Hati-hati, Ini Usia yang Dianggap Paling Berbahaya Bagi Anak Remaja
Awal pubertas yakni sekitar 11 atau 12 hingga akhir usia remaja terbukti membawa sejumlah perubahan pada otak dan perilaku anak.
Saat para remaja ini bermain di depan teman-temannya, mereka hampir 2x lebih besar melanggar rambu lalu lintas dengan melaju saat lampu kuning.
Padahal lampu kuning cukup berisiko menyebabkan kecelakaan dan kehilangan waktu serta poin game.
Lucunya, kemungkinan melanggar rambu lalu lintas ini menurun ketika mereka bermain sendiri.
"Itu berarti bahwa remaja tidak selalu mengambil risiko, bertentangan dengan stereotip," ujar Blakemore.
Tekanan teman sebaya
Sebuah studi 2014 pernah meneliti tikus remaja yang minum lebih banyak alkohol saat mereka dikelilingi oleh tikus remaja lainnya.
Hal ini berbeda dengan tikus dewasa yang minum alkohol tanpa memperdulikan dengan siapa mereka saat itu.
Buruk dalam memfilter emosi
Sebuah penelitian di National Institutes of Health 2007 menunjukan bahwa remaja lebih buruk dalam mengabaikan emosinya dibandingkan orang dewasa.
Pada penelitian ini peneliti meminta dua kelompok, usia 9-17 tahun dan 25-36 tahun untuk melihat wajah yang ketakutan dalam fMRI.
"Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak dan remaja menunjukan aktivasi yang lebih tinggi dari dua wilayah di korteks frontal ketika mereka diminta untuk melihat wajah yang menakutkan daripada ketika mereka diminta untuk melihat wajah yang netral," ujar Blakemore.
Hal ini tidak berubah saat remaja diberitahu untuk fokus hanya pada 'aspek non-emosional'."Ini menunjukan bahwa otak remaja melacak rangsangan emosional dan membangkitkan di lingkungan bahkan ketika individu telah diminta untuk fokus pada rangsangan non-emosional," tambahnya.
Remaja tidak belajar dari hukuman
Pada 2016, Blakemore menemukan bahwa remaja cenderung tidak belajar dari hukuman.
Hal itu ditemukannya dalam sebuah penelitian dimana ia meminta dua kelompok 12-17 tahun dan 18-32 tahun untuk memilih simbol yang dikaitkan dengan penghargaan dan hukuman.