Meski Langgar Ketentuan, Ini Alasan Twitter Tidak Menghapus Tweet 'Ancaman' Nuklir Donald Trump
Cuitan Trump ini diretweet mencapai angka 184 ribu kali dan disukai 464 ribu kali.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Efrem Limsan Siregar
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Tweet Presiden Donald Trump yang membalas ancaman serangan nuklir Kim Jong Un bukan sebuah ancaman.
Dalam cuitannya, Rabu (3/12/2017) Donald Trump mengatakan dirinya juga mempunyai tombol nuklir yang lebih besar dan hebat daripada tombol Kim Jong Un.
Cuitan ini mendapat banyak kecaman karena tindakan ini dianggap seperti lelucon dalam dunia film.
Baca: Sah, PDIP Usung Djarot Jadi Bakal Cagub Sumut, Berikut Dukungan dan Kekecewaan Netizen!
Hebatnya, cuitannya ini diretweet hingga mencapai angka fantastis: 184 ribu kali dan disukai 464 ribu kali.
"Ini ucapan seorang POTUS. Apa kalian pernah berpikir atau yakin komentar seperti ini pantas disampaikan di depan umum, apalagi di Twitter? Dia perlu dihentikan dengan cara apapun sebelum ia menghancurkan planet ini!" tulis @kantaraklady.
Baca: VIDEO: Jenderal Gatot Nurmantyo Tak Minat Maju Pilgub Jawa Tengah
Lembaga Survey Media Sosial Crimson Hexagon mencatat setidaknya 71 persen netizen merespon cuitan Trump tersebut dengan kekuatiran, 11 persen lainnya merespon dengan kemarahan.
Sejumlah netizen dikabarkan telah melaporkan cuitan tersebut ke Twitter, karena 'ancaman' Trump ini dianggap melanggar Persyaratan Layanan Twitter.
Twitter telah membuat suatu aturan yang mengingatkan pengguna untuk tidak memakai ancaman kekerasan dalam kontennya.
Twitter, pada Desember lalu, mulai menerapkan aturan baru seputar konten kekerasan dan kebencian sebagai bagian upaya mengurangi jumlah penyalahgunaan online, ucapan kebencian, ancaman kekerasan, dan pelecehan dalam layanannya.
Baca: Siapa Sutono, Calon Wakil Gubernur yang Diusung PDIP di Pilgub Lampung Pendamping Herman HN?
Twitter, dalam aturan mengenai ancaman kekerasan, menegaskan, tidak akan menolerir perilaku yang mendorong atau menghasut kekerasan kepada orang atau kelompok tertentu.
Namun, seperti dilansir dari TechCrunch.com, Kamis (4/1/2018) cuitan Trump yang terkesan 'agresif' tersebut nyatanya tetap diperbolehkan tersiar di akunnya.
Twitter menjawab laporan netizen atas cuitan Trump tersebut bukanlah suatu masalah.
Cuitan Trump adalah pengecualian dalam aturan Twitter mengingat kapasitas Trump sebagai Presiden AS ketika cuitan itu tersebar.
Baca: PDIP Resmi Usung Herman-Sutono di Pilgub Lampung, Nasib Ridho di Ujung Tanduk
Ditambah lagi aturan khusus yang menjadi perkecualian untuk pemerintah dan militer, membuat Twitter tidak dapat berbuat banyak.
Alasan ini tentu saja memicu kemarahan sejumlah pihak yang sudah resah membaca cuitan Trump tersebut.
Sekelompok aktivis bernama Resistance SF melakukan unjuk rasa di markas Twitter, di San Francisco, AS atas tindakan Twitter yang menolak untuk menghapus cuitan tersebut.
Baca: Gojek Ogah Diajak Gabung Satu Atap, Ini Alasannya
Tapi yang sesungguhnya terjadi, Twitter, sebenarnya berada dalam posisi canggung bak buah simalakama.
Kalau Twitter menghapus cuitan Trump, hal ini berarti Twitter sudah mengambil posisi politik (moral) dalam masalah ini.
Tentu hal ini akan menjadi masalah dan kegemparan baru pula.
Baca: Gadis Lampung yang Lolos Indonesian Idol 2018 Ini Tak Kenal Siapa Ayahnya, Kisahnya Bikin Merinding
TRIBUNENWS/Efrem Limsan Siregar