Kisah Haru Pertemuan 2 Bersaudari yang Terpisah 79 Tahun Akibat Perang 

Dengan berlinang air mata, Que Bamei memeluk erat kakak perempuannya, yang berpisah darinya sejak 79 tahun.

Editor: Reny Fitriani
Intisari-Online
Qua Bamei dan saudarinya yang bertemu setelah 79 tahun terpisah. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Dengan berlinang air mata, Que Bamei memeluk erat kakak perempuannya, yang berpisah darinya sejak 79 tahun lalu akibat gejolak invasi Jepang.

Que, 87, lahir dari sebuah keluarga besar di Kota Qinzhou di Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, Cina Selatan.

Baca: Berlaku Mulai Tahun Ini, Jemaah yang Wafat Sebelum Berangkat Bisa Digantikan Keluarga 

Ketika Jepang menginvasi kota tersebut pada tahun 1939, Que yang berusia delapan tahun harus berpisah dengan delapan saudara kandungnya dan mengikuti keluarga lain yang melarikan diri ke Provinsi Guangdong.

Baca: Gara-gara Permintaan Mertua, Pria Ini Tega Ingin Ceraikan Wanita yang Baru Dinikahinya 

Ia diadopsi oleh sebuah keluarga di Zhanjiang, Guangdong, dan tidak pernah kembali ke kampung halamannya atau bertemu dengan keluarganya yang lain sejak saat itu.

Sepuluh tahun kemudian, kenangan Que akan kampung halamannya memudar menjadi beberapa gambar yang buram, “sebuah halaman besar dengan kolam di depan, selain kolam adalah makam kakek.”

Namun, keinginannya untuk kembali ke kampung halaman dan bertemu saudaranya selalu berakar di hatinya dan semakin menguat seiring berjalannya waktu.

Pada bulan Februari lalu, Que menjalani operasi  batu empedu dan sering mengatakan ingin kembali ke kampung halamannya.

Menyadari bahwa tidak ada waktu lagi, cucunya, Huang Guangpeng, 33, memutuskan untuk membantu neneknya memenuhi impiannya. Ia menggunakan platform baobihujia online, yang didedikasikan untuk membantu keluarga yang hilang untuk bersatu kembali.

Dengan pesan singkat dari Que, sukarelawan tidak mudah untuk menemukan desanya, belum lagi kerabatnya yang hilang. Apalagi Que buta huruf, sehingga tidak mengerti dengan jelas karakter nama keluarganya.

Setelah mencari beberapa saat, para relawan menemukan sebuah rumah tangga dengan nama keluarga “Que” yang memiliki pelafalan yang mirip dengan “Ji” menurut dialek lokal. Ada kesamaan pula dengan deskripsi yang disampaikan oleh Que.

Para relawan kemudian menyelidiki lebih lanjut dan menegaskan bahwa Que lahir di desa Dashigu di kota Shabu, Distrik Qinnan. Ayahnya, Que Mingguang, seorang perwira, tewas dalam pertempuran mempertahankan tanah air dan lima saudara laki-lakinya hilang dalam perang.

Namun, tiga saudara perempuannya kemudian menikah di Qinzhou, meskipun dua orang telah meninggal, tetapi saudara tirinya, Que Qijie masih hidup.

Sebelum mereka bertemu langsung, dua bersaudari ini mengobrol melalui video, di tengah banjir air mata mereka dan berjanji bertemu sesegera mungkin.

Halaman
12
Sumber: Intisari Online
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved