Ratna Sarumpaet dan Tanamur, Diskotek Legendaris Milik Mantan Suaminya yang Saudagar Tekstil
Ratna Sarumpaet dan Tanamur, Diskotek Legendaris Milik Mantan Suaminya yang Saudagar Tekstil
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Nama Ratna Sarumpaet tengah jadi perbincangan usai mengaku babak belur digebuki orang-orang tak dikenal.
Ternyata, pengakuan menghebohkan yang kemudian disebarluaskan oleh para politisi seperti Prabowo Subianto, Fadli Zon hingga Hanum Rais itu bohong belaka.
Ratna Satumpaet mengaku bahwa cerita penganiayaan yang sempat menghebohkan jagat politik Indonesia itu bohong belaka, karangan yang dibisikkan setan semata.
Baca: Foto-foto Cantiknya Ratna Sarumpaet Saat Masih Muda hingga Mengaku Lakukan Operasi Plastik
Hiruk pikuk kebohongan Ratna Sarumpaet tak hanya menyeret tokoh-tokoh politik tapi juga keluarganya, anak-anaknya hingga menantunya.
Di balik kehebohan yang muncul, publik lantas mulai tertarik mengorek masa lalunya, keluarganya, hingga jejak kariernya.
Mengulik sekilas tentang hidup seorang aktivis Ratna Sarumpaet yang memiliki empat orang anak.
Wanita berdarah Batak ini menikah dengan seorang saudagar asal Arab, yakni juragan tekstil ternama di Tanang Abang, Jakarta Pusat.
Buah cinta dari pernikahan Ratna dan Ahmad Fahmy Alhady melahirkan empat orang anak, Atiqah Hasiholan, Mohammad Iqbal Alhady, Fathom Saulina, Ibrahim Alhady.
Sayangnya rumah tangga Ratna dan Fahmy harus kandas pada tahun 1985, dan pernikahan tersebut hanya berlangsung selama 13 tahun.
Baca: Mengintip Suasana Rumah Ratna Sarumpaet, Sentuhan Seni di Kediaman Kampung Melayu Kecil
Dan yang menarik mengenai kehidupan Ratna Sarumpaet tak lain adalah tentang suaminya yang merupakan penguasa hiburan malam kala itu.
Ya, Ahmad Fahmy Alhady merupakan saudagar kaya keturunan Arab yang berhasil mendirikan diskotek pertama dan tertua di Jakarta.
Diskotek tersebut diberi nama Tanamur (singkatan dari Tanah Abang Timur), berlokasi di Jalan Tanah Abang Timur No.14, Jakarta Pusat.
Tanamur resmi berdiri pada 12 November 1970 silam oleh mantan suami Ratna Sarumpaet.
Surat perizinan diberikan Gubernur DKI Jakarta yang dijabat oleh Ali Sadikin waktu itu.
Alasannya sangat sederhana, apalagi kalau bukan investasi merauk keuntungan sebesar-besarnya dari hiburan malam yang menjamur.
Bang Ali juga mengatakan, hiburan malam merupakan syarat dan keharusan Jakarta untuk menjadi sebuah kota metropolitan.
“Tentu saja sebelum surat izinnya diteken Gubernur Haji Ali Sadikin, lokasinya ditilik-tilik dulu sesuai apa tidak dengan prinsip, jauh dari sekolah, tempat ibadah dan rumah kediaman,” tulis Tempo, 14 Februari 1976.
Penasaran seperti apa Tanamur?

Tanamur adalah rumah tua yang disulap menjadi tempat paling nyaman dan menyenangkan.
Di dalam kamu akan disuguhi dengan alunan musik dari piringan hitam dan kaset.
Fahmy sendiri mengadopsi konsep tempat hiburan malam dari Amerika, Jerman dan Paris.
Sering kali kamu bisa mendengarkan musik yang diputar oleh DJ (disc jockey).
Menikmati musik sambil berjoget sesuka hati di tengah ruangan tanpa perlu khawatir melanggar aturan.
Hampir 60% pengunjung Tanamur adalah orang asing dan anak muda.
Mungkin hal ini karena arsitektur yang Fahmy suguhi untuk para tamunya.
Bangunan Tanamur seperti gabungan antara masjid dan gereja, bercat hitam dan ada pohon kaktus besar di perkarangan.
Pintunya bercorak klasik dengan sentuhan warna merah.
Saat menuruni anak tangga, kamu langsung disuguhi lantai dansa lengkap dengan sebuah bar yang terbuat dari kayu.
Bangku-bangku yang ada di dalam Tanamur empuk dan dibuat dari kulit kambing.
Jadi tak heran diskotek Tanamur sangat berbeda dengan night club atau bar lainnya.
Semua kalangan bisa dengan bebas masuk ke dalam Tanamur, tanpa pengecualian.
Banyak artis, orang asing hingga anak muda yang bersandal jepit bisa menikmati musik sambil berjoget di dalam.
Saking banyaknya pesaing yang bermunculan, Tanamur pun mengubah konsep meski belum genap satu tahun.
Berbeda dari diskotek lainnya, Tanamur tidak menyediakan hostes dan penari telanjang.
Sayangnya peraturan itu tidak berlangsung lama dan kembali mengubah aturan.
"Di sini orang-orang sudah hostes minded. Selalu para tamu menanjakan hostes, karena itulah kami terpaksa menyediakan djuga. Sekarang di Tanamur ada empat hostes," ucap Fahmy, dimuat Tempo, 27 Maret 1971.
Oh iya, kapasitas Tanamur hanya untuk 800 orang, tapi tiap malam bisa didatangi seribuan pengunjung.
Penasaran jam berapa mulai beroperasi dan tiket masuk Tanamur berapa?
Biasanya jam 7 malam para tamu mulai berdatangan, dan akan ramai di jam 9 malam.
Tanamur merupakan diskotek pertama di Jakarta dan di Asia yang tidak mengenakan tiket masuk kepada pengunjung.
Namun lagi-lagi aturan diubah, demi mengikuti perkembangan kala itu.
Majalah Tempo 27 Maret 1971 menulis, cover charge atau tiket masuk Tanamur 600 rupiah. Lalu naik lagi. Hari biasa Rp1.000 dan Rp1.250 pada malam Sabtu dan malam Minggu.
Banyak orang tahu Tanamur hanya dari mulut ke mulut, di mana kebanyakan orang yang pernah singgah merasa nyaman berjoget sambil menikmati musik yang disuguhi langsung oleh DJ.
Jadi tak heran jika banyak orang yang ingin berkunjung ke tempat hiburan malam milik Fahmy yang tak lain adalah mantan suami Ratna Sarumpaet.
Sayangnya Tanamur kini hanya kenangan, tak ada lagi diskotek legendaris Jakarta yang ternama dan sempat berjaya kala itu. (*)