Keutamaan dan Niat Puasa Arafah Sebelum Iduladha
Keutamaan dan niat puasa Arafah sebelum Iduladha berdasarkan penjelasan Ketua PWNU Lampung, Muhammad Mukri.
Penulis: Okta Kusuma Jatha | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Hari Raya Iduladha jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Hari Raya Iduladha juga dikenal dengan Hari Raya Haji.
Hal itu karena umat Islam yang menunaikan ibadah haji, sedang melakukan rukun haji yang utama.
Pada 10 Dzulhijjah, para jemaah haji sedang bergerak dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah.
Sementara, pada hari sebelumnya, yaitu 9 Dzulhijjah, para jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Baca: Jelang Iduladha 2018, Niat Puasa Tarwiyah dan Niat Puasa Arafah serta Keutamaannya
Sebelum Hari Raya Iduladha, ada ibadah-ibadah sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat muslim, khususnya yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Satu di antara ibadah sunah tersebut adalah puasa Arafah.
Keutamaan dan niat puasa Arafah dapat disimak pada video dalam artikel ini.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, Muhammad Mukri mengungkapkan, puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah, atau satu hari sebelum Hari Raya Iduladha.
Dinamakan puasa Arafah, lanjut Mukri, karena pada tanggal tersebut, umat muslim yang tengah menunaikan ibadah haji, sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
“Wukuf itu berdiam diri. Jadi, jemaah haji sedang berdiam diri di Arafah. Umat muslim yang tidak berhaji, dianjurkan berpuasa,” terang Mukri, Jumat (3/8/2018).
Mukri menjelaskan, puasa Arafah hukumnya dalam Islam adalah sunah muakad.
“Artinya, sangat dianjurkan. Bagi kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji, sangat dianjurkan melaksanakan puasa Arafah,” ungkap Mukri.
Keutamaan Puasa Arafah
Keutamaan puasa Arafah telah dijelaskan dalam hadis.
Mukri mengungkapkan, menurut sebuah hadis, puasa Arafah mampu menghapuskan dosa.
Penghapusan dosa bagi orang yang melakukan puasa Arafah, berlaku untuk satu tahun yang telah berlalu, dan satu tahun pada masa yang akan datang.
“Pahalanya (puasa Arafah), menurut sebuah hadis, bisa menghapuskan dosa satu tahun sesudah, dan menghapus dosa satu tahun yang akan datang,” papar Mukri.
“Seandainya umat muslim tahu betapa besarnya pahala dari puasa Arafah, saya yakin masyarakat akan melaksanakan puasa tersebut,” tambah Mukri.
Niat Puasa Arafah
Niat puasa Arafah sebagai berikut.
"Nawaitu shauma 'arafata sunnatan lillahi ta'ala."
Selain dalam bahasa Arab, Mukri menuturkan, niat puasa Arafah juga boleh diucapkan dalam bahasa Indonesia.
Adapun, niat puasa Arafah dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
“Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah Taala.”
“Niat puasa Arafah boleh diucapkan secara lisan, boleh juga hanya di dalam hati,” tutur Mukri.
Berikut, video keutamaan dan niat puasa Arafah, sebagaimana disampaikan Ketua PWNU Lampung, Muhammad Mukri.
6 Amalan Sunah Saat Iduladha
Selain ibadah sunah sebelum Iduladha, ada juga sejumlah amalan sunah yang dianjurkan untuk dijalankan oleh umat muslim, saat merayakan Iduladha.
Dilansir nu.or.id, ada enam amalan sunah yang dapat dikerjakan saat Iduladha.
Karena Iduladha hanya berlangsung sekali dalam setahun, maka sebaiknya, umat muslim memaksimalkan ibadah dengan menjalankan amalan-amalan sunah, guna mengharap pahala dari Allah SWT.
Berikut, amalan sunah saat Iduladha yang dianjurkan para ulama.
1. Mengumandangkan takbir
Mengumandangkan takbir bisa dilakukan di masjid, musala, atau rumah.
Hal itu dilakukan sejak malam hari raya, ketika matahari terbenam, hingga imam naik mimbar untuk berkhutbah pada Hari Raya Iduladha.
Kumandang takbir dapat dilakukan sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Anjuran tersebut sebagaimana terdapat dalam Kitab Raudlatut Thalibin.
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
"Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya, mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah."
Sebagian fuqaha ada yang memberi keterangan tentang beribadah pada malam hari raya, yaitu melaksanakan salat Magrib dan Isya berjamaah, sampai dengan melaksanakan salat Subuh berjamaah.
2. Mandi sebelum salat Id
Mandi sebelum berangkat salat Iduladha boleh dilakukan mulai pertengahan malam atau sebelum waktu Subuh,
Waktu yang lebih utama adalah sesudah waktu Subuh.
Karena, tujuan mandi adalah membersihkan anggotan badan dari bau yang tidak sedap, dan membuat badan menjadi segar bugar.
Maka, mandi sebelum berangkat salat Iduladha adalah waktu yang paling baik.
يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل
"Disunahkan mandi untuk salat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu Subuh atau sebelum Subuh, atau pertengahan malam."
3. Pakai Wangi-wangian, potong rambut, potong kuku
Sunah berikutnya yang sebaiknya dijalankan adalah memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, serta menghilangkan bau-bau yang tidak enak, guna memperoleh keutamaan hari raya.
Pada hakikatnya, hal-hal tersebut sebenarnya boleh dilakukan kapan saja, ketika dalam kondisi yang memungkinkan, dan tidak harus menunggu datangnya hari raya.
Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab, terdapat keterangan mengenai amalan sunah ini.
والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب
"Disunahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunahkan juga memakai wangi-wangian."
4. Memakai pakaian bersih dan suci
Memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci jika memilikinya, menjadi amalan sunah berikutnya yang bisa dijalankan.
jika tidak memilikinya, cukup memakai pakaian yang bersih dan suci.
Tetapi, sebagian ulama mengatakan bahwa hal yang paling utama adalah memakai pakaian putih dan memakai serban.
Berkaitan dengan memakai pakaian putih, anjuran tersebut diperuntukkan bagi kaum laki-laki, yang hendak mengikuti salat Iduladha berjamaah maupun tidak mengikutinya.
Semisal, seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan.
Anjuran tersebut tidak terkhususkan bagi orang yang hendak berangkat salat saja, melainkan kepada semuanya.
Sedangkan, kaum perempuan cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa dipakai sehari-hari.
Karena, berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh.
Begitu juga, penggunaan wangi-wangian secara berlebihan.
Penggunaan pakaian dijelaskan dalam Kitab Raudlatut Thalibin.
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.
"Disunahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat salat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan, cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian."
Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik, riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA.
"Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman)."
5. Berjalan kaki ke lokasi salat Iduladha
Berjalan kaki menuju masjid atau tempat salat Iduladha itu lebih utama.
Sedangkan, orang yang telah berumur dan tidak mampu berjalan, boleh saja berangkat menggunakan kendaraan.
Dengan berjalan kaki, seseorang bisa bertegur sapa mengucapkan salam, dan bisa bermushafahah (bersalam-salaman) sesama kaum muslimin.
Hal itu sebagaimana sabda Nabi SAW dalam riwayat dari Ibnu Umar.
كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
"Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan salat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat salat Id."
Selain itu, berangkat lebih awal juga dianjurkan.
Hal itu supaya mendapatkan saf atau barisan depan.
Sembari menunggu salat Id dilaksanakan, ia bisa bertakbir secara bersama-sama di masjid dengan jamaah lain yang telah hadir.
Imam Nawawi dalam Kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut.
السُّنَّةُ لِقَاصِدِ الْعِيدِ الْمَشْيُ. فَإِنْ ضَعُفَ لِكِبَرٍ، أَوْ مَرَضٍ، فَلَهُ الرُّكُوبُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظِرُوا الصَّلَاة
"Bagi yang hendak melaksanakan salat Id disunahkan berangkat dengan berjalan kaki, sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan, maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunahkan juga berangkat lebih awal untuk salat Id setelah selesai mengerjakan salat Subuh, untuk mendapatkan saf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya salat."
6. Makan setelah salat Iduladha
Untuk Hari Raya Iduladha, disunahkan makan setelah selesai melaksanakan salat Id.
Hal itu berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri, yang disunahkan makan sebelum melaksanakan salat Id.
Pada masa Nabi SAW, makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji, ataupun lima biji.
Karena, makanan pokok orang Arab adalah kurma.
Jika di Indonesia, makanan pokok adalah nasi.
Tetapi jika memiliki kurma, hal itu lebih utama.
Jika tidak mendapati kurma, maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu.
عن بريدة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم الفطر حتى يطعم ويوم النحر لا يأكل حتي يرجع
Diriwayatkan dari Sahabat Buraidah RA bahwa Nabi SAW tidak keluar pada Hari Raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari Raya Iduladha sehingga beliau kembali ke rumah.
Diriwayatkan juga dari Sahabat Anas RA.
نَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَخْرُجُ يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وترا
Rasulullah SAW tidak keluar pada Hari Raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.
Maka, anjuran makan pada Hari Raya Iduladha adalah setelah selesai melaksanakan salat Id.
Demikian, enam amalan sunah yang sebaiknya dijalankan umat muslim saat Hari Raya Iduladha. (okta kusuma jatha)