Harga Saham Meroket, Ini Daftar Para Konglomerat Indonesia yang Tambah Kaya Dalam Sekejap
Bersamaan dengan itu, kekayaan para konglomerat yang perusahaannya melantai di Bursa Efek Indonesia tentu ikut meningkat drastis.
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Jumlah kekayaan seorang konglomerat bisa tiba-tiba meroket dalam sekejap dan bisa juga tiba-tiba terperosok dalam waktu singkat.
Hal itu bisa terjadi pada orang-orang yang perusahaannya tercatat di bursa efek.
Memang jumlah kekayaan tersebut tidak mencerminkan 'kekayaan sebenarnya' berdasarkan penghasilan dan harta yang dimiliki keseluruhan.
Kekayaan di sini dilihat hanya berdasarkan kepemilikan jumlah sahamnya di perusahaan yang tercatat di lantai bursa.
Baru-baru ini, mengawali tahun 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket tinggi.
Dan jika dibandingkan dengan tahun lalu, tentu kenaikannya bisa lebih tinggi lagi.
Bersamaan dengan itu, kekayaan para konglomerat yang perusahaannya melantai di Bursa Efek Indonesia tentu ikut meningkat drastis.
Hal itu terjadi seiring dengan meroketnya IHSG dan harga saham perusahaan mereka.
Baca: Inilah Kontestan Terburuk Versi Juri di Ajang Spektakuler Show 1 Indonesian Idol 2018, Siapa Dia?
Baca: 2 Paranormal Terawang Pernikahan Angel Lelga dan Vicky, Ada Agenda Tersembunyi

Contohnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Saham ini menjadi salah satu penggerak IHSG dengan kenaikan 4,1 persen sejak awal tahun.
Senin (29/1/2018) kemarin, saham BBCA ditutup pada level Rp 22.800 per saham, melonjak 46 persen dari sebelumnya Rp 15.575 di hari yang sama tahun lalu.
Dikutip dari Kontan.co.id, Ada dua konglomerasi dalam struktur pemegang saham utama BBCA, yakni Grup Djarum dan Grup Salim.
Grup Djarum diwakili oleh Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono.
Keduanya menguasai 11,62 miliar atau 47,15 persen saham BBCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan.
Sementara, Grup Salim langsung diwakili oleh nama Anthoni Salim.
Dia memiliki 434,08 juta atau sekitar 1,76 persen saham BBCA.
Dengan kenaikan harga tersebut, kekayaan Keluarga Hartono melesat 46 persen menjadi Rp 264,94 triliun dari sebelumnya Rp 180,98 triliun pada 29 Januari 2017.
Sedangkan kekayaan Anthoni Salim naik menjadi Rp 9,89 triliun dari sebelumnya Rp 6,76 triliun.
Kinerja saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga memberikan pundi-pundi kekayaan bagi pemiliknya.
Ada dua nama konglomerat yang menguasai ADRO, yakni Edwin Soeryadjaja dan Garibaldi Tohir dengan kepemilikan masing-masing 1,05 miliar dan 1,98 miliar saham ADRO.
Saham ADRO selama satu tahun belakangan ini telah melompat 49 persen menjadi Rp 2.560 dari sebelumnya Rp 1.715 per saham.
Sehingga, kekayaan Edwin melonjak jadi Rp 2,69 triliun dari sebelumnya Rp 1,8 triliun.
Adapun Garibaldi memiliki kekayaan Rp 5,07 triliun dari sebelumnya Rp 3,39 triliun hanya dari saham ADRO.
Salah satu emiten Grup Sinarmas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) juga mencatat kinerja saham yang gemilang.
Harga sahamnya secara tahunan meroket 748 persen menjadi Rp 8.525 dari sebelumnya hanya Rp 1.005 per saham.
Alhasil, kekayaan Grup Sinarmas melalui 2,88 miliar saham yang dipegang oleh PT Purinusa Ekapersada lompat jadi Rp 24,59 triliun dari sebelumnya hanya Rp 2,98 triliun.
Daftar orang terkaya
Forbes baru-baru ini merilis daftar orang terkaya di dunia untuk tahun 2017.
Selama sembilan tahun berturut-turut, keluarga Hartono menempati posisi teratas dengan jumlah kekayaan mencapai 32,3 miliar dollar AS.
Dikutip dari Kompas.com, harta kekayaan sembilan dari 10 orang paling kaya di Indonesia naik setidaknya 10 persen sepanjang tahun lalu.
Ini sebagian berkat kenaikan harga saham mereka.
Secara umum, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pun tumbuh 17 persen sepanjang periode tersebut.
Total kekayaan 50 orang terkaya Indonesia kini mencapai 126 miliar dollar AS, naik dari 99 miliar dollar AS pada tahun lalu.
Faktor lain yang mendorong peningkatan valuasi para konglomerat adalah terkuaknya jumlah kekayaan mereka setelah ikut serta dalam program amnesti pajak tahun lalu.

Amnesti pajak memberi kesempatan bagi para taipan dalam negeri untuk mengakui aset mereka yang selama ini disembunyikan dengan membayar denda dalam jumlah relatif kecil.
Hal tersebut menghantarkan posisi Presiden Komisioner Mayora Group Jogi Hendra Atmadja meroket 25 peringkat ke posisi nomor 10 dengan jumlah kekayaan 2,7 miliar dollar AS. Tahun lalu, kekayaan Jogi tercatat sebesar 850 juta dollar AS.
Berikut ini adalah 10 orang terkaya di Indonesia tahun ini versi Forbes.
1. Robert Budi dan Michael Hartono (Djarum, 32,3 miliar dollar AS)
2. Eka Tjipta Widjaja (Sinarmas Group, 9,1 miliar dollar AS)
3. Susilo Wonowidjojo (Gudang Garam, 8,8 miliar dolalr AS)
4. Anthoni Salim (Indofood, 6,9 miliar dollar AS)
5. Sri Prakash Lohia (Indorama, 6,4 miliar dollar AS)
6. Boenjamin Setiawan (Kalbe Farma, 3,65 miliar dollar AS)
7. Chairul Tanjung (CT Corp, 3,6 miliar dollar AS)
8. Tahir (Mayapada Group, 3,5 miliar dollar AS)
9. Mochtar Riady (Lippo Group, 3 miliar dollar AS)
10. Jogi Hendra Atmadja (Mayora Group, 2,7 miliar dollar AS)