Kisah Febria Wahyu Ningrum, Anak Buruh Bangunan Jadi Wisudawan Terbaik
Febria Wahyu Ningrum, yang merupakan anak seorang buruh bangunan, mampu mampu menjadi wisudawan terbaik di Politeknik Negeri Lampung (Polinela).
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Menjadi seorang anak buruh bangunan, hal itu bukan berarti tidak bisa menorehkan prestasi.
Febria Wahyu Ningrum, yang merupakan seorang anak buruh bangunan, dapat menunjukkan hal itu.
Meski seorang anak buruh bangunan, Febria mampu menjadi wisudawan terbaik di Politeknik Negeri Lampung (Polinela).
Baca: IPK 3,92, Wisudawan Cantik Ini Jadi yang Terbaik di Unila
Prosesi wisuda mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berlangsung pada Selasa (25/9/2018).
Sebanyak 405 mahasiswa mengikutip prosesi wisuda di kampus Polinela di Jalan Soekarno-Hatta, Bandar Lampung.
Febria Wahyu Ningrum tercatat sebagai wisudawan terbaik program diploma.
Sebelumnya, ia berkuliah di Program Studi (Prodi) Ternak.
Raut wajah Febria terlihat semringah, usai ditetapkan sebagai wisudawan terbaik Polinela.
Momen tersebut merupakan hal yang paling membahagiakan baginya dan keluarga.
Bagaimana tidak, ia dan keluarga tak pernah menyangka bahwa Febria bisa kuliah dan berhasil menamatkannya.
"Jujur saja, aku ini anak kelima atau bungsu yang satu-satunya bisa kuliah. Semua saudara aku yang lain, tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya. Aku bisa kuliah karena dapat beasiswa dari program Bidikmisi," tutur Febria Wahyu Ningrum usai diwisuda.
Ayah Febria bekerja sebagai buruh bangunan.
Sementara, sang ibu hanya berdagang buah-buahan di Pasar Tamim.
Baca: Perjuangan Si Cantik Penjual Arem-arem Jadi Wisudawan Terbaik
Febria menamatkan kuliahnya dalam waktu tiga tahun dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) hampir sempurna yakni 3,96.
Prestasi itu, kata Febria, dipersembahkan untuk kedua orangtuanya.
Sebab, berkat dukungan kedua orangtuanyalah ia bisa menyelesaikan kuliah di Polinela.
"Ini aku persembahkan untuk kedua orangtuaku. Aku bersyukur sekali, aku bisa kuliah dan bisa tamat, berkat jerih payah kedua orangtuaku," ujar dia lagi.
Ia mengaku, meski terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, kedua orangtuanya selalu mengajarkan agar dirinya tidak pernah putus asa.
Mereka juga selalu berpesan agar dirinya rajin belajar dan mengejar impiannya.
"Karenanya selama kuliah, aku selalu rajin. Setiap dosen menerangkan, aku selalu catat. Kemudian dipelajari lagi di rumah. Terus belajarnya tidak terpaksa, enjoy aja," cerita perempuan kelahiran 10 Februari 1998 itu.