Mencuat Duet Prabowo dan Sandiaga Uno, Kata Pengamat Ini Dampaknya Bagi Koalisi

Nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno makin santer akan berduet dengan Prabowo Subianto untuk maju di Pilpres 2019.

Editor: Safruddin
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berorasi di kampanye akbar calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/2/2017). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno makin santer akan berduet dengan Prabowo Subianto untuk maju di Pilpres 2019.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Sandiaga Uno akan “mengusik” koalisi di antara Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat.

Hal itu dikatakan Syamsuddin menanggapi santernya kabar calon wakil presiden pendamping Prabowo adalah Sandiaga Uno.

Baca: Dituding Terima Duit untuk Pilpres 2019, Politisi PKS Tantang Andi Arief

“Ya itu berpotensi mengancam keutuhan koalisi penantang koalisi Jokowi dan kita belum tahu apakah PAN,PKS, dan Demokrat akan mendukung itu,” ujar Syamsuddin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/8/2018).

Seperti diketahui, Gerindra sudah menyatakan berkoalisi dengan Partai Demokrat. Dua partai lagi, yakni PAN dan PKS, belum menyatakan bergabung dengan koalisi, namun telah menjalin komunikasi intensif dengan Partai Gerindra.

Menurut Syamsuddin, tingkat elektabilita Sandiaga Uno dibandingkan dengan bursa nama cawapres masing terbilang cukup rendah.

 “(Sandiaga Uni) Elektabilitasnya saya kira relatif lebih rendah dibandingkan jika Prabowo dipasangkan dengan semua nama yang beredar akhir-akhir ini, baik AHY, Salim Segaf, Anies, maupun Zulkifli Hasan," katanya.

Diketahui, Partai Demokrat mengorbitkan kadernya Agus Harimurti Yudhoyono,

PAN juga menyodorkan ketua umumnya Zulkifli Hasan sebagai cawapres,

serta nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz Abdul Somad sebagai calon wakil presiden rekomendasi dari sejumlah ulama dan tokoh dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF).

Baca: Ramai Prabowo Disebut Jenderal Kardus, Anak Jokowi Luncurkan Kardus Martabak

Di sisi lain, jika memang benar wacana Prabowo-Sandiaga terjadi, Syamsuddin menilai, Partai Demokrat akan keluar dari gerbong koalisi dengan Gerindra.

“Saya pikir paling tidak Partai Demokrat tidak akan ikut ke situ (koalisi Gerindra, PKS, dan PAN)," tuturnya.

Sandiaga Ajukan Surat Tidak Pailit

Di tengah wacana berduet dengan Prabowo, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ternyata sudah mengajukan surat keterangan ketidakpailitan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Surat tersebut dibuat sebagai syarat mencalonkan diri sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.

"Iya Sandiaga Uno sudah mengajukan (surat keterangan ketidakpailitan)," ujar Humas PN Jakarta Pusat, Jamaludin Samosir kepada Kompas.com, Kamis (9/8/2018).

Selain Sandiaga, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto juga telah mengajukan surat tersebut.

"Baru tiga nama itu saja. Belum ada yang lain," kata Jamaludin.

Sebelumnya, terungkap bahwa nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno turut dipertimbangkan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019.

Nama Sandiaga otomatis bersanding dengan sejumlah nama yang sebelumnya sudah digadang-gadang menjadi Cawapres Prabowo,

mulai dari Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Ustaz Abdul Somad dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Kabar itu pertama kali diungkapkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

"Ya masih wacana ya. Ada yang usul," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/8/2018) malam.

Namun, Fadli enggan menyebutkan siapa yang mengusulkan nama Sandi.

Ia hanya memberi 'clue' bahwa pengusul bukanlah berasal dari internal Gerindra, melainkan dari eksternal.

Rapat Darurat

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat darurat di kediamannya, di bilangan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (9/8/2018) siang.

Satu per satu elite Partai Demokrat merapat ke rumah Presiden keenam RI itu.

Mereka di antaranya Andi Mallarangeng, Ee Mangindaan, dan Amir Syamsuddin, Syarif Hasan.

Jauh sebelumnya, Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan sudah lebih dulu tiba.

"Ini rapat darurat, begitu lah kira-kira," kata Amir Syamsuddin kepada wartawan setibanya di kediaman SBY.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut belum mengetahui pasti hal spesifik apa yang akan dibahas dalam rapat darurat ini.

Yang pasti, kata dia, rapat ini terkait dengan langkah Demokrat untuk menentukan sikap dalam Pilpres.

Ia juga mengaku baru beberapa saat lalu mendapat undangan untuk menghadiri rapat ini. Dalam undangan tersebut, disebutkan bahwa rapat dimulai pukul 12.30 WIB.

"Undangannya sedemikian singkat, hanya undangan saja," kata Amir. Amir pun meminta wartawan untuk menunggu sampai rapat selesai dilakukan.

Sebelum menggelar rapat ini, SBY sempat menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di rumahnya.

Pertemuan hanya berlangsung selama 40 menit.

Tak ada jumpa pers bersama SBY dan Prabowo seperti pertemuan sebelumnya.

Usai pertemuan, Prabowo langsung menaiki mobilnya dan meninggalkan kediaman SBY.

Dia hanya sedikit menurunkan kaca mobilnya dan berkomentar sedikit ke wartawan yang menunggu.

"Kita musyawarah terus," kata Prabowo saat ditanya wartawan apakah Partai Demokrat jadi berkoalisi dengan Gerindra.

Sebelumnya, Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief mengungkapkan koalisi yang dibangun partainya bersama Partai Gerindra terancam batal.

Menurut Andi Arief, ada perubahan sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang menyebabkan rencana koalisi terancam batal.

Bahkan, Andi Arief menuding Prabowo berubah sikap karena persoalan materi.

"Di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar," kata Andi Arief saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Rabu (8/8/2018) malam.

Adapun persoalan materi yang disebut Andi Arief adalah terkait pemilihan cawapres Prabowo yang ditentukan berdasarkan pertimbangan materi.

Kendati demikian, Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengaku tetap optimistis koalisi antara partainya dan Partai Gerindra akan tetap terbentuk.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: wacana-duet-prabowo-sandiaga-dinilai-mengancam-keutuhan-koalisi.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved