Terungkap, AS Berani Serang Suriah karena Tak Punya Nuklir

Tapi urungnya Trump menggempur Korut malah membuat Kim Jong Un semakin berada di atas angin.

Chicago Sun-Times
Serangan AS ke Suriah 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Jika diamati, ada keraguan besar, bahkan ketakutan pada diri Presiden AS Donald Trump ketika mengancam akan menggempur Korea Utara secara militer.

Trump khawatir, jika sampai digempur, Korut mungkin saja gagal meluncurkan serangan nuklir ke AS.

Tapi, negara komunis ini bisa dengan mudah menghajar Korsel dan Jepang --dua negara sekutu Amerika-- menggunakan rudal-rudal nuklirnya.

Dengan pertimbangan itulah, Trump urung menyerang Korut. Ia pun memilih menerapkan embargo ekonomi dengan cara ‘memaksa’ PBB.

Tapi urungnya Trump menggempur Korut malah membuat Kim Jong Un semakin berada di atas angin. Bahkan, Jepang dan AS sendiri ingin bertemu Kim Jong Un untuk berdialog.

Baca: 5 Peristiwa Mengerikan Ini Terjadi Tanggal 13 di Hari Jumat

Ketika Kim Jong Un dan istrinya berkunjung ke China, kedua pasangan yang sebenarnya mewakili ‘negara paria’ itu justru menjadi perhatian dan pujian dunia internasional.

Dengan naik daunnya nama Kim Jong Un, pamor Trump sebagai orang nomor satu di negara adidaya pun seolah meredup.

Apalagi reputasi Trump sempat diguncang terkait ‘uang penutup mulut’ pada seorang bintang fim porno AS yang konon pernah dikencaninya.

Tapi, Trump kemudian merasa mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi sekaligus menaikkan pamornya ketika di Suriah terjadi serangan senjata kimia.

Baca: Fakta Seputar Buah Ceplukan: Dulu Tak Bernilai, Kini Rp 500 Ribu per Kg

Trump pun langsung menfokuskan perhatiannya kepada serangan senjata kimia di Ghouta Timur dengan menuduh Suriah dan sekutunya, Rusia, sebagai pelakunya.

Namun, Rusia maupun Suriah menolak tuduhan AS itu.

Keduanya malah balik menuduh bahwa serangan senjata kimia itu merupakan rekayasa AS sendiri yang sejak 2015 sangat menginginkan tumbangnya pemerintah resmi Suriah.

AS akhirnya mengancam akan menggempur Suriah, meski Rusia memperingatkan bahwa serangan itu akan mendapatkan perlawanan dari negaranya.

Keputusan AS menyerang Suriah makin positif setelah negara sekutunya seperti Inggris dan Prancis bersedia membantu.

Baca: 112 Rudal Tomahawk ke Suriah Senilai 30 Km Tol di Indonesia

Pasalnya, militer AS sendiri sebenarnya tidak berani berperang jika tanpa dibantu negara-negara sekutunya itu.

Serangan udara AS dan sekutunya menggunakan pesawat-pesawat tempur dan rudal yang ditembakkan dari kapal perang ke Suriah pada Jumat (13/4/2018) malam waktu setempat, termasuk ‘serangan dadakan yang diumumkan’ (declared war).

Sebab, Trump sebelumnya sudah mengancam akan menggempur Suriah, sehingga militer Suriah sendiri selalu dalam kondisi siaga.

Kesiagaan militer Suriah menunjukkan hasilnya karena perlawanan yang dilakukan telah mengakibatkan puluhan rudal yang ditembakkan oleh militer AS dan sekutunya bisa dirontokkan.

Pola serangan ke Suriah oleh AS dan sekutunya juga masih menunjukkan serangan udara terpilih yang berlangsung singkat karena bersifat ‘hukuman’.

Baca: 100 Misil Diluncurkan AS dan Sekutunya ke Suriah

Namun yang pasti, serangan militer di Suriah telah membuat Rusia yang sebelumnya akan membantu Suriah merasa ditantang.

Jika Rusia sampai melakukan serangan balasan terhadap posisi militer AS, Inggris, dan Prancis di Suriah, keadaan akan makin tambah runyam karena yang menjadi korban adalah warga Suriah sendiri.

Menteri Pertahan AS James Mattis bahkan sampai memperingatkan Trump. Jika peperangan di Suriah yang dipicu oleh AS sampai tidak bisa dikendalikan, bisa-bisa militer AS akan hancur.

Pasalnya, militer AS yang bertempur di Irak dan Afghanistan masih belum memiliki hasil yang jelas dan bisa dikatakan gagal untuk menerapkan sistem demokrasi di kedua negara itu.

Militer AS sendiri yang berada di Suriah semula rencananya ditarik mundur ke AS.

Baca: Sejarah Pasukan Abadi Persia yang Konon ”Tak Bisa Mati”

Tapi gara-gara serangan senjata kimia di Suriah yang pelakunya belum jelas, membuat Trump naik pitam dan menggempur Suriah lagi.

Yang jelas, jika militer  Rusia benar-benar sampai turun tangan  dan mengakibatkan peperangan berkepanjang dan makin meluas, bukan hanya kondisi Suriah yang makin runyam.

Tapi kondisi politik dan perekonomian dunia internasional juga akan makin runyam.

Apalagi jika senjata nuklir sampai digunakan dalam peperangan yang tidak terkendali itu . Dunia pun bisa ‘kiamat’. (*)

Berita ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul: Tidak Seperti Korut, AS Berani Menyerang Suriah karena Negara yang Didukung Rusia Ini Tidak Memiliki Nuklir 

Sumber: Intisari Online
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved