Tarif Ustaz Kondang Ini Sampai Puluhan Juta per Jam, Siapa Paling Mahal?
Tarif mahal bagi pendakwah tertentu telah menjadi rahasia umum. Mereka adalah mereka yang kerap wara-wiri pada stasiun televisi.
Hampir tujuh tahun saya di Hong Kong dan selama 4 tahun terakhir ini saya berkecimpung dalam organisasi yang kadang menjadi EO suatau acara dengan mengundang bintang tamu artis dari Indonesia.
Sedikit banyak, saya tahu seluk-beluk penyelenggaraan acara di Hong Kong.
Untuk gedung di Sheung Wan yang rencananya akan dipakai untuk acara yang sedianya akan ustad hadiri tersebut, setidaknya sudah 3 kali saya memasukinya.
Gedung tersebut merupakan ruangan berbentuk L yang kapasitasnya (menurut pengamatan orang awam seperti saya), hanya muat untuk 500 orang (itu juga kalau dijejal-jejal).
Jika tiket masuk dijual seharga 50 (Hong Kong dollar), dan pengajian diadakan dua sesi, maka hasil dari penjualan tiket adalah : 50 x 1000 orang = 50.000 (Hong Kong dollar).
Kurs saat ini : HK$ 1 = Rp. 1300 (kurang lebih, karena kurs naik turun).
Jadi, jika ustazmenyebut angka 150 juta rupiah, maka saya katakan hal tersebut adalah AJAIB (kalau tak mau dikatakan OMONG KOSONG).
Lagipula, angka HK$50. 000 itu dengan asumsi bahwa tiket terjual habis (sold out)*. Pada kenyataanya, tidak semua tiket bisa terjual habis.
Dan uang sejumlah itu bisa dikatakan sangat pas-pasan untuk membiayai sebuah acara di Hong Kong.
Ini berdasarkan pengalaman saya selama bergelut dalam organisasi Forum Lingkar Pena Hong Kong.
Perlu ustaz ketahui, pengajian di Hong Kong dengan menjual tiket (entah itu HK$20, 50, atau 100) itu sudah lazim di kalangan tenaga kerja Indonesia di Hong Kong ini.
Di Hong Kong ini, memakai mesjid atau gedung TIDAK BISA GRATIS. Minimal perlu HK$ 4.000 untuk sewa satu gedung (ini harga sewa gedung di pelosok, kalau di pusat kota minimal bisa dua kali lipatnya).
Belum lagi sewa sound systemnya (tidak mungkin ‘kan ustad teriak-teriak atau lari sana-sini agar suara ustad dapat didengar oleh jamaah yang hadir).
Harga sewa sound system bisa berkisar HK$ 5.000 ke atas. Belum lagi ditambah biaya pembelian tiket pesawat untuk ustad dan manajer ustad, biaya hotel, konsumsi,transportasi, dll.
Jika pun acara di laksanakan di tempat terbuka, seperti lapangan Victoria Park, itu juga harus ada ijin dari pengelolanya.
Setidaknya, penyelenggara acara harus membayar uang asuransi pada pengelola taman jika ingin menggunakan area tersebut. Hal ini saya ketahui saat mencari info tentang penggunaan lapangan rumput dan tenda putih atas Victoria Park.
Dan lebih fantastis lagi, sound system kalau untuk outdoor seperti di lapangan Victoria Park, harga sewanya bisa mencapai belasan juta rupiah.
Jadi, jika ustad mengatakan bahwa dakwah ustad dijadikan lahan bisnis oleh EO di Hong Kong, saya sangat meragukan hal ini.
Karena, yang saya tahu, jika pun acara pengajian itu memperoleh keuntungan dari penjulan tiket serta dana dari kotak amal (yang diedarkan saat pengajian berlangsung), maka dana tersebut tidak akan masuk ke kantong panitia penyelenggara, melainkan disumbangkan ke Indonesia, entah itu untuk pembangunan mesjid, pesantren, dll.
