. Pertanyaan dan komentar orang-orang. Terkadang yang satu ini justru bikin nyeri di ulu hati dan nggak bisa diredam pain killer. “Kenapa SC?”. Siapkan template jawaban, karena pertanyaan ini yang paling sering diajukan.
“Kayaknya orang jaman dulu nggak ada yang SC, tapi lancar-lancar aja lairannya.” Betul Jeng, makanya dulu angka kematian ibu & bayi tinggi banget. “Enak donk nggak ngerasain sakitnya kontraksi.”
Yang VB juga enak kok Jeng, nggak ngerasain sakit di bawah perut selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan. “Sayang ya, padahal kan pahalanya ibu yang melahirkan normal lebih banyak.” Situ malaikat pencatat amalan, Jeng?"
Kesimpulannya, melahirkan melalui vagina maupun operasi sesar itu sama saja. Sama sakitnya, sama berjuangnya.
Kalau VB sakit sebelum lahiran, kalau SC sakitnya setelah lahiran. Bagaimanapun cara Emak melahirkan kalian adalah pahlawan
Diketahui kisah ini pertama dibagikan oleh Tika We di laman surat pembaca di sebuah situs portal online, 13/8/2017.
https://www.facebook.com/tikawe
Kisah yang dialami Tika We ini kemudian beredar di media sosial seperti yang diunggahulang oleh akun Facebok: Mamanya Feriko Dirga.
Sejak diunggah postingan ini telah dibagikan 43.476 kali dan mengumpulkan 23 ribu like.
Netizen memberikan komentar positif dan memberikan simpati kepada ibu yang melahirkan secara caesar.
(Tribunstyle.com/Verlandy Donny Fermansah)