Fahri Hamzah Minta Polisi Stop Kasus Ratna Sarumpaet, Budiman Sudjatmiko Ungkap Kelompok Perampok

Fahri Hamzah Minta Polisi Stop Kasus Ratna Sarumpaet, Budiman Sudjatmiko Ungkap Sekelompok Perampok

Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Kolase Tribun Lampung - Fahri Hamzah, Ratna Sarumpaet, Biduman Sudjatmiko 

Fahri Hamzah Minta Polisi Stop Kasus Ratna Sarumpaet, Budiman Sudjatmiko Ungkap Sekelompok Perampok

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Fahri Hamzah meminta agar kepolisian menghentikan kasus Ratna Sarumpaet pada ILC TVOne, Selasa (9/10/2018) malam. Menurut Fahri, Ratna Sarumpaet sudah mengaku dan menyerah serta meminta agar kasus kebohongan ini difokuskan kepada dirinya.

Alasan Fahri agar kasus Ratna Sarumpaet ini dihentikan karena usianya yang sudah berusia 70 tahun sehingga ada kondisi-kondisi psikologis yang harus dijawab oleh psikolog.

Baca: Dikenal Jago Debat dan Kritik Orang, Kali Ini Rocky Gerung Tak Bersuara saat Ditantang Sosok Ini

Fahri menjelaskan bahwa kasus ini menjadi masalah besar di kubu capres Prabowo Subianto karena reaksi spontan setelah foto wajah Ratna Sarumpaet beredar.

Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko memberikan tanggapan dari pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah. Hal tersebut, Budiman Sudjatmiko sampaikan di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang tayang pada Selasa (9/10/18).

Saat diberikan kesempatan untuk menyampaikan argumennya, Budiman langsung menyoroti pernyataan Fahri Hamzah.  Budiman menilai, bahwa Fahri Hamzah tidak konsisten dalam pernyataannya.

"Ada inkonsistensi dari pernyataan seorang Fahri Hamzah, dari sekian bulan, sekian tahun aktivitasnya untuk merusak kewarasan dan hari ini meminta kita untuk menjadi waras, saya senang bahwa people change menjadi lebih baik, karena apa yang disampaikan Fahri dan beberapa tokoh di sini, ada sekelompok orang yang tidak hanya nyaris membakar dirinya, tapi nyaris membakar rumah Indonesia," ujarnya.

Budiman menilai bahwa peristiwa hoaks Ratna Sarumpaet adalah peristiwa politik terlebih menjelang pemilihan presiden pada tahun 2019.

Menurut Budiman, pengakuan sepihak seseorang tidak cukup kuat dalam sebuah proses hukum sehingga polisi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Budiman lantas menganalogikan kasus hoaks Ratna Sarumpaet dengan sebuah sekelompok perampok yang sudah tidak kompak karena saling berebut hasil rampokan.

Baca: Kepribadian Fahri Hamzah Diungkap Psikiater di ILC: Hatinya Baik, tapi Mulutnya Celaka

Setelah itu, Budiman Sudjatmiko memaparkan bahwa argumen Fahri Hamzah tidak memenuhi sebuah keindahan untuk dilontarkan di ruang-ruang politik, terlebih pada pada peristiwa yang menciptakan keonaran yang memenuhi syarat seperti retorika, orasi, inkonsistensi yang sangat mudah membakar bangsa Indonesia.

Setelah itu, Budiman menceritakan kilas balik kampanye kelompok Fahri Hamzah dan membandingkan peristiwa hoaks Ratna Sarumpaet dengan peristiwa mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

"Anda bayangkan etikanya, ketika anda berkampanye bareng selama 4 tahun, mengeluarkan hoax bareng, menyerang dengan orkestrasi irama, dan nada politik yang penuh kebencian, dan baru tahun lalu saja, anda menampikkan permintaan maaf seorang tokoh lain yang mengaku bersalah, dan sekarang kita diminta untuk membalik pemikiran kita, 180 derajat, saya tidak marah, saya tidak dendam, tapi saya melihat inkonsistensi," ujar Budiman Sudjatmiko.

Budiman menilai, bahwa di dalam politik tidak ada peristiwa yang kebetulan, ia menilai ada sebuah peristiwa yang sangat jelas.

