Dua Kecelakaan Maut Beruntun di Bandar Lampung, Renggut Nyawa Siswa SMP dan Mahasiswi
Dua Kecelakaan Maut Beruntun di Bandar Lampung, Renggut Nyawa Siswa SMP dan Mahasiswi
Muharini pun merasa berat meninggalkan pusara Ikbar. Baru berjalan beberapa langkah, ia nyaris pingsan. Muharini akhirnya dipapah oleh kerabatnya untuk meninggalkan lokasi pemakaman.
"Sabar, yang tabah," ungkap seorang kerabat Muharini.
Sementara ayah Ikbar, Sukoyo, memilih bertahan di area pemakaman untuk memberikan doa terakhir untuk putranya.
Saat ditemui usai pemakaman, Sukoyo masih merasa syok. Ia tak menyangka Ikbar meninggal di usia sangat belia.
Sukoyo pun mengenang keinginan Ikbar yang belum terwujud. Menurut dia, Ikbar sangat ingin belajar mengendarai sepeda motor.
Keinginan itu memang tidak disampaikan langsung oleh Ikbar kepada sang ayah. Namun, Sukoyo mengetahuinya dari kakak Ikbar.
"Makanya satu sepeda motor saya servis. Baru ganti ban, gak tahunya malah anaknya (Ikbar) gak ada. Memang dia sama sekali gak bisa (kendarai motor), dan pengen bisa," ujar Sukoyo di rumah duka yang terletak di Gang Pisang, Kelurahan Gedong Air, Tanjungkarang Barat (TkB).
Sukoyo mengisahkan, sehari-hari Ikbar biasa diantar ke sekolah dan pulangnya dijemput. Kebetulan lokasi kerja Sukoyo di Natar, searah dengan lokasi sekolah Ikbar.
Namun, pada hari nahas tersebut, Ikbar sendirian pulang ke rumah dengan menggunakan jasa ojol.
"Biasanya pagi sore saya antar. Terus, hari Selasa kemarin dia ujian, mungkin butuh sesuatu dia pulang dulu naik kendaraan umum (ojol). Biasanya kan hari Selasa (Ikbar) latihan taekwondo (di sekolah), jadi jojong (pulang sekolah langsung latihan). Tapi, hari itu dia pulang (ke rumah), dan balik latihan terjadi musibah ini," papar Sukoyo.
Sukoyo pun mengenang saat terakhir kali bertemu Ikbar kala mengantarkan ke sekolah pada Selasa pagi. Ikbar yang mengenakan pakaian sekolah, menurut Sukoyo, terlihat berbeda.
"Wajahnya nampak cerah seperti memancarkan sinar. Sampai di tempat kerjaan saya kepikiran juga," ujarnya.
Perasaan Sukoyo ternyata benar. Sekitar pukul 16.00 WIB, Sukoyo mendapat telepon dari sang istri, dan diminta segera ke RS DKT.
"Saya gak dibilangi kenapa anak saya, mungkin karena saya posisi jauh dan naik kendaraan, saya langsung ke IGD. Di sana saya ketemu langsung dokternya, saya dikasih dua pilihan," kata Sukoyo.
Pilihan tersebut adalah; melihat sendiri atau mendengarkan keterangan dokter. Sukoyo pun memilih opsi kedua.