Kisah Antonio Blanco, Pelukis yang Tak Mau Jual Karyanya kepada Presiden Soekarno
Kisah Antonio Blanco, Pelukis yang Tak Mau Jual Karyanya pada Presiden Soekarno
Di atas tanah inilah Blanco membangun sebuah rumah tinggal dan galeri lukisannya yang saat ini dikenal dengan nama Blanco Renaissance Museum yang dibangun pada tahun 1998.
Antonio Blanco meninggal dunia pada 1999 setelah bergelut dengan penyakit ginjal dan hati.
Bakat seninya kemuian menurun pada satu-satunya anak laki-laki yang ia miliki, ya Mario Blanco tadi.
Berbeda dari ayahnya, Mario lebih suka melukis benda-benda mati dan alam di sekitarnya.
Salah satu keunikan yang dipertahankan Mario adalah piguralukisan yang tidak sembarangan.
Misalnya, ada sebuah lukisan yang disimpan dengan pigura terbuat dari susunan sabun batang.
Ada pula pigura yang terbuat dari kayu dan sabut kelapa. Semua pigura disesuaikan dengan tema lukisan.

Selain studio lukis, ada pula rumah tinggal keluarga dan penangkaran burung-burung eksotis seperti burung jalak bali, burung rangkok dan kakak tua paruh bengkok.
Beberapa burung yang sudah jinak sengaja dibiarkan bebas di atas dahan di dekat pintu dan bisa diajak berfoto bersama.
Menurut para staf di museum ini, Mario Blanco telah memiliki izin penangkaran burung yang resmi.
Semua spesies burung yang dirawat dan dilestarikan di museum ini adalah spesies yang terancam punah.
Bahkan awalnya jalak Bali yang ada di museum ini jumlahnya hanya tiga ekor, kini sudah mencapai ratusan ekor.
Lingkungan museum sengaja dibuat asri dengan pepohonan yang banyak dan berbagai tumbuhan berbunga yang indah.
Untuk mengunjungi museum ini, pengunjung perlu membayar Rp30 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp80 ribu untuk wisatawan mancanegara.
Tiket tersebut bisa ditukar dengan minuman (welcome drink) yang diramu sendiri oleh para staf di restoran yang terletak di dekat taman.
Kalau Anda berkesempatan mengunjungi Bali, khususnya Ubud, singgahlah sejenak di museum ini untuk menikmati karya seni Blanco yang legendaris!.( Aulia Dian Permata)