Indonesia Bikin Gempar Dunia Saat Ciptakan Bom Nuklir Sendiri, Amerika Sampai Lakukan Ini

Pada April 1961 Indonesia selesai membangun reaktor nuklir pertamanya yang diberi nama Triga Mark II.

Business Insider - Ilustrasi gambar pembuatan bom nuklir 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Era tahun 1960-an, setiap negara-negara di dunia pastilah sedang dilanda kecemasan tingkat tinggi.

Selesai dengan babakan neraka Perang Dunia II, masyarakat dunia saat itu saban harinya harus berkeringat dingin mengingat perseteruan dua blok, Barat dengan Amerika Serikat (AS) dkk dan Timur dengan Uni Soviet.

Perseteruan keduanya semakin membuncah tatkala AS menguji coba bom hidrogen (termo nuklir) di Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik tahun 1954 yang dibalas dengan uji coba super atom Tsar Bomba milik Soviet tahun 1961.

Baca: Resmi, Pemerintah Rekrut 238.015 CPNS 2018, Kuota Daerah Segini

Terkhusus, uji coba termo nuklir AS membuat Indonesia sangat was-was, karena Kepulauan Marshall 'bersebelahan' dengan Indonesia bagian timur. Takut kena radiasi, pikir si Bung Besar.

Tak berlarut-larut dalam kecemasannya, Soekarno kemudian mengeluarkan Keppres No.230/1954 yang isinya membentuk sebuah Panitia Negara.

Ditukil dari The State and the Reactor: Nuclear Politics in Post-Suharto Indonesia, Panitia Negara yang dimaksud adalah panitia Penyelidikan Radio-Aktif yang disahkan keberadaannya November 1954.

Panitia ini dipimpin oleh seorang ahli Radiologi 'anyar' karena baru saja selesai studi di London bernama G.A.Siwabessy.

Siwabessy dan tim bergerak cepat ke tempat-tempat terduga terpapar radiasi uji coba atom AS itu macam di Manado, Timor dan Ambon.

Syukur, hasil olah TKP tim Siwabessy menunjukkan wilayah timur Indonesia aman dari radiasi nuklir.

Selesai dengan tugas perdananya, Siwabessy dan timnya menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk mulai melirik dan memanfaatkan nuklir untuk kepentingan nasional.

Saran tersebut diterima Soekarno dengan menindaklanjutinya pembentukan Dewan Tenaga Atom serta Lembaga Tenaga Atom (LTA).

Tanpa menunggu waktu lagi, LTA yang juga diketuai oleh Siwabessy membuat sebuah rancangan jangka panjang (blue print) pengembangan nuklir nasional.

LTA juga sangat dinamis serta aktif berkeliling dunia untuk mempelajari bagaimana sebuah negara mengelola nuklir.

Kerjasama kanan-kiri dengan negara adidaya macam AS juga tak luput dari agenda LTA, termasuk berkolaborasi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).

AS yang kala itu dipimpin John F Kennedy, memandang proyek nuklir Indonesia bersifat damai alias Atom for Peace dengan ditandai dengan kerjasama bilateral keduanya pada Juni 1960.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved