Pilgub Lampung 2018

Ini Dia Sosok di Balik Layar yang Giring Arinal Jadi Jawara Pilgub Lampung

Tak dapat dipungkiri konsultan politik merupakan salah satu yang berperan dalam kesuksesan pasangan calon gubernur nomor urut 3

Penulis: Beni Yulianto | Editor: soni
Tribun Lampung/Beni Yulianto
Hasan Nasbi dan tim memberikan penjelasan sesaat sebelum konferensi pers kemenangan versi hasil survei di Hotel Novotel 27 Juni 2018 lalu. 

Laporan Reporter Tribun Lampung, Beni Yulianto

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Tak dapat dipungkiri konsultan politik merupakan salah satu yang berperan dalam kesuksesan pasangan calon gubernur nomor urut 3. Arinal Djunaidi – Chusnunia (Nunik) di  Pilgub Lampung 27 Juni 2018.

Kesuksesan ini merujuk hasil perhitungan cepat KPU dan beberapa lembaga survei. Pasalnya, hingga kini KPU belum secara resmi mengumumkan siapa pemenangan Pilgub Lampung hasil rekapitulasi pleno berjenjang.

Baca: Nunik Ajak Ridho,  Herman HN dan Mustafa Karaoke Bersama

Baca: Mau Terlihat Langsing? Pakai Tiffa Stripe

Baca: 6 Zodiak yang Diprediksi Akan Patah Hati pada Bulan Juli Ini

Ada dua lembaga yang dekat dengan pasangan ini selama pencalonan, yakni Eep Syaifullah dengan lembaga konsultan politiknya, Polmark. Terakhir Cyrus Network dengan CEO-nya Hasan Nasbi. Awal pencalonan Arinal - Nunik didampingi Polmark.

Banyak beredar isu miring tentang hengkangnya Polmark dari Arinal. Setelah itu Polmark digantikan oleh Cyrus Network (CN). Ada nuansa persaingan lembaga konsultan Politik pada proses pergantian ini.

CN yang digawangi mantan Jurnalis Kompas Hasan Nasbi mulai mendampingi Arinal - Nunik pada debat pertama Pilgub Lampung di Hotel Novotel pada 7 April  2018 lalu.

Ketika itu Arinal menjadi buah bibir karena ucapan E-Commerce. Bahkan beberapa media online ketika itu menyebut Cyrus sukses perlakukan Arinal.

“’Ya saya juga dikirim berita itu, gampang saja kalau mau menelusurinya, tetapi sudahlah,” kata Hasan kepada Tribun.

Lalu sejauh mana peran konsultan politik dalam pemenangan calon? Menurut Hasan kesalahan konsultan politik dari pusat yang turun ke daerah selalu merasa paling tahu.

“Kita (konsultan politik) itu kalau turun ke daerah kadang merasa paling tahu. Menjadi konsultan politik itu, bukan kita membentuk calon. Tapi lebih pada mengarahkan.  Ibaratnya tukang make up. Bukan membuat muka,” kata dia.

Pasalnya, menurut dia, calon sebagai putra daerah lah yang lebih tahu tentang daerahnya dibanding konsultan politik.

“Padahal, yang tahu daerah itu ya orang daerah itu sendiri. Tugas kita (konsultan) hanya mengarahkan. Misalkan, Pak Arinal sekitar 32 tahun di birokrasi ternyata Pak Arinal sangat menguasai tentang pertanian. Sementara ibu Nunik, itu memahami tentang anak muda, event wisata. Tiktok antara pak Arinak dan Bu Nunik di panggung terlihat saat mereka membicarakan itu,” jelasnya.

Bukan sekadar konsultan politik, CN juga bertugas melakukan survei dan hitung cepat.  Hasan mampu memadukan saksi di TPS menjadi relawan hitung cepat.

“Tentu ini memerlukan pelatihan khusus. Pasalnya, saksi sendiri disiapkan parpol pengusung. Pelatihan berjenjang sampai lebih dari 30 ribu orang, termasuk trainer. Ada 286 trainer dilatih untuk melakukan training di daerah-daerah. Itu bukan pekerjaan mudah, menyiapkan tempat saja itu sulit. Bayangkan mereka pelatihan di kampung-kampung. Dan semua pelatihan saya dikirimkan foto dan hasil pelatihannya,” jelas Hasan.

Karena itu, ia memastikan secara saksi dan relawan ia optimistis Arinal - Nunik paling siap. Hasan sendiri dengan lembaganya CN, dalam dunia politik lebih dikenal dengan tipe perang darat. Mereka melatih pasukan dengan jumlah besar.

“Biayanya pasti besar, karena itu saya banyak ditolak calon,” kata Hasan tanpa menyebut kisaran angka.

Melatih saksi TPS menurut Hasan bukan sekadar memastikan proses perhitungan di TPS berjalan fair. Tapi juga harus menyiapkan kemampuan, ketelitian di TPS.

“Misalnya saksi harus memegang salinan pleno yang dipastikan ada tandatangan KPPS. Kita tahu saksi di daerah kadang hanya mencatat hasil sendiri, kadang malah dicatat di tangan. Bagaimana ini bisa memiliki kekuatan hukum dijadikan bukti jika ada gugatan di MK, di sini pentingnya pelatihan saksi,” ujarnya.

Hasan mengatakan pelatihan saksi yang memadai, dan tidak bisa selesai hanya dengan sebulan pelatihan.

Jumlah TPS di pilgub Lampung sebanyak 15 ribu TPS. Sementara KPU hanya membolehkan satu saksi calon di dalam arena TPS. Apa peran saksi satu lagi yang juga sudah dilatih? Hasan rupanya sudah merancang.

Satu saksi diberi batas waktu berada di TPS pada pukul 7.00 wib pagi hari pencoblosan.  Jika tidak saksi satu lagi yang masuk TPS. Saksi kata dia juga berbagi tugas. Jika satu di dalam arena TPS. Satu lagi melaporkan peristiwa di TPS termasuk mencatat saksi lawan.

“Jadi kami tahu dimana saja saksi lawan dan berapa banyak,” yakinnya. Hasan juga menggunakan basis data pleno di TPS sebagai perhitungan cepat, sehingga ia menyebutnya real count bukan quick count.

Tim hukum dan Media

Melihat kesuksesan Arinal - Nunik, bukan saja secara serta merta. Ada tim besar yang bekerja, menggunakan tangan-tangan profesional. Sebut saja tim media dan tim hukum Arinal.

Tim media yang dipimpin orang-orang dari luar Lampung, sangat konsen dalam citra diri pasangan yang mereka usung.

Tim media juga bermain di dunia maya, memproduksi meme kreatif pencalonan. Sayangnya, beberapa tim media ini bekerja secara tertutup sehingga menolak diwawancarai Tribun secara terbuka.

Selain itu tim hukum. Mereka antara lain berasal dari kantor hukum Zia And Partner Law Firm yang berkantor pusat di Jakarta. 

Selama Pilgub, khususnya masa kampanye mereka bekerja mengumpulkan data-data yang berpotensi masuk ke ranah hukum.

Kasus-kasus dugaan  keterlibatan kepala desa dalam kampanye Arinal, sampai indikasi intimidasi dari perangkat pemerintahan terhadap paslon nomor 3, mereka selalu di depan melakukan advokasi.

"Kami inginnya beberapa kasus yang menurut kami sudah melampaui batas, diselesaikan lewat jalur hukum. Tapi Pak Arinal banyak menolak," kata salah seorang tim hukum Arinal belum lama ini kepada Tribun.

Tim hukum juga berperan dalam memberikan masukan kepada Arinal menjawab isu terkini, namun tetap dalam koridor normatif saat kampanye, agar tidak dijadikan alat menyerang lawan politik. Misalnya kasus bagi-bagi sarung. (Beni Yulianto)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved