Titi Syok Lihat 2 Anaknya, Fatir dan Fatur Tertimbun Reruntuhan Bangunan & Tanah Longsor di Kaliawi

Hujan deras sejak Sabtu (23/6/2018) subuh, mengakibatkan empat unit kontrakan milik Ali Rahman (Alm) di Kelurahan Kaliawi, tergerus longsor.

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
Tribun Lampung/Ferika Okwa Romanto
Empat bedeng kontrakan di Kaliawi mengalami kerusakan terkena longsor, Sabtu, 23 Juni 2018. 

Dan saat ini dalam proses perbaikan, sedangkan puing-puing genting sudah dibersihkan.  

Baca: Menghilang Usai Menang Indonesian Idol, Akhirnya Maria Simorangkir Muncul. Wajahnya Jadi Perhatian

Tanah Labil Sebabkan Longsor

Musibah longsor yang terjadi di Kaliawi disebabkan labilnya kondisi tanah.  

Selain itu juga karena rapuhnya konstruksi tiang pancang di bedeng milik almarhum Ali Rahman itu.  

Menurut Zainal (32), salah satu warga yang rumahnya jadi korban longsor, bangunan tersebut berdiri sejak 1982 silam.  

Warga membersihkan sisa material longsor di Kaliawi, Sabtu, 23 Juni 2018.
Warga membersihkan sisa material longsor di Kaliawi, Sabtu, 23 Juni 2018. (Tribun Lampung/Ferika Okwa Romanto)

Sementara kondisi fondasi sudah menggantung akibat terkikis hujan.

Selain itu, setiap kali hujan turun, bisa dipastikan atapnya bocor.

Maka dari itu, ia lebih memilih mengungsi ke rumah orangtuanya.  

Begitu pula tiga kepala keluarga lainnya, yakni Herman, Zeki, dan Yadi.  

Baca: Populer - Diduga Sajikan Ayam Goreng Busuk ke Konsumen, Begini Nasib Restoran di Lampung

Berniat akan Dirobohkan

Guna menghindari terulangnya musibah serupa, rumah kontrakan di Kelurahan Kaliawi, Bandar Lampung akan dirobohkan.  

Menurut Noni (59), anak Ali Rahman, kebanyakan penghuni bedeng adalah cucu ayahnya. Sementara yang mengontrak penuh cuma dua kepala keluarga.  

Pascamusibah, Noni mengaku, kontrakan itu akan dirobohkan. Hal itu untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.

longsor di kaliawi, bandar lampung
longsor di kaliawi, bandar lampung ()

 “Daripada ada korban jiwa, lebih baik dirobohkan. Tapi, semuanya bergantung kesepakatan anak-anak almarhum. Karena kami ada 11 bersaudara. Daripada ada apa-apa nantinya, apalagi bangunannya sudah tua, dibangun 1982 lalu,” ungkapnya.  

Apalagi, sambung Noni, kejadian serupa pernah terjadi pada 2016 lalu. Saat itu, tembok setinggi tiga meter di belakang bedeng roboh dan menimpa area belakang rumah.  

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved