Rupiah Melemah, Eksportir Kopi dan Lada Lampung Juga Terpuruk, Ini Penyebabnya
Alih-alih mereguk keuntungan besar, eksportir Lampung justru mengeluhkan turunnya jumlah produk yang diekspor.
"Sekarang masalahnya adalah dunia. Artinya, negara-negara pesaing juga kena imbasnya. Karena pondasi mereka lemah, sehingga jatuhnya jauh dari kita.
Kalau mereka jual dengan harga mata uang mereka, jelas kita akan kalah jauh. Itu yang mengakibatkan harga komoditas kita tidak naik, walaupun kurs (dolar) naik," ucap Sumita.
Petani Kopi Mengeluh
Sementara itu, petani kopi saat ini justru mengeluhkan harga kopi yang terus mengalami penurunan signifikan.
Ismail, petani kopi di Kota Besi, Lampung Barat, menuturkan, harga kopi saat ini dibanderol Rp 18.500 per kilogram, atau turun dari Rp 22 ribu/kg.
Menurut Ismail, biasanya saat nilai tukar dolar tinggi akan berpengaruh langsung terhadap harga kopi.
Kali ini kondisinya berbeda, di mana harga dolar tembus Rp 15 ribu namun harga kopi justru anjlok.
"Kita nggak tahu kenapa. Apa Amerika nggak ngambil lagi. Ada juga yang mengatakan karena pasar dunia lagi lesu karena masuknya pedagang Tiongkok," kata Ismail, kemarin.
Selain komoditas kopi, diakuinya harga lada hitam juga mengalami penurunan. Lada ditanam tumpang sari dengan kopi.
Namun, harganya saat ini hanya Rp 20 ribu, turun drastis dari sebelumnya seharga Rp 65 ribu/kg.
Seorang penampung kopi di Lambar, Anjurni, mengatakan, anjloknya harga kopi dan lada membuat petani memilih menyimpan hasil panen.
Petani, menurut dia, menunggu harga tinggi atau normal kembali.
"Harga kopi anjlok, lada anjlok. Kami susah nyari barang. Seminggu terakhir malah makin merosot harganya," tutur Anjurni.
Anjurni berharap harga kopi dan lada kembali normal. Petani yang sudah 15 tahun menjadi pengepul komoditas pertanian tersebut, mengaku baru kali ini mengalami keterpurukan harga yang signifikan.
PTPN Tak Terpengaruh
Terpisah, Direktur Utama PTPN VII Lampung, Hanugroho, mengatakan, secara umum, kenaikan kurs dolar terhadap rupiah belum berpengaruh kepada proses bisnis PTPN VII.