Pengamat Nilai Kampanye Hitam di Medsos Akan Percuma

Pada pilgub maupun pilkada atau pemilu sebelum 2018, penyebaran alat peraga kampanye (APK) masih banyak ditemukan.

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
Kompas
Ilustrasi. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Bandar Lampung (UBL), Khomsahrial Romli menyebut, cara kampanye memang mengalami perubahan pada Pilgub Lampung 2018.

Pada pilgub maupun pilkada atau pemilu sebelum 2018, penyebaran alat peraga kampanye (APK) masih banyak ditemukan.

"Hal tersebut kemudian memunculkan persoalan sampah visual, karena di mana-mana wajah pasangan calon (paslon) terpampang," kata Khomsahrial, Minggu (25/3/2018).

Saat ini, lanjut Khomsahrial, penyebaran APK lebih minim.

Baca: Pilgub Lampung 2018, Dilan 1990 Dibuat Jadi Meme 4 Cagub

Tim paslon mulai beralih ke media sosial (medsos).

Mereka melihat peluang besar untuk melakukan kampanye.

Peluang itu akibat pengguna medsos yang semakin banyak.

Satu di antara cara kampanye di medsos memang bisa melalui pembuatan meme, yang notabene memparodikan sesuatu yang terkenal.

Tujuannya tak lain untuk menarik perhatian pengguna medsos.

Hanya saja, kampanye yang dilakukan di medsos sebaiknya turut menampilkan program kerja maupun visi misi.

Sehingga, masyarakat bisa mengetahui program yang akan dijalankan paslon nantinya.

Dalam kampanye di medsos, Khomsahrial menerangkan, paslon juga tidak boleh melakukan kampanye hitam, dengan "menyerang" paslon lain menggunakan akun anonim.

Selain bisa dijerat pidana, upaya tersebut akan percuma karena masyarakat saat ini sudah lebih cerdas.

Masyarakat sudah bisa memilah dan tidak akan memedulikan informasi yang mengarah ke kampanye hitam.

Dengan pengguna yang semakin banyak, kampanye di medsos memang dapat menjadi pilihan efektif.

Walaupun, pembuktian sejauh mana tingkat keberhasilan kampanye melalui medsos, belum pernah diteliti.

Di Indonesia, termasuk di Lampung, meski era digital telah berlangsung, sejumlah masyarakat masih menginginkan metode konvensional, melalui tatap muka secara langsung dengan para paslon.

Kondisi tersebut tak terlepas karena dua per tiga pemilih di Lampung merupakan masyarakat pedesaan.

Dengan kondisi tersebut, bentuk kampanye paslon tentu harus disesuaikan, antara para pemilih yang telah memanfaatkan teknologi informasi, dengan masyarakat pedesaan yang masih menginginkan tatap muka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved