Selain Jaga Warisan Budaya, Anak Muda Lampung Menari Tradisional Biar Mudah Konsentrasi

Ia sedang berlatih menghafal gerakan tarian tradisional sebelum memadukannya dengan musik pengiring.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Ridwan Hardiansyah
Istimewa

Laporan Reporter Tribun Lampung Andreas Heru Jatmiko dan Jelita Dini Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Meski tanpa musik, Anggun Suri Levina (21) menggerakkan tangannya berirama.

Ia sedang berlatih menghafal gerakan tarian tradisional sebelum memadukannya dengan musik pengiring.

“Karena, dasarnya harus dapat dulu. Itu latihan berulang-ulang, mulai dari gerakan tangan, tatapan muka, posisi berdiri, sampai benar-benar menguasai tarian tersebut. Baru nanti, dibarengi dengan musik pengiring,” kata Anggun, Jumat (13/4/2018).

Sejumlah anak muda di Lampung berlatih tarian tradisional.

Baca: Anggaran Terbatas, Pemkot Cuma Sempat Bangun Satu Rusunawa buat Tata Kawasan Pesisir

Selain untuk menjaga warisan budaya, menari dianggap bermanfaat untuk melatih konsentrasi, dan kesehatan karena olah tubuh yang dilakukan.

Anggun mengungkapkan, menari tradisional tidak bisa dilakukan sembarangan.

Lantaran, gerakan-gerakannya memiliki ciri khas, yang tidak ditemui pada tarian tradisional lainnya.

Apalagi, setiap gerakan memiliki tingkat kesulitan berbeda.

Karena itu, Anggun menerangkan, seorang penari harus berhati-hati dan berkonsentrasi saat berlatih menari.

“Ada gerakan yang susah dipelajari. Makanya, harus belajar berulang-ulang sampai menguasai gerakan tersebut,” ungkap mahasiswi asal Bandar Lampung tersebut.

Siti Ayu Faradhita (16) pun mengaku, konsentrasi sangat dibutuhkan saat berlatih tarian tradisional, terlebih saat pentas di atas panggung.

Sebab dalam menari, ketenangan dibutuhkan agar gerakan tarian yang dibawakan tidak salah.

“Apalagi saat pentas, itu butuh mental karena tampil di depan orang banyak,” ucap Ayu.

Fitra Avelia (18) membenarkan bahwa sejak berlatih menari tradisional, ia lebih mudah konsentrasi.

“Gerakan-gerakan dalam tarian itu harus sesuai, makanya butuh konsentrasi. Itu berpengaruh ke hal lain, saya jadi lebih mudah konsentrasi,” kata Fitra.

Mahasiswi asal Bandar Lampung itu juga mengatakan, ia kini memiliki mental yang lebih berani.

Lantaran, ia kerap menari di depan banyak orang.

“Karena, tidak semua orang berani tampil di depan orang banyak,” ucap Fitra.

Fitra mengungkapkan, ada dua tarian tradisional Lampung yang dikenal, yaitu tari sembah atau sigeh pengunten dan tari bedana.

Karena itu, setiap penari yang berlatih di sanggar, biasanya wajib menguasai dua tarian tersebut.

“Dua itu utama dan wajib dikuasai, baru (tarian tradisional) lainnya menyusul,” ungkap Fitra.

Anggun menambahkan, kedua tarian tersebut telah menjadi ikon Lampung, yang dikenal banyak orang.

Sehingga, seorang penari yang menarikan tarian tradisional Lampung, wajib bisa menarikan kedua tarian tersebut.

“Bisa dikatakan, kedua tarian itu wajib dipelajari oleh penari khas tari Lampung. Kedua tarian itu juga paling sering dimainkan saat pentas, lomba, atau acara tertentu,” papar Anggun.

Pertama Kali Diajarkan Tarian Lampung

Bendahara Sanggar Sasana Budaya, Indah Afriyani Widyastuti mengatakan, pihaknya mengajarkan tari tradisional, tari modern, maupun tari kreasi.

Meski begitu, tari tradisional, khususnya tarian khas Lampung, menjadi menu wajib yang harus dipelajari.

Bahkan, tarian Lampung menjadi tarian pertama yang dipelajari setiap orang yang baru bergabung di Sanggar Sasana Budaya.

“Semua anggota di sini, pertama kali akan dilatih tarian Lampung, seperti bedana, sigeh pengunten, dan lain-lain,” ungkap Indah.

Setelah tiga bulan berlatih tarian Lampung, Indah menuturkan, penari akan mengikuti ujian.

Hal itu untuk melihat apakah penari tersebut telah menguasai tarian Lampung atau belum.

“Kalau sudah menguasai, baru akan diajarkan tarian tradisional lain, modern dance, atau tari kreasi lainnya,” ujar Indah.

Sementara, pemilik Sanggar Tari Bunga Mayang, Joni Effendi Z mengungkapkan, anggota yang baru bergabung akan dilatih secara privat.

Hal itu agar penari bisa fokus mempelajari gerakan-gerakan tarian.

Setelah mahir, Joni menerangkan, penari tersebut baru bisa berlatih bersama anggota lain.

“Hanya saja, berapa lama seseorang bisa mahir, semua tergantung dari orang itu. Karena, setiap orang memiliki kemampuan dan daya tangkap yang berbeda,” jelas Joni.

Sanggar Tari Bunga Mayang, menurut Joni, mengajarkan semua tarian, baik tradisional, modern, maupun kontemporer.

Untuk tarian tradisional, selain tarian tradisional Lampung, pihaknya juga mengajarkan tarian tradisional seluruh nusantara.

Sementara, setiap orang yang baru berlatih menari di Kampoeng Budayo Production, tidak serta merta langsung latihan menari.

Pemilik Kampoeng Budayo Production, Eka Maya Adhitama mengungkapkan, anggota yang baru bergabung terlebih dahulu berlatih olah tubuh.

Kemudian, mereka berlatih pengenalan gerak.

“Jika sudah bisa keduanya, baru diajarkan tarian. Kami mengajarkan tarian tradisional, modern, dan kreasi,” kata Eka.

Seminggu 14 Kali Pentas

Tak hanya berlatih, Joni mengatakan, anggota Sanggar Tari Bunga Mayang juga akan diikutkan dalam berbagai kegiatan, mulai dari lomba hingga berbagai acara, misalnya pernikahan.

Dalam seminggu, menurut Joni, sanggarnya bisa pentas sebanyak 14 kali.

“Itu bisa melatih kepercayaan diri. Jadi bukan sekadar berlatih atau pentas, tetapi manfaat lain juga bisa didapatkan. Selain menyalurkan hobi, bisa melatih keseimbangan fisik dan mental, dan bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat,” papar Joni.

Indah menerangkan, Sanggar Sasana Budaya minimal satu minggu sekali melakukan pentas di berbagai acara, mulai dari gathering, pernikahan, dan sebagainya.

“Yang ikut pentas, anak-anak yang memang sudah mampu dan menguasai tarian,” ungkap Indah.

Buat anggota yang belum menguasai tarian, Indah mengatakan, pihaknya memiliki pentas ujian.

Pada pentas tersebut, penari akan menggunakan kostum lengkap sama seperti pentas pada acara.

“Itu untuk melihat bagaimana penguasaan mereka pada satu tarian. Itu juga bagus untuk melatih kepercayaan diri dan membentuk karakter,” kata Indah.

Pentas minimal seminggu sekali juga dilakukan Kampoeng Budayo Production.

Eka mengungkapkan, pentas baik untuk meningkatkan kepercayaan diri penari.

“Dan, mendapatkan penghasilan dari setiap pentas yang diikuti,” ucap Eka.

Anggun mengungkapkan, ia akan mendapat upah apabila ditunjuk pihak sanggar untuk mengikuti pentas.

Meski begitu, ia enggan mengungkapkan besaran upah yang ia terima.

Kan kadang tampil bareng-bareng, jadi bayarannya (setiap acara) bisa beda-beda,” terang Anggun.

Hal serupa disampaikan Fitra. Selain melatih kepercayaan diri, menari dalam sebuah pentas pun memberikan tambahan finansial buatnya.

Tetapi, Fitra pun enggan menyampaikan upah yang ia terima dari setiap pentas.

“Berbeda-beda (upahnya). Tergantung acaranya,” tutur Fitra.

Pendaftaran Mulai Rp 150 Ribu

Anggun menerangkan, ia biasa berlatih menari sebanyak dua kali dalam satu minggu.

Di mana, waktu latihan selama dua jam untuk setiap pertemuan.

“Kalau ada pentas bisa lebih intens. Bisa setiap hari, tergantung kebutuhan atau ada tarian baru yang harus dipelajari,” tutur Anggun.

Sementara, Fitra mengungkapkan, ia biasa berlatih tiga kali sampai empat kali dalam satu minggu.

Durasi setiap pertemuan, menurut Fitra, selama dua jam.

“Latihan rutin. Karena, saya hobi dan itu juga bisa membuat badan sehat karena banyak melakukan gerakan,” kata Fitra.

Serupa Fitra, Ayu pun mengaku berlatih minimal empat kali dalam seminggu, dengan durasi dua jam setiap pertemuan.

Indah menerangkan, Sanggar Sasana Budaya saat ini memiliki 60 orang anggota, mulai dari usia 4 tahun-25 tahun.

Setiap anggota diharuskan membayar uang pendaftaran sebesar Rp 175 ribu.

“Uang bulanan Rp 20 ribu, dan uang sekali datang Rp 2 ribu,” kata Indah.

Sedangkan di Sanggar Tari Bunga Mayang, Joni mengungkapkan, jumlah anggota sekitar 70 orang.

Tercatat, anggotanya berusia 9 tahun-32 tahun.

Adapun, calon anggota wajib membayar biaya pendaftaran Rp 150 ribu, dan uang bulanan Rp 50 ribu.

Adapun di Kampoeng Budayo Production, Eka menerangkan, pihaknya tidak memungut biaya.

Meski begitu, pihaknya menerima latihan privat dengan biaya Rp 75 ribu per sekali datang.

Baca: Disebut Ilegal, Penghuni Reklamasi Sampah Ternyata Miliki Surat Keterangan Tanah

Latihan privat maksimal diikuti delapan orang.

“Kami ada 20 anggota aktif, yang berusia 16 tahun-25 tahun,” ujar Eka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved