Berita Terkini Nasional

Diserang Pakai Granat, KKB Egianus Kogoya Sebut Bom Udara dan Merengek Minta Bantuan PBB

Diserang Pakai Granat, KKB Egianus Kogoya Sebut Bom Udara dan Merengek Minta Bantuan PBB.

|
Editor: Safruddin
Gary's Place
Ilustrasi: Pelontar Granat M203. Salah satu jenis senjata yang digunakan TNI memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua. KKB menyebutnya bom udara. 

Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Paveway sering digunakan oleh tentara Amerika Serikat (AS) untuk membom gerakan teroris macam Taliban, Al-Qaeda, ISIS dan musuh-musuh AS lainnya.

Jadi, dari bentuknya saja sudah terlihat berbeda jauh antara bom udara dengan granat lontar

Profil 'Pentolan' KKSB Pelaku Pembantaian Sudah Teridentifikasi

Tim gabungan TNI dan Polri telah mengidentifikasi profil Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pelaku pembantaian terhadap pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan pelaku KKB di Papua belum ada yang tertangkap sampai saat ini

Namun, tim gabungan TNI-Polri sudah mengidentifikasi “pentolan” kelompok KKB tersebut.

“Selain yang sudah di-publish di media, salah satu pelaku yang mengomandoi langsung di lapangan adalah EK. Di atasnya kita sudah berhasil mengidentifikasi panglima tertingginya juga,” tutur Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (12/12/2018).

EK merujuk pada nama Egianus Kogoya.

Dedi mengungkapkan, panglima tertinggi yang ia maksud berinisial PU.

PU ini diduga ikut mendukung penyerangan KKB di Nduga.

“Panglima tersebut atas nama inisial PU dan di bawah kaki-kakinya pun juga memiliki daerah operasi yang ada di Nduga tersebut,” kata Dedi.

Dedi juga menjelaskan, dalam melancarkan serangannya, KKB terdiri dari 50an anggota dan menggunakan kurang lebih sekitar 25 pucuk senjata.

Dari 25 pucuk senjata yang dimiliki KKB, 17 pucuk merupakan senjata laras panjang dan 8 pucuk senjata laras pendek.

Senjata-senjata yang digunakan kelompok KKB itu didapat lewat jalur penyelundupan ilegal.

“Yang dilakukan kelompok tersebut dengan membeli beberapa senjata di wilayah Papua Nugini maupun di wilayah Philipina,” tutur Dedi.

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved