Elite Gerindra Ini Yakin Prabowo Subianto Menangi Pilpres 2019, Ini Alasannya

Politikus Gerindra Ini Yakin Prabowo Subianto Menangi Pilpres 2019, Ini Alasannya

Penulis: taryono | Editor: taryono
Jokowi dan Prabowo 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi meningkat dalam enam bulan terakhir berdasarkan survei Litbang Kompas.

Sedangkan elektabilitas lawan terberatnya, Prabowo Subianto, justru menurun.

“Elektabilitas Jokowi naik 9,6 persen, sementara Prabowo turun sekitar 4 persen,” kata Manajer Penelitian Litbang Kompas Toto Suryaningtyas dilansir tempo co, Senin, 23 April 2018.

Menurut survei itu, tingkat keterpilihan Jokowi bila pemilihan presiden dilaksanakan saat ini adalah 55,9 persen.

Elektabilitas itu meningkat dibanding enam bulan lalu, yakni 46,3 persen.

Adapun tingkat keterpilihan Prabowo pada enam bulan lalu mencapai 18,2 persen.

Namun menurun menjadi 14,1 persen pada saat survei ini berlangsung.

Toto mengatakan kenaikan elektabilitas Jokowi disebabkan oleh kenaikan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya.

Pada April 2018, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi mencapai 72,2 persen dibandingkan dengan enam bulan lalu, 70,8 persen.

“Kenaikan elektabilitas Jokowi sejajar dengan tingkat kepuasan masyarakat,” katanya.

Toto mengatakan kenaikan elektabilitas Jokowi juga disebabkan oleh kandidat lain yang belum memiliki kejelasan untuk maju dalam pilpres.

Survei ini, kata dia, dilakukan sebelum Partai Gerindra resmi mengusung Prabowo sebagai capres pada 11 April 2018.

“Problem kandidat lainnya karena belum ada kejelasan mereka mau maju capres atau cawapres, jadi publik belum menilai dengan jelas,” kata Toto.

Survei Litbang Kompas dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 di 32 provinsi.

Survei melibatkan 1.200 responden berusia di atas 17 tahun yang dipilih acak dengan metode tatap muka.

Survei memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sekitar 2,8 persen.

Baca: Sempat Beri Sinyal Dukung Jokowi, SBY Tiba-tiba Ramalkan Kehadiran Pemimpin Baru

Baca: PAN Ingin Gaet Gatot Nurmantyo, Sementara Partai Islam Ini Mengaku Kecewa Berat

Sementara itu, Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman meyakini, kendati pemilu dilaksanakan saat ini, Prabowo akan memenangi Pilpres dan mengalahkan calon lawannya, Joko Widodo.

"Sekarang, kalau pemilu dilaksanakan hari ini, menurut saya Pak Jokowi kalah. Kenapa? orang sudah tahu kartunya Pak Jokowi. Kalau dulu kan seolah-olah Pak Jokowi sosok sederhana, bisa menyelesaikan masalah. Faktanya, banyak harapan masyarakat enggak terpenuhi," ujar Habiburokhman dilansir kumparan,  Minggu (22/4) malam.
Habiburokhman pun membeberkan beberapa faktor yang membuat Prabowo disinyalir menang telak di Pilpres.
Mulai dari janji kekuasaan hingga jabatan menteri di kabinet.
"Paling gampang soal bagi-bagi kekuasaan. Faktanya? Kemudian ketua partai tidak boleh jadi menteri, faktanya? Itu kan incumbent penyakitnya, atau musuhnya incumbent itu kan dirinya sendiri. Jadi yang disampaikan tidak sesuai pernyataan," kata dia tanpa menyebut pihak yang dimaksud.
Pria yang juga turut aktif di Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) ini mengklaim partainya tidak akan bekerja terlalu keras untuk memenangi pilpres.
Menurut Habiburokhman, yang bisa mengalahkan Prabowo di 2019 nanti, hanyalah kecurangan.
"Maka lawannya incumbent tidak perlu kerja terlalu keras. Kerja keras kami itu hanya memastikan tidak ada kecurangan, tidak ada abuse of power, tidak ada money politic, tidak ada intimidasi, itu kerja keras kami. Kalau empat hal itu tidak ada, maka saya yakin kita bisa menang," ujarnya.
 
Adapun Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tetap yakin ketua umumnya, Prabowo Subianto, akan meraih suara terbanyak jika maju Pilpres 2019.
Fadli tetap meyakini hal itu meski elektabilitas Prabowo relatif jauh di bawah Presiden Joko Widodo.
"Menurut saya biasa-biasa saja. Nanti pada waktunya tentu akan ada kontestasi yang sesungguhnya dan rakyat yang menentukan dan itu masih tahun depan. Kalau kami masih yakin Pak Prabowo akan menang," ujar Fadli saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Menurut Fadli, kendati berdasarkan survei elektabilitas Jokowi naik, masyarakat justru merasakan kesulitan, terutama di bidang ekonomi.
Ia menilai, banyak janji-janji pemerintah yang belum terealisasi.
Masyarakat, kata Fadli, semakin sulit mencari pekerjaan dan harga-harga kebutuhan pokok naik.
"Orang-orang di sekitar presiden juga seharusnya jangan ABS, asal bapak senang, gitu. Coba dihadapi dong persoalan-persoalan yang ada di masyarkat. Saya menemui juga kemarin di Sumatera Utara, di dapil saya, dan berbagai tempat. Rata-rata sama, merasakan kesulitan-kesulitan hidup, terutama di bidang ekonomi," kata Fadli.
Selain itu, lanjut Fadli, berbagai hasil survei saat ini hanya manjadi salah satu indikator awal.
Ia mengatakan, hasil survei belum tentu merefleksikan apa yang akan terjadi saat pilpres nanti.
Fadli meyakini, elektabilitas Prabowo akan meningkat jelang Pilpres 2019.
"Jadi, menurut saya, survei ini hanya indikator awal. Pemilu itu persis satu tahun lagi," ucap Wakil Ketua DPR itu.


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved