7 Fakta Pelajar SMP Bunuh Diri Melompat dari Jembatan 20 Meter ke Sungai, Nomor 5 Bikin Kaget
7 Fakta Pelajar SMP Bunuh Diri Melompat dari Jembatan Sungai, Nomor 5 Bikin Kaget
Penulis: wakos reza gautama | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Aksi bunuh diri tidak hanya dilakukan orang dewasa.
Anak kecil pun kini sudah berani nekat melakukannya.
Baca: Usai Zainudin Antar Arinal-Nunik, Ini Politisi PAN Ikut Antar Ridho-Bachtiar Daftar Pilgub Lampung
Orang yang bunuh diri biasanya dilatarbelakangi masalah kehidupan yang pelik.
Seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, memiliki utang banyak atau masalah asmara.
Permasalahan yang hanya dimiliki ketika kita sudah menginjak dewasa.
Lain halnya dengan pelajar SMP asal Blitar, Jawa Timur ini.
Ia nekat melompat dari atas jembatan sungai Brantas, Selasa, 9 Januari 2018 pagi.
Berikut beberapa fakta terkait peristiwa tersebut
1. Ketahuan merokok di Sekolah
Informasi yang SURYA, pelajar berinisial AW itu diketahui meninggalkan jam pelajaran sekolah sekitar pukul 11.00.
"Waktu jam pelajaran Adiwiyata, dia keluar kelas, sekitar pukul 11.00 WIB," kata teman sekelas Aryang, IF (16) di lokasi korban bunuh diri pada SURYA.co.id Selasa (9/1/2018).
Irfan bercerita Aryang terlihat biasa saja saat pagi ketika masuk sekolah. Aryang juga masih terlihat ceria.
Untuk diketahui, Aryang memang terkenal anak periang dan suka bercanda.
"Dia tidak cerita kalau punya masalah, anaknya tetap ceria seperti biasa," ujar Irfan.
Tetapi, kata Irfan, seminggu lalu Aryang kepergok guru sedang merokok di belakang sekolah.
Baca: Inilah 20 Peserta Indonesian Idol 2018 yang Terus Melaju ke Babak Spektakuler!
Saat itu, Irfan juga ikut merokok dengan Aryang. Ada sekitar 12 siswa yang kepergok guru merokok di sekolah.
Orangtua para siswa yang kepergok merokok dipanggil ke sekolah. "Orangtua saya hari ini juga datang ke sekolah," kata Irfan.
2. Peristiwa Terjadi saat Orangtua korban ke sekolah
Kapolsek Srengat Kompol Putut Suhermanto juga mengatakan berdasarkan keterangan dari seorang guru, korban kepergok merokok di sekolah bersama beberapa temannya.
Pada Selasa (9/1/2018), pihak sekolah memanggil para orangtua siswa termasuk orangtua AW.
Saat orangtuanya tiba di sekolah, AW langsung lari keluar sekolah.
"Mungkin dia (korban) malu atau takut karena orangtuanya dipanggil ke sekolah," kata Putut.
Begitu keluar dari sekolah, AW langsung menuju ke Sungai Brantas yang berjarak satu kilometer dari sekolah.
Aryang nekat bunuh diri mencebur ke Sungai Brantas.
Dia naik ke jembatan kereta api Nguri, Desa Selokajang, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, lalu terjun ke sungai.
Tinggi jembatan dengan permukaan sungai sekitar 20 meter.
Tubuh Aryang hanyut terbawa arus sungai. Saat ini, polisi sedang mencari tubuh korban di Sungai Brantas.
Polisi dibantu tim SAR dan BPBD Kabupaten Blitar.
"Kami sudah koordinasi dengan tim SAR, BPBD dan pekerja tambangan sungai," kata Kasat Reskrim Polres Blitar Kota, AKP Heri Sugiono ditemui di lokasi kejadian.
3.Guru Terima Surat Keluhan Orangtua
Motif bunuh diri siswa SMPN 3 Srengat, AW, sampai sekarang masih simpang siur.
Kabar awal, AW bunuh diri karena kepergok merokok di sekolah.
Baca: Ridho-Bachtiar Akhirnya Daftar Pilgub Lampung, Saling Dorong Terjadi di Pintu Kantor KPU
Belakangan, ada motif lain yang beredar di sosial media, AW bunuh diri karena ketahuan membawa bedak dan lipstik.
Pihak SMPN 3 Srengat juga punya cerita sendiri sebelum AW diketahui meloncat dari atas jembatan kereta api dan terjun ke Sungai Brantas di Desa Selokajang, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Sekolah mengatakan orangtua AW dipanggil ke sekolah bukan soal rokok maupun bedak dan lipstik.
Kepala SMPN 3 Srengat, Heri Sasmito menceritakan sehari sebelum AW bunuh diri atau Senin (8/1/2018), sekolah mendapatkan kiriman surat.
Surat itu dimasukkan ke kotak masalah di ruang BK. Pengirim surat itu atas nama ibu AW, WU (inisial).
Surat itu ditujukan ke wakasek kesiswaan dan guru BK.
Lebih kurang surat itu berbunyi soal keluhan orangtua terhadap perubahan sikap AW.
4. Surat Ternyata Bukan dari Orangtua Korban
Dalam surat itu, orangtua meminta bantuan ke guru untuk membina AW terkait perubahan sikapnya.
Mendapat kiriman surat dari orangtua itu, lalu sekolah membuat surat undangan untuk orangtua AW.
Pihak sekolah ingin mengklarifikasi soal surat itu. Sekolah ingin memastikan apa benar surat itu dikirim oleh orangtua AW atau bukan.
"Senin itu juga kami buat surat undangan untuk orangtua AW. Suratnya kami titipkan ke siswa lain. Kami minta orangtua siswa datang ke sekolah pada Selasa (9/1/2018) pukul 10.00 WIB untuk mengklarifikasi surat itu," kata Heri Sasmito, Rabu (10/1/2018).
Menurutnya pihak sekolah tidak gegabah dalam menyikapi surat itu.
Artinya, sekolah tidak langsung menegur AW. Tetapi, sekolah memanggil dulu orangtua AW untuk klarifikasi.
"Hasil klarifikasi ke ibunya, ternyata surat itu bukan dari ibunya," ujar Heri.
5. Korban Terlihat Ceria Sebelum Bunuh Diri
Menurutnya, ketika orangtuanya datang, AW masih terlihat ceria.
AW sempat menyambut ibunya yang datang ke sekolah bersama adiknya.
AW dan ibunya sempat bersama-sama masuk ke ruang BK.
Lalu guru BK meminta AW keluar dulu. Guru BK berbicara dengan orangtua AW.
Saat keluar ruang BK, AW masih terlihat ceria. Dia sempat ngobrol bersama beberapa guru di sekolah.
Tetapi, setelah itu, AW keluar dari sekolah. AW berjalan menuju ke timur.
Ada warga yang melaporkan hal itu ke sekolah.
Pihak sekolah memerintahkan guru untuk mengejar AW.
Ternyata AW sudah berada di jembatan kereta api di atas Sungai Brantas.
6. Isi Surat Yang Diduga Palsu
Surat yang diterima guru bimbingan konseling (BK) SMPN 3 Srengat mengungkap adanya perilaku tak biasa yang dilakukan AW, siswa setempat yang nekat bunuh diri terjun ke Sungai Brantas, Selasa (9/1/2018).
Surat itu mengatasnamakan ibu AW, WU (inisial) dan ditujukan ke Wakasek Kesiswaan dan guru BK.

Begini isi lengkap surat keluhan itu :
"Asalamualaikum Warahmatullai WB... Dengan hormat dengan datangnya surat ini saya ingin memberitahukan permasalahan anak saya di lingkungan keluarga dan masyarakat yang bernama AW (isinial-red) 'VII 9' Kunir. Bahwasanya AW itu banyak sangat berubah. Minta kepada Bu Widayati, guru BK, Pak Tumalam (Wakasek kesiswaan) untuk menyadarkan AW. Betapa pentingnya belajar dari permasalahan anak saya.
Ialah dirinya selalu bernyanyi dangdut dan tidak pernah belajar dan mengaji. Setiap hari ia pulang malam sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Dan dia membawa cewek-cewek yang berpakaian tidak senonoh.
Dengan ini saya minta bantuannya panjenengan. Untuk mengubah sikap dari anak saya. Saya minta tolong yang seberatnya. Terimakasih. Wasalammualaikum WR WB. Hormat saya (tanda tangan) MU (inisial-red)."
Pihak sekolah sudah mengklarifikasi surat itu ke orangtua AW. Ternyata orangtua AW merasa tidak pernah mengirim surat itu ke sekolah.
"Saat kami klarifikasi, ibunya bilang tidak pernah berkirim surat ke sekolah," kata Kepala SMPN 3 Srengat, Heri Sasmito, Rabu (10/1/2018).
7.Korban Bertingkah Seperti Perempuan
Tetapi, menurut Heri, berdasarkan keterangan ibunya, AW memang suka bernyanyi di rumah. Orangtua juga beberapa kali menemukan bedak di tas AW.
Tiap kali menemukan bedak di tas AW, ibunya langsung menghancurkannya.
"Anaknya memang agak kemayu. Dia laki-laki tapi perilakunya memang seperti anak perempuan," ujar Heri.
Teman sekelas AW, Puput mengatakan hal sama. AW memang berperilaku seperti anak perempuan.
AW sering berkumpul dengan murid perempuan. Terkadang, AW juga pernah minta bedak ke teman perempuan untuk merias wajahnya.
"Kalau di kelas dia memang suka nyanyi. Kadang di depan kelas kadang di bangku. Sering nyanyi lagu dangdut. Anaknya memang supel dalam bergaul," katanya.