Terisak Curhat Kehidupan Pribadi, Umi Pipik: Anak Saya Begitu Tegar,Saya Justru Terpuruk

Terisak Curhat Kehidupan Pribadi, Umi Pipik: Anak Saya Begitu Tegar,Saya Justru Terpuruk

Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Safruddin
INSTAGRAM
Umi Pipik, Abidzar, dan Adiba 

"Di majelis ini kita tuntut taufik, hidayah, inayah, dan ma'unah dari Allah supaya kita jadi hamba yang mudah melakukan amal baik. Dimulai dari prasangka yang baik," katanya.

Kaffah kata Umi Pipik, berubah secara keseluruhan, bukan hanya berganti pakaian saja.

"Tetapi juga perilaku terus diperbaiki. Manusia ini diciptakan untuk kembali ke kampung. Kampung neraka atau surga," katanya.

"Diri kita harus terus melakukan amalan-amalan menuju surgaNya Allah. Karena surga itu memang diciptakan untuk kita," imbuh Umi Pipik.

"Kalau kita merasa Allah selalu mengawasi. Maka tidak akan menyia-nyiakan diri kita. Tidak memberikan kesempatan anggota tubuh melakukan maksiat, karena anggota tubuh akan diminta pertanggjawabannya," tuturnya.(*)

Baca: Dedy Afrizal: Jokowi-Maruf Optimistis Dulang Suara Capai 70 Persen di Lampung

Baca: Jokowi Dengar Curhat Pedagang Bandar Lampung, Sudah 6 Tahun Pasar Smep Nggak Dibangun-bangun

Baca: Pelaku Pembunuhan Sopir Taksi Online Sujud Minta Maaf, Istri Korban: Kau Dak Biso Kembalikan Dia

Curhat Menyentuh

Dalam memberikan tausiah Umi Pipik sempat curhat soal kehidupan pribadinya.

Ia merasa ditampar karena ketegaran anaknya yang baru berumur 10 tahun sepeninggalan ayahnya, Ustad Jefri Al Bukhori.

"Anak saya begitu tegar diuji ayahnya meninggal. Justru saya yang terpuruk," kata Umi Pipik.

"Ibu saya meninggal di hadapan saya. Di usia saya yang baru 10 tahun," sambungnya.

Yuk lebih dekat dengan Tribunlampung dengan subscribe chanel video kami: 

Namun begitu terjadi dengan sang buah hati, terusnya, di umur 10 tahun ayahnya meninggal dunia.

Rasanya seperti ditampar dan diingatkan dengan masa lalunya.

"Memang kalau begini terus (berduka terus), bisa menghidupkan yang mati? Kata anak saya, anak saya bisa bilang begitu. Kenapa justru saya yang tidak bisa tegar," isak Umi Pipik.

Belum ujian rumahnya terbakar sepeninggalan suaminya.

Semua harta habis tak bersisa. Harta yang dikumpulkan dan dibanggakan selama ini.

Menjadi pukulan berarti baginya. "Mungkin saat itu saya sombong, menikmati popularitas di belakang popularitas seseorang," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved