Patahnya Palu Sidang dan Firasat Harmoko Jelang Tumbangnya Soeharto

Begitu palu sidang saya ketukkan, meleset, bagian kepalanya patah, kemudian terlempar ke depan.

Editor: Yoso Muliawan
Johnny TG
Pimpinan DPR RI di Gedung DPR, Senin (18/5/1998), mengeluarkan imbauan kepada Soeharto agar mengundurkan diri dari kursi Presiden RI. 

Hanya dalam 70 hari setelah peristiwa patahnya palu, 21 Mei 1998, Soeharto memutuskan mundur dari jabatanya lantaran desakan publik.

Perjalanan Soeharto sebagai Presiden RI selama 32 tahun pun patah bak palu yang diketukkan Harmoko.

Menurut Arwan Tuti Artha, penulis buku "Dunia Spritual Soeharto", patahnya kepala palu saat sidang paripura MPR/DPR ke-5 memang memberi isyarat patahnya perjalanan Pak Harto di tengah jalan.

Lengsernya Soeharto menandai munculnya era baru bernama Reformasi.

Era ini diharapkan mengembalikan demokrasi yang dianggap lenyap selama 32 tahun tatkala Orde Baru berkuasa.

Dan hari ini, Senin (21/5/2018) reformasi genap berusia 20 tahun.

Artikel ini pernah tayang pada kompas.com. Baca artikel sumber.

(Yoga Sukmana/Gregorius Bhisma Adinaya)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved