Kisah Supirman, Pemain Gitar Klasik Lampung: Setia di Tengah Gempuran Musik Populer
Di tengah gempuran musik populer, pria berusia 51 tahun ini masih setia dengan musik dan gitar klasik Lampung-nya.
Penulis: anung bayuardi | Editor: Yoso Muliawan
"Tangan pegal setelah main gitar klasik Lampung," katanya.
Ogan Minta Bantuan Pemda
Bukti kegigihan Supirman mempertahankan eksistensi gitar klasik Lampung sudah berlangsung sejak tahun 1986.
Warga Kelurahan Sindang Sari, Kecamatan Kotabumi, ini pun menyatakan tanpa pamrih melestarikan seni gitar klasik Lampung. Misalnya, agar mendapat penghargaan dari pemerintah daerah.
"Saya tidak mau menyerah. Bahkan, rekaman yang pernah saya lakukan pun tanpa dukungan pihak pemerintah," ujarnya.
Suami Yuliana (48) ini bukannya tak mau minta bantuan pemda. Keengganan itu, menurut dia, karena ia pernah mendapat respons kurang baik dari pemda saat mengajak kerja bareng melestarikan kebudayaan Lampung.
"Saya pernah bilang sama pemda, mau melanjutkan perjuangan adat istiadat Lampung. Tapi, responnya kurang baik," kata Supirman.
Ada harapan yang terlontar dari Supirman kepada anak-anak muda generasi penerus di Lampung.
"Harapan saya ke depan, hanya ingin berbagi ilmu dengan siapa pun agar seni petik gitar klasik Lampung tak putus di satu generasi," tutur pelantun lagu Lampung berjudul "Sanak Haghuk" ini.