Ahmad Suradji, Dukun Paling Keji di Indonesia yang Habisi 42 Wanita
Sebelas tahun, Suradji melakukan aksi pembunuhan berantai pada puluhan wanita, menggunakan cara keji yang berbeda.
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kasus pembunuhan selalu terjadi sepanjang waktu.
Ada saja orang secara bengis membunuh sesama, tanpa memikirkan konsekuensinya.
Apalagi, pelaku sampai berani membunuh orang berkali-laki.
Menelan nyawa korban tanpa henti dan merasa tak berdosa.
Baca: Nasib Preman dan Begal di Era Presiden Soeharto, Dimasukkan Karung hingga Dihujani Tembakan
Inilah yang dilakukan Ahmad Suradji yang populer dipanggil Dukun AS dan juga dikenal dengan nama Nasib Kelewang.
Dukun AS adalah pelaku pembunuhan terhadap 42 orang wanita yang mayatnya dikuburkan di perkebunan tebu di Desa Sei Semayang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dari tahun 1986 hingga 1997.
Pembunuh berantai paling brutal dalam kasus pembunuhan di tanah air.
Dalam melancarkan aksinya, Ahmad Suradji menggunakan 'topeng' sebagai seorang dukun.
Dilansir dari Grid.ID, Ahmad Suradji memang diketahui sangat tertarik dengan dunia perdukunan.
Namun, Suradji justru mengakhiri setiap wanita yang datang meminta nasihat padanya.
Sebelas tahun, Suradji melakukan aksi pembunuhan berantai pada puluhan wanita.
Pembunuhan itu dilakukan menggunakan cara keji yang berbeda.
Baca: Tanggapan Mengejutkan Prabowo soal TGB Zainul Majdi yang Dukung Jokowi
Namun, sebelum menghabisi nyawa korban, Suradji melakukan tindakan aneh dan menjijikan.
Suradji meminum air liur korbannya, lalu menguras harta bendanya.
Pembunuhan yang ia lakukan tertutup rapat.
Orang lain tak pernah mencium bau pembunuhan dari tangannya.
Namun, suatu ketika aksi biadabnya terbongkar, pada 1997.
Hal ini bermula dari ditemukannya mayat seorang wanita di kebun tebu.
Ditemukannya mayat ini mengundang warga setempat geger.
Suami dari korban pun menjadi tersangka karena sebelumnya pasangan tersebut tengah bertengkar.
Namun, bukti lain ternyata mengarah pada Suradji.
Rupanya, korban diantarkan oleh seorang warga ketika berkunjung ke lokasi perdukunan Suradji.
Kesaksian itulah yang membuat polisi memeriksa Suradji.
Suradji pun mengaku korban tersebut datang untuk berkonsultasi dan langsung pulang ke rumah.
Tak kuatnya bukti membuat kasus meninggalnya Sri Dewi dihentikan.
Namun, polisi ternyata tetap bergerak.
Mereka kembali melihat kasus-kasus orang hilang sebelumnya.
Ternyata yang hilang itu memang pasien dari Suradji.
Akhirnya, rumah Suradji digeledah petugas kepolisian.
Ternyata benar, di rumahnya, Suradji menyimpan banyak pakaian wanita dan perhiasan.
Satu di antaranya adalah milik Sri Dewi.
Sontak, bukti ini menjadi dugaan kuat bahwa pelaku pembunuhan adalah Suradji.
Setelah didesak polisi, Suradji pun perlahan-lahan membuat pengakuan.
Awalnya, ia mengaku membunuh Sri Dewi, lalu mengaku lagi telah membunuh 16 wanita.
Namun, setelah didesak polisi terus-menerus, akhirnya Suradji mengaku telah membunuh 42 wanita.
Perbuatan kejinya mengantarkan ia pada hukuman mati.
Tubuh Suradji dieksekusi mati, pada 10 Juli 2008.
Sementara itu, satu dari tiga istrinya, Tumini divonis hukuman penjara seumur hidup.
Tumini terbukti telah membantu Suradji dalam melakukan aksi pembunuhan.
Lalu apa yang membuat Suradji tega dan bengis menjadi pembunuh berantai?
Masih melansir dari Grid.ID, pada 1986, Suradji tiba-tiba memimpikan mendiang ayahnya.
Bunga tidur itu menitipkan pesan sang ayah yang ingin mewariskan kesaktiannya sebagai dukun semasa hidup.
Namun, ilmu sakti itu akan dikuasai memenuhi syarat, yakni tumbal 72 wanita.
Suradji pun harus meminum air liur tumbal itu.
Hal inilah yang menyebabkan Suradji menjelma menjadi dukunyang keji menghabisi nyawa puluhan wanita.(TRIBUNJABAR/Widia Lestari)