Prabowo Taklukkan Gunung Tertinggi? Tim Kopassus Inilah yang Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
Prabowo Taklukkan Gunung Tertinggi? Tim Kopassus Inilah yang Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Semangat Misirin kembali terpacu.
Setelah istirahat sejenak dan makan permen untuk memasok energi.
"Saya pelan-pelan maju lagi sambil terus berdoa. Malu rasanya kalau saya pulang gagal."
Setelah Muji, Misirin pun tiba di puncak, disusul Iwan.
"Kami semua tak henti menyebut asma Allah. Sayang, kami tak sempat menyanyikan Padamu Negeri karena kabut dan angin kencang mulai datang. Kami harus segera turun," ungkapnya.
Berada di puncak tertinggi dunia tak pernah terbayangkan oleh Misirin sebelumnya.
"Cita-cita saya dulu cuma masuk ABRI. Makanya, begitu diterima jadi tamtama tahun 87, saya sudah senang. Apalagi setelah masuk Kopassus," kata dia.
"Di sinilah saya terpilih sebagai tim pendaki gunung karena dinilai mampu. Sebelum ini, saya pernah mencapai puncak Mandala di Irian Jaya," paparnya.
Sekalipun berpengalaman mendaki, banyak kendala baru dialami Misirin dalam ekspedisi Everest ini.
Misalnya, di ketinggian 6.000 meter, saat oksigen menipis dan suhu anjlok drastis, ia mendadak kehilangan nafsu makan.
Apa saja yang ditelannya selalu dimuntahkan. Kelainan itu juga dialami Muji dan Iwan.
"Selain lemas, kepala rasanya kayak dibor," kata Misirin yang kemudian banyak-banyak minum teh manis hangat agar suplai tenaga tetap terjaga.
Perjalanan pulang pun tak kalah berbahayanya.
"Di ketinggian 8.500 meter, kami terpaksa bermalam karena terhadang badai salju. Sementara persediaan oksigen tinggal dua tabung. Terpaksalah kami sibuk membagi rata oksigen," cerita Misirin.
Di situlah, Misirin nyaris tewas kehabisan oksigen.