Tak Terima Pesawatnya Disebut Tak Laik Terbang, Lion Air Bakal Tempuh Jalur Hukum
Tak Terima Pesawatnya Disebut Tak Laik Terbang, Lion Air Bakal Tempuh Jalur Hukum
Pada ketinggian sekitar 400 kaki, pilot menyadari adanya peringatan kecepatan berubah-ubah pada primary flight display (PFD).
Hidung pesawat PK-LQP mengalami penurunan secara otomatis.
"Menurut pendapat kami, seharusnya penerbangan itu tidak dilanjutkan," ujar Nurcahyo.
Menghujam Laut dengan Kecepatan 700 Km/Jam
Laporan awal yang dirilis oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai jatuhnya pesawat Lion Air JT610 menggambarkan peristiwa dramatik di udara.
Dengan mengacu pada data dari kotak hitam flight data recoreder (FDR) yang dianalisis, ditemukan fakta bahwa sebelum pesawat jatuh, hidung pesawat Lion Air JT610 turun secara otomatis hampir 24 kali dalam 11 menit.
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi penumpang sesaat sebelum pesawat dengan registrasi PK-LQP itu jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018, dengan kondisi pesawat seperti dikocok-kocok.
• Boeing Digugat Keluarga Korban Lion Air JT 610, Ini Alasan Gugatan Dilayangkan
• Penuhi Wasiat Mendiang Calon Suami yang Jadi Korban Lion Air, Intan Pakai Kebaya Pengantin
Pilot dan kopilot disebutkan berulang kali berupaya untuk membawa pesawat naik kembali sebelum akhirnya kehilangan kontrol.
Pesawat kemudian menukik dengan kecepatan sekitar 700 kilometer per jam sebelum akhirnya menghantam laut.
Data FDR Lion Air JT610 bisa dilihat di foto di bawah ini. Perhatikan grafik biru TRIM MANUAL dan grafik orange TRIM AUTOMATIC.

Hidung pesawat turun lebih dari 20 kali dalam 11 menit (grafik oranye). Grafik biru menunjukkan upaya pilot membawa hidung pesawat naik kembali.
Laporan awal KNKT dari pembacaan data FDR ini konsisten dengan penyelidikan Boeing soal sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS).
MCAS adalah sistem otomatis yang mencegah pesawat stall atau kehilangan daya angkat dengan menurunkan hidung pesawat secara otomatis, meski dalam kondisi terbang manual (Autopilot OFF).
Meski demikian, MCAS bukan satu-satunya faktor penyebab jatuhnya Lion Air JT610. Kepala Subkomite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, dalam jumpa pers di kantor Kemenhub, Rabu (28/11/2018), mengatakan, insiden ini merupakan multiple failure.
"Pilot menghadapi berbagai kerusakan dalam waktu yang sama," kata Nurcahyo.
Faktor lain yang masih diselidiki saat ini adalah sensor Angle of Attack (AoA) dalam pesawat. Sensor mirip sirip kecil yang berada di samping hidung pesawat ini mendeteksi sudut angle of attack (kemiringan hidung pesawat) saat terbang.