Mengenai hal ini, mungkin ustaz bisa bertanya pada EO yang mengundang ustaz, berapa pondok pesantren yang sudah mereka biayai dari uang sisa yang didapat dari acara pengajian yang mereka adakan.
Ustad akan lebih tercengang lagi, jika melihat fakta bahwa begitu banyak mujahidah di Hong Kong ini yang rela berpanas-hujan menjual majalah, meminjamkan buku melalui perpustakaan lesehan, menjual buku, dll demi mendapat keuntungan 1 atau 2 dolar yang mereka kumpulkan untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia.
Bayangkan, mereka rela berlelah-lelah di hari yang seharusnya menjadi hari libur mereka.
Baca: Mahasiswi UIN Ditodong Golok dan Motornya Dirampas di Depan Kampus, Rektor Bilang Prihatin
Saya sendiri pun pernah mengalaminya, menggeret-geret koper besar berisi buku-buku untuk dipinjamkan.
Uang penyewaan buku hanya numpang lewat di tangan saya,untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia.
Jika ustad mengatakan bahwa seluruh biaya yang saya sebutkan itu (tiket pesawat, hotel, dll) sudah ditanggung oleh sponsor, maka silakan disebutkan siapa saja sponsor acara tersebut, berapa banyak uang yang mereka berikan sehingga bisa mengcover seluruh biaya tersebut?
Setahu saya, untuk satu event semisal pengajian, 3 atau 4 sponsor saja itu belum tentu ada, karena kini semakin banyak organisasi TKI di Hong Kong, banyak acara yang bisa mereka pilih untuk didukung.
Satu sponsor saja, biasanya member support materi yang tidak begitu banyak, sekitar HK$500 – HK$ 2.000, sangat jauh untuk bisa menutup biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Saya berbicara berdasarkan fakta. Menurut pengalaman saya dalam mencari dana dari sponsor, kadang dana dari sponsor tidak diberikan dalam bentuk tunai, tapi berupa barang yang harus dijual, jadi tidak berbentuk cash money.
Well, dua pertanyaan itu (dari mana angka 150 juta itu ustad dapat dan sponsor mana yang mau mendanai penuh acara yang akan ustad hadiri), akan membuktikan kebenaran dari ucapan ustad.
Mari bicara fakta, atau diam jika hanya menimbulkan fitnah, menyakiti kami (TKI Hong Kong) yang ustad sebut sebagai “saudara”. Sekali lagi, saya sangat maklum jika benar ustad memasang tariff dan meminta fasilitas ini-itu pada panitia.
Saya juga tidak menyalahkan jika ustad (mungkin) berbohong di media untuk menjaga reputasi ustad.
Itu manusiawi.
Silakan saja, dosa ditanggung ustad sendiri.
Namun, jika konfliknya melebar sampai ustad koar-koar di twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong adalah jaringan dari komunis, itu sudah keterlaluan.
Curiga boleh saja, tapi tak harus berkicau di sosmed tanpa fakta, tanpa tabayyun, karena itu semua akan menjadi fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan.
Untuk media-media di Indonesia Di Indonesia, mungkin nama ustad Solmed sangat layak jual.
Sehingga otomatis, berita yang menyangkut dirinya akan menarik bagi masyarakat.
Namun, setahu saya setiap berita yang diturunkan haruslah berimbang, tidak boleh hanya
dari satu sisi saja. Meskipun narasumber berita jauh, wartawan harus tetap mengusahakan untuk mewawancarainya meski hanya melalui saluran telepon.
Jika si narasumber tidak dapat dihubungi, maka hal tersebut juga harus disampaikan kepada masyarakat, bahwa si wartawan sudah berusaha menghubungi, namun hingga saat berita diturunkan, narasumber belum memberikan jawaban.
Baca: Bukan Prabowo, Ini Sosok King Maker Pilpres 2019 Sebenarnya
Silakan menghubungi dan mewawancarai langsung EO yang mengundang ustad Solmed ke Hong Kong, agar berita yang disampaikan pada masyarakat tidak berat sebelah, dan tidak lebay (saya pernah melihat tayangan infotainment yang menampilan media yang memuat berita dengan judul “Astaga, tarif ustad Solmed 150 juta”.
Menurut saya judul tersebut sangatlah lebay karena angka 150 juta tersebut bukan tariff yang dipatok sang ustad, melainkan angka perkiraan sang ustad dari penghitungan penjulan tiket yang dijual oleh panitia).
Memang, judul bombastis bisa menaikkan berita, tapi akan merugikan media sendiri jika judul tak sesuai dengan isi.
Akibatnya, bukan tidak mungkin media yang seperti itu akan kehilangan kepercayaan dari masayarakat yang berimbas pada kematian media itu sendiri.
TKI di Hong Kong mudah dijumpai di jejaring social Facebook.
Itulah mengapa, ketika ustad Solmed koar-koar di Twitter, yang ikut me-retweet dari kalangan TKI Hong Kong hanya mempunyai beberapa follower, karena memang TKI Hong Kong hanya sedikit saja yang ber-twitter ria.
Kami lebih nyaman di Facebook karena bisa membaca info-info menarik dari catatan fans fage, sharing foto, dll, sedangkan twitter tidak memungkinkan hal itu, karena membatasi penulisan hanya 140 karakter saja.
Untuk teman-teman TKI/BMI Hong Kong, kita adalah satu tubuh, ketika ada pihak yang menyakiti bagian dari diri kita, tentu kita akan ikut terluka.
Demikian pula halnya dengan diri saya. Awalnya saya tak ingin angkat bicara, malas koar-koar di sosmed.
Tetapi, saya melihat beberapa aktivis BMI HK yang biasanya vocal membela BMI, diam melihat hal ini, sama sekali tak berkomentar.
Dan yang bukan aktivis, ada saja yang nyinyir dengan mengatakan bahwa pengajian harus gratis lah, salah panitia ngundangnya artis lah, dll.
Untuk yang belum pernah berkecimpung di organisasi BMI, tentu pernyataan “gratis” tadi wajar saja, karena ketidaktahuan mereka bahwa tidak ada yang gratis di Hong Kong ini.
Lagipula, tiket dijual kepada mereka yang bersedia membayar, tak ada paksaan.
Pun dengan kotak amal, tidak ada paksaan untuk mengisinya.
Saya ungkapkan di sini, event pengajian yang diadakan berbagai organisasi BMI di Hong Kong, tidaklah bertujuan untuk mengeruk untung ataupun dijadikan lahan bisnis seperti yang dikatakan ustaz Solmed.
Saudara-saudara kita berjuang menegakkan agama islam di negeri non muslim ini.
Baca: Tunggak Cicilan Motor 33 Bulan, Pemuda Ini Tusuk Debt Collector yang Menagihnya
Jika pun ada yang membisniskan pengajian, itu adalah oknum, jangan pernah melakukan generalisir dengan menyebutkan BMI/TKI Hong Kong, karena akan sangat fatal akibatnya, menjadi fitnah yang menyakiti semua.
Kita bisa saja memaafkan ustad Solmed atas pernyataannya di twitter yang mencurigai TKI Hong Kong sebagai komunis, kita juga bisa memboikot ustad Solmed dengan menganjurkan
keluarga kita agar meninggalkan segala tontonan yang menampilkan ustad Solmed.
Kita adalah kekuatan yang besar jika bersatu. Kita dikatakan komunis, komunis itu tak bertuhan, rela kita dikatakan demikian?
Untuk teman-teman yang berkecimpung di organisasi, terutama dalam bidang keagamaan, mari jadikan kasus ini sebagai pelajaran.
Selama ini, mungkin teman-teman tidak pernah membuat perjanjian (kontrak) tertulis dengan tamu (ustaz/artis) yang akan diundang.
Belajar dari hal ini, tawarkanlan surat perjanjian pada tamu yang akan diundang.
Jika hal itu dianggap merepotkan, maka gunakan fasilitas rekam suara di HP. Kita bisa merekam pembicaraan di HP dengan sang tamu yang akan diundang.
Atau, simpanlah bukti sms/whatsapp untuk setiap deal yang teman-teman lakukan dengan calon tamu.
Jadi, jika di kemudian hari terjadi konflik seperti ustad Solmed di atas, teman-teman punya bukti kuat.
Demikian yang ingin saya ungkapkan. Mohon maaf jika ada pembaca yang kurang berkenan dengan tulisan saya ini.
Silakan diluruskan jika da kekeliruan dalam tulisan saya ini.
Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya.
Saya tidak memihak siapapun.
Saya menuliskan hal ini karena bagaimanapun juga, saya adalah bagian dari TKI Hong Kong yang akan terluka jika nama TKI Hong Kong dinodai.
Yang benar hanya dari Allah. Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan ada hikmah yang dapat dipetik di dalamnya, tidak menjadi ghibah, apalagi fitnah.
Shatin, 17 Agustus 2013
Salam santun,
Rihanu Alifa
Ustaz Abdul Somad

Tak terima Somad diserang, seorang yang mengaku sahabat dan murid pun curhat menyampaikan klarifikasi serta menjelaskan siapa sosok dai tersebut sebenarnya.
Curhat tersebut dimuat pada laman Eramuslim.com berjudul Kesaksian Murid Sekaligus Sahabat Terhadap Ust. Abdul Somad.
Berikut salinan isinya.
Sejumlah kalangan yang menghujat guru kami Ustadz H. Abdul Somad Lc., MA (UAS), pasti tidak mengenal beliau dari dekat. Seandainya mereka kenal langsung, InsyaAlloh mereka akan berubah 180 derajat.
“Beragam serangan keji yang ditujukan pada UAS, saya yakin hanya akan menambah pahala untuk beliau. Fitnah dari para penista agama dan penista Ulama itu hanya akan meningkatkan kharisma dan popularitas beliau, membuat umat Islam makin bersatu dan makin tinggi semangat (ghirah) perjuangannya. Sebaliknya, hujatan dan fitnahan itu justeru akan membuat para pelakunya makin terhina”. Demikian informasi tertulis yang diterima oleh Panjimas secara dari seorang Muhammadun Azzam.
Muhammadun Azzam adalah seorang Ketua MUI Riau, Komisi Ukhuwah. Dirinya menulis tulisan itu pada Jumat, (24/11) untuk mewakili perasaan seorang Murid dan sekaligus juga menjadi sahabat dari ustad Abdul Somad.
Berkaitan dengan ilmu dan luasnya wawasan Ustad Abdul Somad (UAS) sudah banyak kesaksian dari sahabat beliau selama belajar di Universitas al Azhar Mesir. Tokoh muda dari Jombang al Hafidz KH Dr. Muhammad Afifuddin Dimyathi, Lc MA teman UAS di Tanta Mesir sejak tahun 1998 menyaksikan sosok UAS yang ramah, low profile dan ilmunya yang dalam.
”Hampir semua mahasiswa Tanta mengenal ustad Abdul Somad sebagai mahasiswa yang alim dan tawadlu, apalagi ditambah guyonannya yang sulit ditebak itu (baca: khas)” demikian yang dituturkan al Hafidz KH Dr. Muhammad Afifuddin Dimyathi, Lc MA pada (23/11/2017).
Baca: Era Saddam Husein, Pesepakbola Timnas Irak Dipenjara dan Disiksa Jika Kalah
Ketika aktivis PDIP Zuhairi Misrawi merendahkan keilmuan UAS lewat beranda FB nya, hanya karena Zuhairi merasa lebih senior di al Azhar, muncullah Ustadz Dr. Miftah el Banjary, MA membela UAS. ”Saya sangat mengagumi keluasan ilmu beliau (Ustadz Abdul Somad), cukup saya saja yang beradu debat ilmu pengetahuan dengan Saudara Zuhairi Misrawi” tegas Dr. Miftah el Banjary.
“Saya mengenal UAS sejak tahun 2008, sepulang beliau dari Maroko. Kami sama-sama pengurus MUI Provinsi Riau. Ketika itu UAS dapat amanah di Komisi Pengkajian, saya dapat amanah di Komisi Ukhuwah dan Hubungan Luar Negeri. Beberapa kali mengikuti kegiatan dan rapat bersama di Kantor MUI, beliau lebih banyak diam. Sikap tawdlu’ nya nampak sekali. Namun, begitu diberi kesempatan bicara, baru kelihatan hebatnya UAS. Ilmu yang mendalam serta wawasannya yang luas.Beberapa kali saya sowan ke rumah beliau di Jalan Suka Karya, Panam, Pekanbaru. Beliau sambut kami dengan sangat ramah dan tentu beliau terus motivasi kami dalam perjuangan dakwah,” ujar Azzam.
Yang sangat menyakitkan adalah tudingan dari Rina Nose yang dimuat di detikwarta, Senin (20/11/2017). Ditegur Ust Abdul Somad, Rina Nose: Hidup Cuman Modal Amplop Gak Usah Sombong!!” dan Ade Armando pun mengunggahnya di akun penista agama tersebut Kamis, (23/11).
“Mengapa menyakitkan bagi saya yang kenal Ustadz Adul Somad ? Demi Alloh saya bersaksi bahwa UAS bukanlah tipe muballigh amplop. Beliau adalah ulama pejuang yang ikhlas. Seandainya beliau muballigh amplop, mengapa undangan Jokowi, undangan menteri, Mabes Polri dll beliau tolak ? Beliau lebih memilih menunaikan janji beliau dengan umat di berbagai pelosok Nusantara yang telah rindu sosok Ulama yang mukhlis ini. Puluhan kali kami minta beliau mengisi acara seminar, diskusi publik, bedah buku, tabligh akbar hingga muktamar dan kajian dalam rangka gerakan sholat subuh berjamaah. Satu sen pun panitia tidak ada memberi amplop. Tidak ada honor. Beliau pun sepertinya maklum memang gerakan dakwah mengandalkan dana dari ummat. Sekali tempo, seorang teman panitia menyampaikan amplop pada beliau. Beliau tolak dengan halus. Padahal honor bagi penceramah adalah halalan thoyiban dan sah. Bukan seperti korupsi. Bukan seperti honor hasil menyanyi !,” kata Azzam.
ini terpaksa dia sampaikan ke publik, agar masyarakat tahu bahwa masih ada ulama pejuang yang ikhlas. Jangan sekali-sekali mengukur ulama seperti Ustadz Abdul Somad dengan uang. “Selama ini teman-teman dari beberapa daerah di luar Riau acapkali bertanya, “Berapa kalau mau undang Ustadz Abdul Somad ?” mohon maaf kalau saya tidak pernah mau menjawabnya. Dan sekarang saya cerita untuk membantah fitnah dari seorang artis yang baru melepas kerudungnya itu.Di saat popularitas beliau yang meroket, beliau sama sekali tidak memanfaatkannya untuk kepentingan duniawi.
Saat tabligh akbar di Masjid Jamaalul Jamiil pekan lalu, UAS bercerita bahwa sekalipun beliau tidak pernah membuat proposal permintaan bantuan dana. Sangat jauh berbeda dengan kalangan yang kesana-kemari bawa proposal.
Disamping karena keilmuan dan retorikanya yang bagus, mungkin karena keikhlasan beliau dalam berdakwah, Alloh SWT menggerakan umat Islam untuk menghadiri berbagai kajian yang beliau isi. Umat Islam selalu berbondong-bondong menghadiri kajian yang diisi UAS. Kajian tematik yang diambil dari hadits Nabi SAW sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 diadakan di Masjid Akromunnas Kampus Universitas Riau Gobah. Masjid Akromunnas pun tak sanggup menampung banyaknya jamaah, maka pada tahun 2013 kajian UAS dipindah ke Masjid al Falah Daul Muttaqin Jl Sumatera Pekanbaru. Masjid al Falah pun tak sanggup menampung ribuan jamaah, akhirnya pada tahun 2015 hingga tahun 2017 kajian Sabtu pagi tersebut pindah ke Masjid Raya Annur. Masjid Raya an-Nur Pekanbaru pun sepertinya tak sanggup menampung jamaah yang membludak.
Apalagi ketika UAS duet dengan Ustadz Azhar Idrus dan kemudian duet dengan Ustadz Felix Siauw, ribuan jamaah membludak hingga ke halaman masjid Raya Annur Pekanbaru. Kini publik Indonesia dan Malaysia tentu bisa menyaksikan sendiri, bagaimana umat selalu antusias menghadiri kajian UAS di berbagai pelosok daerah di Nusantara. Semua yang menggerakkan adalah Alloh Swt. Oleh karenanya, jangan menfitnah ulama pejuang yang mukhlis. Bukan hanya umat yang marah. Bisa jadi Allah swt yang akan marah.
UAS juga sorang da’i yang sederhana, tawadlu’ dan disiplin. Beliau selalu tepat waktu sesuai janji. Kecuali ada halangan syar’i. Beliau tidak hanya dakwah di Kota. Di tengah hutan belantara Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, beliau beberapa kali dakwah ditengah masyarakat suku Talang Mamak. Rimbawan dan PNS Kehutanan Riau pun banyak yang belum sampai kesana. Tapi guru kita ini sudah menelusuri Sungai Batang Gangsal, berjalan di tengah rimba belantara, bersama anak-anak suku Talang Mamak.
Baca: Ini Deretan Artis dengan Biaya Pernikahan Termahal Tapi Malah Berakhir Perceraian
Suatu hari, ketika saya berkunjung ke Ponpes al Abqory Banten, ada seorang santri yang berteriak memanggil saya, “ Ustadz dari Riau ?” tanya santri itu yang kemudian mengenalkan dirinya dengan nama Hamzah. Iya!” jawab saya. ”Saya dari kepulaauan Meranti, saya muallaf, saya di-Islamkan oleh Ustadz Abdul Somad, salam ke beliau ustadz ya. Kami ke sini juga dilepas oleh Ustadz Abdul Somad. Banyak juga yang dikirim ke pesantren-pesantren lainnya” kata Hamzah, santri kelas 1 MTs PP al Abqory Serang Banten.
Tak terasa meleleh air mata saya, kemudian Hamzahpun saya peluk. Dalam hati, “Subhanalloh luar biasa jasa ustadz Abdul Somad”.
Masih banyak kesan indah kami bersama guru kami tercinta Ustadz Abdul Somad, tapi belum saatnya diceritakan semuanya. Memang bagaimanapun beliau adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf, kata Azzam.
Namun beliau adalah manusia langka di era kapitalisme sekuler sekarang. Menurut saya, beliau adalah salah satu anugerah Allah SWT untuk mewujudkan persatuan dan kebangkitan umat. Saat ini kami hanya berharap sebagian umat Islam yang belum mengenal beliau, kemudian ikut-ikutan menaci-maki beliau di Sosmed, segeralah berhenti dan bertaubat. Namun kalau tetap juga mencaci dan menfitnah, benarlah apa yang dikatakan Ustadz felix Siauw, “Pesek yang Menjelaskan”.
Makin terang benderang konstelasi saat ini, makin jelas mana kawan mana lawan. Mana barisan orang-orang beriman dan mana barisan kaum kuffar dan munafik.(*) (kl/pm). (Bangka Pos)