Diciduk Densus 88, Pemilik Ponpes di Lampung Ini Ternyata Jadi Manajer Klub Sepak Bola
Diciduk Densus 88, Pemilik Ponpes di Lampung Ini Ternyata Jadi Manajer Klub Sepak Bola
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Satu orang terduga terpapar paham radikalisme diamankan aparat kepolisian di RT 03 Jalan Karanganyar Desa Karanganyar Kecamatan Jatiagung, Jumat (22/6).
Menurut salah satu warga setempat, peristiwa penangkan terjadi sekitar pukul 10.00 WIB.
Pria yang enggan menyebutkan namanya itu menuturkan bahwa yang ditangkap hanya satu orang.
"Katanya sih terkait paham radikalisme. Tadi pas penangkapan banyak polisi, tapi tidak tahu dari mana," jelasnya.
Sementara Mami, istri dari ketua RT setempat, menyebutkan yang digrebek oleh polisi adalah pondok pesantren. "Kalau namanya saya gak tahu, tapi udah beroperasi selama lima tahun," kata Mami seraya mengaku bahwa para santri bukan dari warga sekitar tapi orang luar.
Doni (22) marbot Musala Nurul Ikhlas, mengatakan, penangkapan salah satu terduga paham radikalisme yang berada di pondok pesantren berlangsung tertutup.
Karena saat terjadi penangkapan jalan Karang Anyar juga sempat ditutup.
"Iya benar, tadi memang ada penangkapan. Katanya sih paham radikalisme, tapi warga tidak bisa melihat, karena semua jalan ditutup," ungkapnya.
Doni menuturkan, penggerebekan ini berlangsung sekitar pukul 10.30 hingga 12.00 WIB. "Ya tadi satu jam setengah, tapi gak tahu yang dibawa siapa, mau lihat saja gak boleh," katanya.
Doni mengatakan, meski berstatus ponpes, ia tidak mengetahui nama pondoknya.
"Kalau pondoknya saya gak tahu namanya, cuman saya tahu nama pemilik rumah dan ponpes adalah Misgianto," akunya.
Masih kata Doni, saat terjadi penggerebekan ada puluhan polisi berpakaian serba hitam.
"Ya tadi serba hitam, kayak densus, bawa senjata laras panjang," katanya.
Warga yang tinggal tidak jauh dari pondok pesantren, Atun (45) mengaku pemilik ponpes yang diketahui bernama Misgianto dikenal tertutup dan tidak terbuka dengan warga sekitar.
"Dulu orangnya itu sering ngumpul, tapi setelah lima tahun lalu dia itu sudah jarang main ke tetangga. Tapi sebelum mendirikan pondok, dia punya usaha pupuk," sebutnya.
Jarang Berbaur
Warga yang tinggal tidak jauh dari pondok pesantren, Atun (45) mengatakan, Misgianto diketahui membangun masjid di lingkungan pondok pesantrennya.
Dan para santri yang berada di pondok tersebut jarang berbaur dengan warga sekitar.
Hal ini juga dibenarkan Doni (22) marbot Musala Nurul Ikhlas, yang mengakui jika lingkungan ponpes milik Misgianto tak pernah membaur dengan warga sekitar.
"Ya gak mau membaur orang pondok itu, mereka punya masjid sendiri, jadi kalau jumatan ya sendiri. Kalau kami warga luar gak ke masjid itu," tutur Doni seraya menambahkan bahwa Misgianto memang orang asli daerah setempat, dan sejak tiga tahun ini mendirikan ponpes di rumahnya.
Doni pun menyayangkan sikap Misgianto yang memisahkan diri terhadap warga sekitar.
"Bahkan saat salat Ied juga digelar di masjid tersebut, dan warga tidak ada yang salat di sana. Meski demikian, jamaah ponpes cukup banyak bahkan ada puluhan," katanya.
Pantauan Tribun kemarin sore, pasca penggerebekan di lingkungan pondok terlihat sepi.
Nampak garis polisi yang terbentang sepanjang 50 meter menutup halaman ponpes tersebut.
Kendati demikian beberapa santri masih melakukan aktivitas di masjid ponpes tersebut.
Saat Tribun hendak menghampiri pondok, beberapa santri melarang lantaran tidak menerima tamu beberapa waktu ini.
Tangani Klub
Hari Yudi Prasetyo, kepala Dusun Blok 1A Karanganyar, mengatakan, Misgianto pernah menangani sebuah tim sepakbola.
Kebetulan, Hari mengaku pernah bermain untuk klub bernama Guntur Putra FC tersebut.
Di mata Hari, Misgianto adalah sosok yang loyal.
"Dulu itu saat saya masih remaja, Pak Mis (sebutan Misgianto) ini orangnya sangat loyal dengan klub Guntur Putra FC," kata Hari.
Setiap kali bertanding, kata Hari, Misgianto yang menyediakan biayanya.
”Ke mana-mana tanding sepakbola, semua dibiayai oleh Pak Mis,” tambahnya.
Tapi, menurut Hari, Misgianto menunjukkan perilaku yang berbeda dalam beberapa tahun belakangan.
”Setiap ketemu, yang diomongin itu agama,” ucap Hari.
Kapolda Enggan Komentar
Kapolda Lampung Irjen Pol Suntana belum banyak berkomentar terkait penangkapan orang terduga terpapar paham radikalisme.
Meski demikian Suntana mengaku memiliki data pelaku jaringan terduga teroris.
Diketahui pada Kamis (21/6) pukul 16.30 WIB, seorang warga di Pekon Waringin Sari Barat, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu dijemput petugas Densus 88, Polda Lampung dan Polres Tanggamus.
Penjemputan tersebut diduga berkaitan dengan paham radikalisme.
Kepala Pekon Waringinsari Barat Woto Siswoyo membenarkan soal penangkapan seorang warganya, diduga berkaitan dengan sejumlah orang yang tertangkap sebelumnya.
Woto mengungkapkan, warganya yang dijemput berinisial PP (42).
Dia mengungkapkan, PP sebelumnya berprofesi sebagai penjual telur.
Namun belakangan pekerjaan yang digeluti berganti sebagai tukang bangunan.(dik)