Demi Asinan Pepaya, Pengacara Ini Tinggalkan Pekerjaan Bergaji Rp 1 Miliar
Kepada Daily Femail, Louise mengklaim ia tidak pernah melihat kembali masa lalu, walaupun melepas gajinya yang besar.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Louise Campbell adalah wanita yang lahir di Hong Kong dan bermukim di Worthing, West Sussex, Inggris.
Wanita berusia 36 tahun itu awalnya bekerja sebagai pengacara dengan gaji lebih dari 55 ribu poundsterling atau Rp 1,1 milir per tahun.
Pekerjaannya juga membuat ia bisa bepergian ke berbagai kota dan negara.
Setelah 14 tahun menggeluti pekerjaannya, Louise memutuskan untuk berhenti bekerja pada 2015 lalu.
Baca: Banjir Fitur Baru, Mesin All New Ertiga Naik Kelas
Bukan karena Louise tergiur dengan kantor pengacara lain. Melainkan karena ia ingin melestarikan resep warisan dari neneknya, yaitu resep untuk membuat asinan.
Asinan buatannya itu diluncurkan dengan bendera Mestiza Filipino Food.
Sang nenek, Mama Bakat, mewariskan resep asinan ke ibu Louise, yakni Marlene. Lalu, sang ibu mengajari putrinya bagaimana cara membuat asinan.
Asinan ala Mama Bakat ini terdiri dari bahan pepaya, bawang, dan cabai.
Kepada Daily Femail, Louise mengklaim ia tidak pernah melihat kembali masa lalu, walaupun melepas gajinya yang besar.
Baca: Usai Melahirkan, Pengantin Baru Ini Meninggal di Pelukan Suaminya karena Kanker
Ia berharap untuk meluncurkan sebuah restoran Filipina, dan membuat kuliner negeri itu terkenal di Inggris.

Louise dan ibunya muncul di acara "Two’s Top of the Shop" di siaran BBC bersama Tom Kerridge.
Di acara berupa kontes makanan itu, para pesertanya harus memiliki produk terbaik dari tujuh kategori berbeda.
Louise bercerita, sampai beberapa tahun lalu ia adalah seorang pengacara. Kemudian mereka ditawari redudansi sukarela.
Sebenarnya ia sudah melewati beberapa interview pekerjaan. Namun, ia pikir dirinya selalu ingin bepergian.
Baca: Digagalkan Camat, Siswa SMP Ini Bersikukuh Nikahi Pacarnya
Jadi ia akan pergi begitu saja dan melakukannya hingga beberapa bulan, kemudian balik kembali.
Hingga suatu ketika Louise sedang duduk santai di sebuah kafe di Melbourne, Australia, dalam travelingnya selama dua minggu.
“Aku pikir, aku ingin tahu apa yang terjadi bila aku mengikuti impianku. Yaitu memiliki sebuah restoran kecil sendiri dan aku tidak melihat ke belakang. Aku dapat ide di kepala dan itu saja,” cerita Louise.
Setelah meninggalkan pekerjaanya, Louise menjalankan klub di Brighton, yang cukup untuk membayar tagihannya dengan biaya sekitar 10 ribu poundsterling atau Rp 200 juta.
Sementara dalam pekerjaan terakhirnya ia mendapat jaminan kesehatan pribadi, dana pensiun, dan bonus sekitar 55 ribu poundsterling.
Baca: Mobil Indonesia ”Berkeliaran” di Prancis, Begini Reaksi Polisi Setempat
Dengan perubahan penghasilannya, Louise bilang ia merasa bahagia melakukan sesuatu yang dia sukai.

Awalnya sang ibu merasa skeptis dengan keputusan putrinya, cemas tentang ketidakstabilan akan putrinya menjalankan bisnisnya sendiri, dibandingkan dengan kariernya sebagai pengacara.
Louise bilang, ibunya benar-benar gembira untuk dirinya, tetapi awalnya menyerah dari karier di bidang hukum menjadi ke makanan.
“Karena hal itu cukup berbeda di Filipina. Anda sekolah dan pendidikan sangat menekan anda untuk mendapatkan pekerjaan yang pantas jika Anda suka,” kata Louise.
Produk utama Louise adalah asinan Mestiza yang dijual seharga 3,75 poundsterling atau Rp 75 ribu per botol, yang dibuatnya di dapur rumahnya.
Louise mengaku bahwa perlu perjuangan untuk membawa kuliner Filipina ke Inggris, karena kuliner itu belum punya pasar yang besar dibandingkan kuliner lain di dunia.
Baca: Judika Akan Konser di Novotel, Catat Tanggalnya
Wanita itu memulai bisnisnya dengan berjualan di kaki lima dan punya 7-10 pelanggan, yang beberapa di antaranya adalah teman.
Orang-orang akan bertanya: “Apa makanan orang Filipina? Apakah rasanya seperti makanan China?”
“Ini adalah mengenalkan sesuatu yang benar-benar baru. Tetapi, setiap kuliner dimulai dari tidak terkenal. Jadi aku hanya mengatakan kepada mereka untuk mencoba atau datang melihat apa yang aku kerjakan,” lanjut Louise.
Louise menyiapkan asinannya dengan memarut pepaya muda dengan sebuah serutan sehingga terlihat seperti mi.
Ia mengombinasi pepaya dengan wortel, cabai, bawang, dan jahe. Setelah itu sayuran tersebut dicampur dengan cuka dan garam selama 24 jam.
Baca: Asyik, Cuti Bersama Lebaran Ditambah Tiga Hari
Keluarganya mengembangkan proses pembuatan asinan, dan Louise tidak akan mengangkat sayuran itu sebelum ibunya mencoba rasa asam cukanya.
Berbicara untuk dokumentari BBC, ibunya, Marlene, mengatakan: “Aku begitu bangga padanya karena aku tahu bahwa ia bangga akan akar keluarga. Aku tahu ia akan melakukannya dengan baik.”
Dilansir dari situs Mail Online, kontestan ‘Two’s Top of the Shop’ dinilai pada sejumlah produk yang mereka jual, bagaimana produk dipasarkan, bagaimana menjalankan bisnis mereka, dan tentunya kualitas produk itu sendiri.
Di episode ke-8, para koki amatir itu membuat jenis-jenis makanan yang berbeda akan bersaing menjadi yang terbaik dalam kategori mereka memenangkan tiket ke babak final.
Di episode final, juri Nisha Katona dan Alison Swan Parente akan memutuskan siapa yang memiliki produk terbaik dari semua kategori.
Baca: Begini Pengakuan Tersangka Pembunuhan di Panjang
Louise yang memasarkan asinan asli Filipina menceritakan bagaimana resep asinan itu diturunkan dari generasi ke generasi.
“Itu adalah sebuah warisan yang diturunkan dari nenek ke ibu lalu ke putrinya dan cerita itulah yang dilakukan oleh Louise,” kata Nisha Katona.
Episode Top of the Shop bersama Tom Kerridge ini ditayangkan di televisi BBC pada Selasa (18/4) malam waktu Inggris. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul: Pengacara Ini Melepas Pekerjaan Bergaji Rp 1 Miliar untuk Menjual Asinan Pepaya, Semua Demi Warisan Keluarga