Nilai Rupiah Anjlok, Kondisi Ekonomi 2018 Lebih Buruk Dibanding 1998? Jokowi Beri Penjelasan
Nilai tukar rupiah masih terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, sejumlah bank telah menjual
Tak hanya itu, faktor lainnya yang membuat berbeda kondisi rupiah 1998 dan 2018 adalah inflasi.
Dua dekade lalu, inflasi pada Agustus 1998 menyentuh 78,2 persen yoy.
Sedangkan, inflasi Agustus 2018 hanya 3,2 persen yoy.
Kemudian, angka kemiskinan juga menjadi faktor pembeda kondisi ekonomi pada 1998 dan 2018.
Setidaknya, ada 24,2 persen atau sekitar 49,5 juta orang penduduk miskin pada 1998.
Sedangkan pada 2018, angka kemiskinan hanya 9,82 persen atau 25,9 juta orang.
Komentar Jokowi
Presiden Joko Widodo menegaskan, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS bukan hanya terjadi terhadap rupiah, tetapi juga mata uang negara lain.
"Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia," ujar Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018).
Menurut Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina.
"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati," ujar Jokowi.
Untuk menguatkan rupiah kembali, menurut Jokowi, pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan para pelaku usaha.
"Saya kira koordinasi yang kuat ini menjadi kunci sehingga jalannya itu segaris semuanya," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi juga memberikan target kepada jajarannya untuk segera memperbaiki transaksi berjalan, dengan menggenjot ekspor dan investasi di dalam negeri.
Sebab saat ini, transaksi berjalan mengalami defisit tiga persen.