Liputan Khusus Tribun Lampung

Harga Tanah di Bandar Lampung Naik 10 Kali Lipat, Ini Penyebabnya

Harga tanah di Bandar Lampung naik 10 kali lipat pada tahun ini dibanding lima tahun lalu.

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUN LAMPUNG/Noval Andriansyah
Kondisi lahan di seputar pusat perbelanjaan di Bandar Lampung. Berada di dekat pusat perbelanjaan, harga tanah di Bandar Lampung naik 10 kali lipat. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Harga tanah di Bandar Lampung naik 10 kali lipat pada tahun ini dibanding lima tahun lalu.

Dalam lima tahun terakhir, sejumlah pusat perbelanjaan berdiri di Bandar Lampung.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan baru tersebut tidak lagi di pusat Kota Bandar Lampung, melainkan tersebar di banyak kecamatan.

Misalnya, Transmart di Sukarame, Mal Boemi Kedaton (MBK) di Kedaton, Mal Lampung di Rajabasa, serta Chandra dan Giant yang berada di beberapa kecamatan.

Keberadaan pusat-pusat perbelanjaan tersebut ternyata turut berimbas terhadap harga tanah di sekitarnya.

Dibanding lima tahun sebelumnya, harga tanah di kawasan pusat perbelanjaan mengalami kenaikan cukup signifikan, mencapai sepuluh kali lipat.

Baca: Ini Buku Seks yang Disebut Lebih Tua Dibanding Kamasutra, Cara Mencapai Umur Panjang

Di daerah sekitar Transmart, harga tanah merangkak naik sejak bergulirnya isu pembangunan pusat perbelanjaan tersebut.

Jika lima tahun kawasan sekitar Transmart masih dihargai 500 ribuan per meterpersegi (m2), maka kini sudah dibanderol Rp 5 juta.

Seorang pemilik ruko di Jalan Sultan Agung, yang terletak sekitar 100 meter dari Transmart, Sari (46) mengatakan, harga tanah yang ia beli pada 2012 tersebut sekitar Rp 500 ribu per meterpersegi.

Dua tahun berselang, harga tanah miliknya terus meningkat karena isu rencana pembangunan pusat perbelanjaan di kawasan tersebut.

"Sekarang sudah sampai Rp 5 juta per meterpersegi. Sebelum Transmart berdiri, tetapi baru rencana-rencana pembangunan saja, itu sudah melonjak harga tanahnya. Apalagi nanti karena sekarang Transmart sudah terbangun," papar Sari, Kamis (1/3/2018).

Warga Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara (dulu bernama Jalan Arif Rahman Hakim), Ardi Nata (38) menerangkan hal serupa.

Menurutnya, harga tanah di sekitar tempat tinggalnya, yang berjarak sekitar 150 meter dari Transmart, tidak berbeda jauh dengan Jalan Sultan Agung.

"Sekarang harga pasaran Rp 5 juta per meterpersegi. Lima tahun lalu masih Rp 500 ribuan. Pas disebut-sebut mau ada pusat perbelanjaan di sekitar sini, itu mulai naik harga tanahnya," ungkap Ardi.

Peningkatan harga tanah secara signifikan hingga sepuluh kali lipat juga terjadi di sekitar MBK.

Sekitar setahun hingga dua tahun sebelum MBK dibuka pada pertengahan 2014 lalu, seorang warga Jalan Teuku Umar, Juli (40) menuturkan, harga tanah di kawasan tersebut berkisar Rp 500 ribuan hingga Rp 1 jutaan per m2.

Tetapi kemudian, harga tanah mulai melonjak saat MBK mulai dibangun dan akhirnya operasional.

"Sekarang kurang lebih Rp 5 jutaan per meterpersegi harga tanahnya," kata Juli, yang tinggal sekitar 100 meter dari MBK.

Di Jalan Sultan Agung, sekitar 150 meter dari MBK, seorang warga setempat, Alamdilangga (35) mengatakan, harga tanah di sekitar tempat tinggalnya kini mencapai Rp 3 juta per m2.

"Lima tahun lalu, (harga tanah) cuma Rp 500 ribu," tutur Alamdilangga.

Nilai harga tanah pasaran yang mencapai Rp 3 juta per meterpersegi itu, lanjut Alamdilangga, sangat jauh apabila dibandingkan dengan nilai jual objek pajak (NJOP).

"NJOP paling Rp 200 ribu per meterpersegi. (Harga pasaran) tinggi memang imbas dari adanya mal di dekat sini," ungka Alamdilangga.

Di sejumlah kawasan lain di Bandar Lampung yang juga telah dibangun pusat perbelanjaan, kenaikan harga tanah juga terjadi.

Di Kedamaian, Tanjungkarang Timur, harga tanah di sekitar Giant kini berkisar Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per meterpersegi.

Seorang warga Kedamaian yang tinggal sekitar 100 meter di samping Giant, Ari menerangkan, pada lima tahun lalu, harga tanah di kawasan tersebut sekitar Rp 200 ribu-Rp 500 ribu per meterpersegi.

"Sekarang sudah mahal. Mungkin karena mal-mal sekarang dibangunnya tidak melulu di Tanjungkarang Pusat, tetapi menyebar. Harganya (tanah) sudah sampai Rp 1,5 juta per meterpersegi," kata Ari.

Di Rajabasa, kehadiran Mal Lampung membuat harga tanah di kawasan sekitar menjadi Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per meterpersegi.

Seorang warga Rajabasa yang tinggal tepat di belakang Mal Lampung, Bayumi Adinata (35) mengungkapkan, harga tanah masih berkisar Rp 200 ribu-Rp 500 ribu per meterpersegi pada lima tahun lalu.

Hal itu berdasarkan pengalamannya saat hendak membeli tanah di kawasan tersebut.

"Sekarang sudah sampai Rp 2 jutaan. Itu lokasinya tepat di belakang mal. Kalau di pinggiran (jalan protokol) lebih tinggi," ucap Bayumi.

Di Kemiling, kehadiran Chandra dan Giant turut menaikkan harga tanah di kawasan sekitar. Meski, lonjakan harganya masih lebih rendah dibanding kawasan lain.

Seorang warga Kemiling, Sugiono (38) menuturkan, sekitar lima tahun lalu, lahan kosong masih banyak di kawasan sekitar tempat tinggalnya.

Kini, di atas lahan kosong tersebut, telah berdiri pusat perbelanjaan.

Sugiono yang menghuni rumah di samping Chandra, mengungkapkan, lahan di kawasan tempat tinggalnya masih seharga Rp 500 ribu per m2 pada lima tahun lalu.

"Sekarang Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per meterpersegi," ujar Sugiono.

Gambaran Peluang

Manajer Marketing Global Properti, Rama mengakui, harga tanah di kawasan yang telah berdiri pusat perbelanjaan, biasanya mengalami kenaikan.

"Misalnya, di seputaran Transmart, dulu harga tanah Rp 1,5 juta per meterpersegi, sekarang sudah Rp 3 jutaan lebih per meterpersegi. Itu pengaruh dari Transmart," papar Rama.

Kenaikan harga tanah di sekitar pusat perbelanjaan, Rama mengatakan, karena jumlah peminatnya pun semakin banyak.

Sebab, investor yang akan menanamkan modal telah melihat bukti, yaitu pusat perbelanjaan yang telah berdiri.

Baca: Pria Tampan Mengaku Pernah Jadi Istri Tentara, Sekarang Dikenal sebagai Binaragawan Lucu

Sehingga, calon investor bisa mendapatkan gambaran peluang usaha jika berinvestasi di lokasi tersebut.

"Tahun ini, kemungkinan lebih banyak investor yang akan masuk ke Bandar Lampung. Karena, iklim investasinya juga semakin membaik," kata Rama.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved