Perasaan Takut Tetap Ada, Ibu-ibu Nekat Bawa Anak Lakukan Ini
Perasaan takut tetap ada, ibu-ibu nekat bawa anak lakukan Ini. Tuntutan hidup membuatnya nekat pindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Perasaan takut tetap ada, ibu-ibu nekat bawa anak lakukan Ini.
Tuntutan hidup membuatnya nekat pindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
Baca: Geram! Massa Kepung Oknum Polisi yang Buang Tembakan dan Hajar Tukang Cukur, Begini Nasibnya
Baca: Hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Institusi Demokrasi, DPR Nomor Berapa Ya?
Lalu lalang kendaraan yang sewaktu waktu bisa mencelakaan dirinya, tidak dia pedulikan.
Dirazia hari ini, besok turun lagi. Begitulah potret pengemis di antaranya terdapat ibu-ibu.
Dalam dua bulan terakhir, Badan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung telah mengintensifkan razia terhadap anak jalanan, gelandangan dan pengemis.
Selama itu pula, petugas telah mengamankan puluhan anjal dan gepeng. Namun, faktanya masih banyak anjal dan gepeng yang muncul di persimpangan lalu lintas.
Pantauan Tribun di sejumlah lokasi, Minggu (26/11), anjal dan gepeng terlihat asyik meminta belas kasihan para pengendara. Seperti yang terlihat di Tugu Adipura sekitar pukul 16.16 WIB.
Baca: Pakai Hijab Lebar di Tanah Suci, Via Vallen Justru Kena Cacian Warganet, Kenapa Yah?
Wanita berkerudung warna ungu dengan mangkok kuning di tangan tanpa sungkan mengetok jendela mobil.
Dari sekian banyak mobil yang berhenti, ada pengemudi yang membuka jendela dan menyerahkan selembar rupiah, tapi banyak juga yang tidak.

Sementara di bawah flyover Juanda-Gajah Mada, nampak dua anjal yang mengamen menghampiri setiap kendaraan berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Pun begitu di traffic light Pahoman. Kondisi serupa juga terlihat di traffic light Jalan Sultan Agung, dan traffic light Damri Jalan Soekarno Hatta.
Juliah (40), warga Telukbetung Selatan mengaku terpaksa mengemis bersama anaknya di bawah flyover Juanda-Gajah Mada karena membantu suami menafkahi keluarganya.
Menurut Juliah, ia setiap hari mengemis dan anaknya mengamen di perempatan tersebut.
"Suami hanya mengojek dan penghasilan tak menentu, kalau saya ini paginya memang buruh cuci baju. Saya lakukan ini karena memang mendesaknya kebutuhan ekonomi," kata Juliah saat diwawancarai, Minggu (26/11).
Juliah mengakui bahwa terkadang malu dengan meminta uang dari belas kasihan dari orang lain.
Namun, semua itu dilakukannya karena terpaksa agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah.
Menurut Juliah, kalau hanya mengandalkan upah dari buruh cuci juga tidak cukup, karena banyaknya kebutuhan hidup.
"Anak paling tua sekolah di SMK Satu Nusa. Jadi butuh biaya besar karena memang sekolah swasta. Ada juga yang masih SMP dan SD. Nah, yang SD dan SMP ini saya bawa karena di rumah nggak ada yang jaga," ujarnya.
Baca: (FOTO) Longsor dan Pohon Tumbang Lumpuhkan Jalur Liwa-Krui
Juliah mengatakan, sebenarnya juga takut ditabrak kendaraan karena beraktivitas di tengah padatnya lalu lintas.
"Saya pun takut sebenarnya, tapi alhamdulilah semoga tidak terjadi sampai kami celaka," katanya.
Kabid Pelayanan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Bandar Lampung Muzarin Daud mengatakan, sebenarnya pihaknya telah memperingatkan kepada anjal dan gepeng yang pernah terjaring razia agar tidak mengulangi perbuatannya.
Namun, Muzarin tidak menampik bahwa masih ada anjal dan gepeng yang selalu muncul di sejumlah tempat.
Muzarin mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan anjal dan gepeng ini kembali turun ke jalan karena masih ada yang memberi mereka uang.
"Kalau masyarakat tidak ada yang memberi uang ke pengemis maka tidak mungkin mereka selalu ada," ujarnya. (*)