Polisi hingga Pejabat Jadi Korban Keganasan Aksi Kriminal Jalanan di Lampung
Polisi hingga Pejabat di Lampung Jadi Korban Keganasan Aksi Kriminal Jalanan
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Yunita Wati (40), kakak ipar Riki, menuturkan, korban mengetahui aksi pembongkaran gerai Thai Tea itu dari anaknya.
"Kejadiannya sekitar jam 8 malam. Sebelumnya, keponakan saya (anak Riki) yang pulang dari main, lihat beberapa orang mau bongkar gerobak Thai Tea," tutur Yunita, Selasa.
Hal itu kemudian dilaporkan kepada Riki. Mendapat laporan tersebut, Riki bersama anaknya langsung menuju lokasi.
Riki pun memergoki sekitar empat orang yang hendak membongkar gerai usahanya.
"Sampai di lokasi, almarhum (Riki) negur orang-orang itu. Dia sempat mengamankan salah satu dari gerombolan itu," kata Yunita.
Riki, lanjut Yunita, kemudian menyuruh anaknya meminta bantuan kepada petugas keamanan setempat.
"Saat kembali (dari meminta bantuan), keponakan saya kaget, adik saya (Riki) sudah tergeletak dan berdarah. Gerombolan orang yang mau bongkar gerobak itu sudah hilang," jelasnya.
Ketua RT 1, Lingkungan II, Negeri Olok Gading, Slamet Oktarianto, membenarkan kejadian tersebut.
"Iya. (Lokasi penusukan) di depan kios Thai Tea, depan pintu masuk perumahan. Kan di depan itu tanah kosong," ujarnya, Selasa.
Slamet tidak mengetahui persis bagaimana kejadiannya. Menurutnya, tidak ada saksi saat peristiwa. Selain itu, keadaan di lokasi sedang sepi.
"Lokasi itu memang sepi. Saksi juga tidak ada. Dan, kebetulan (gerai Thai Tea) dalam kondisi tutup," katanya.
Penelusuran Tribun, korban meninggal dunia dengan luka tusuk di perut bagian kanan bawah. Kemudian, luka bacok di pergelangan tangan kanan serta luka robek di pelipis kanan.
Kapolsek vs Maling
Sementara itu, Kapolsek Seputih Mataram, Lampung Tengah, Iptu Setio Budi Howo, juga mengalami luka karena bergelut melawan pencuri sapi, Komarudin.
Luka tersebut didapat saat Setio memimpin operasi penangkapan di Kampung Ono Harjo, Seputih Mataram, Lamteng.