"Peristiwa ini terlalu jelas, ada benang merah antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, yang memang menguras emosi kita, ada sebuah kondisi di mana emak-emak diklaim sekelompok orang tertetu dan diledakkan oleh seorang emak-emak 70 tahun yang dianiaya sekelompok pria berbadan kekar yang pengecut dan anonim itu, dan nyaris dia seperti bola salju api yang menggulung dan nyaris mereka, kelompok Bung Fahri yang ada di dalamnya, meski tidak resmi, tapi jelas masuk dalam retorika itu, mereka nyaris melukai tubuh bangsa ini dengan jenis luka yang susah disembuhkan dalam jangka waktu lama, dan sekarang kita diminta minum obat bius untuk melupakan rasa sakit itu, panas itu, perih itu, satu luka yang sebenarnya mereka yang tidak adil dalam membagikan hasil rampokannya," ucap Budiman Sudjatmiko.

Sebelumnya, Fahri Hamzah mengungkapkan, setelah Ratna menggelar jumpa pers dan mengakui perbuatannya, hal ini harus dilihat sebagai masalah pribadi dan tidak perlu meluas menjadi masalah negara.

Fahri lantas menyampaikan bahwa Ratna Sarumpaet sudah menyerah dan mengaku kalah, bahkan akan meminta maaf kepada Prabowo Subianto dan publik.

Fahri lantas meminta agar kebohongan Ratnsa Sarumpaet tidak menjadi sebuah perkara dan tidak menjadikan legitimasi moral untuk menghujat Ratna Sarumpaet.

Diketahui, Ratna Sarumpaet resmi ditahan oleh polisi mulai malam ini di Polda Metro Jaya, Jumat (5/10/2018).

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyatakan, setelah melakukan pemeriksaan penyidik memutuskan untuk menahan aktivis Ratna Sarumpaet.

Ratna sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka kasus penyebaran informasi bohong atau hoaks, tentang penganiayaan dirinya.

"Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian kita temukan alat bukti petunjuk yaitu saksi, tersangka, penyidik telah melakukan penangkapan dan mulai malam ini penyidik melakukan penahanan (Ratna)," kata Argo, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (5/10/2018).

Penyidik memutuskan menahan Ratna untuk 20 hari ke depan.
Alasan penahanan karena penyidik khawatir Ratna melarikan diri dan menghilangkan barang bukti.

"Alasan subyektivitas penyidik, jangan sampai melarikan diri dan menghilangkan barang bukti," ujar Argo.

Sebelumnya diberitakan, beberapa waktu belakangan ini masyarakat dihebohkan informasi pengeroyokan Ratna Sarumpaet di sekitar Bandara Husein Sastranegara Bandung pada 21 September.

Ratna mengaku dipukul hingga menyebabkan wajahnya bengkak usai menghadiri sebuah konferensi internasional.

Sejumlah tokoh penting turut menanggapi dan menyampaikan empatinya terhadap kejadian yang diceritakan Ratna.

Hingga akhirnya, Ratna mengaku bahwa kejadian tersebut hanya karangannya belaka. (TribunJateng.com/Woro Seto)

Kepribadian Fahri Hamzah Diungkap

Seorang psikiater mengungkap kepribadian Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.

Hal tersebut disampaikan psikiater bernama Hubertus Kasan Hidajat dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One pada Selasa (9/10/2018) malam.

Hubertus Kasan Hidajat menyebut sikap Fahri Hamzah kurang bagus. Meski sesungguhnya, hatinya baik.

Hal itu, kata dia, terlihat dari sikap Fahri Hamzah yang sudah minta maaf. Namun, ia kembali menyerang.

Meski menurutnya, Fahri Hamzah sebenarnya tidak memiliki tujuan apapun atas sikapnya itu. Hal itu, kata dia, hanya bentuk contoh seorang pemimpin yang kurang matang.

Ia pun mengatakan bahwa Fahri Hamzah memiliki hati baik. Namun, mulutnya saja yang celaka.

Dilansir dari tayangan ILC di YouTube, pada Rabu (10/10/2018), Hubertus Kasan Hidajat awalnya menjelaskan soal dugaan gangguan kejiwaan yang dialami tersangka kasus hoaks, Ratna Sarumpaet.

Menurutnya, Ratna Sarumpaet diindikasi mengalami kelainan jiwa yang disebut hipomania.

"Orang hipomania itu orangnya semangat sekali, aktif, banyak ide, tak mengenal lelah, sampai suatu batas tertentu dia akan terjadi kelainan yang kita sebut bipolar," jelasnya.

Hubertus Kasan Hidajat menjelaskan, selama penderita memiliki hipomania, itu bagus. Karena, banyak penderita hipomania yang bisa menjadi orang kaya raya dan sukses.

"Tapi kalau sudah sampai menyerang orang lain, usahanya belum selesai ditinggal, itu jadi bumerang dan itulah yang kita sebut bipolar," jelasnya. 

Kemudian, orang yang mengarah ke bipolar itu, menurutnya, disebut sebagai bipolar spektrum.

"Itu mempunyai gejala tempelan yang kita sebut dengan psikopatik, gejala khasnya itu asal ngomong atau bohong, kemudian gejala yang satunya lagi yaitu paranoid atau curiga," katanya.

Dalam gejala paranoid tersebut, jelasnya, penderita akan mengatakan hal-hal yang sebetulnya tidak ada faktanya.

"Misalnya dia meyakini ada uang sekian-sekian yang ditahan, tapi tidak ada, namun ia yakin sendiri, inilah kelihatannya yang terjadi (pada Ratna Sarumpaet)," jelasnya.

Ia kemudian mengaitkannya dengan kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet. Menurutnya, hal itu tidak bisa dikatakan bahwa Prabowo dan Amien Rais tertipu pada kebohongan Ratna Sarumpaet.

Sebab, psikiater sendiri akan terjebak karena tidak bisa membedakan kata-kata bohong atau benar dari penderita hipomania tersebut.

"Ketika hasil op kurang bagus, ia panik, maka ia dengan berani mengatakan hal yang seperti sungguh terjadi. Jadi kita tidak bisa katakan Pak Prabowo dan Pak Amien Rais itu tertipu atau apa, karena semua orang akan tertipu. Karena dia bicaranya natural, alami sekali," bebernya.

Kemudian, menurutnya, kasus Ratna Sarumpaet bukan merupakan drama, tapi gejala kejiwaan.

Untuk itu, ia menilai wajar jika keesokan harinya, Ratna Sarumpaet langsung mengakui kebohongannya. Karena, penderita hipomania memiliki mood yang naik turun.

"Pada waktu dia semangat dia hantam terus, besoknya dia bisa down depresi, dia takut, dia ngaku semua. Jadi yang terjadi pada RS itu masalah kondisinya seperti itu, bukan niat dia, tapi reaksi kepanikan, jadi perlu bantuan psikiater," tegasnya.

Namun hal yang menjadi masalah, kata dia, yakni reaksi dari para tokoh, termasuk Prabowo dan Amien Rais Cs yang terlalu berlebihan.

"Setelah dia menyampaikan pada tokoh-tokoh, mereka bereaksinya begitu cepat, hebat, dan mungkin agak sadis. Itulah yang disayangkan, apa perlu seperti itu, gitu loh," sayangnya.

Reaksi itulah yang menurutnya kemudian menjadi akibat besar hingga kasus tersebut menjadi besar. Bahkan, ia menyebut, reaksi tersebut merupakan contoh dari ketidakmatangan seorang pemimpin.

"Setelah dia mengaku itu bohong, gimana akibatnya? Itulah ketidak matangan pemimpin, jadi di negara kita banyak pemimpin kurang matang," ujarnya.

Ia pun memberi contoh narasumber yang ada di ILC, yakni Fahri Hamzah.

"Pak Fahri ini hatinya baik, tapi mulutnya celaka. Tapi dia sudah minta maaf, tapi nyerang lagi, ngapain coba dalam hati saya, nggak perlu, padahal dia gak ada maksud apa-apa, ya itulah kurang bagus," ujarnya, yang disambut tawa Budiman Sujatmiko.

Simak, videonya di bawah ini.

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul "Kata Psikiater di ILC : Pak Fahri Hamzah Ini Hatinya Baik, Tapi Mulutnya Celaka"

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved