Tsunami Pesisir Lampung

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 5 Korban Meninggal di Lampung Selatan Belum Teridentifikasi

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 5 Korban Meninggal Tsunami di Lampung Selatan Belum Teridentifikasi

Editor: taryono
Tribun Lampung/Noval Andriansyah
Personel Basarnas Lampung berada di tengah lokasi terparah yang terdampak tsunami di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu, 23 Desember 2018. 

Laporan Wartawan Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sampai dengan pukul 16.15 wib pada Minggu (23/12), sudah ada 48 korban meninggal yang di laporkan ke DVI Polda Lampung di RSUD Bob Bazar.

Kabid Dokkes Polda Lampung Kombes Pol dr. Andre Bandarsyah mengatakan dari 48 korban meninggal tersebut ada 5 korban yang belum teridentifikasi. 

"Ada 5 korban yang belum teridentifikasi. Korban yang belum teridentifikasi tersebut 2 dewasa, 3 anak-anak," kata dia.

Ahli Vulkanologi Jelaskan 4 Kemungkinan Penyebab Tsunami yang Menghantam Pesisir Lampung dan Banten

Dirinya menghimbau warga masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya pasca peristiwa gelombang tinggi pada sabtu (22/12), untuk datang ke RSUD Bob Bazar untuk mengecek.

"Pada korban tidak ada identitas. Karenanya kita imbau warga yang kehilangan keluarganya dapat melihat di pos DVI Polda Lampung di RSUD Bazar Kalianda," terang Kombes Pol. dr. Andre.

Gelombang pasang menerjang kawasan pesisir Rajabasa dan Kalianda Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) malam.

Akibat terjangan gelombang tinggi ini sejumlah rumah warga di beberapa desa di kecamatan Rajabasa dan Kalianda rata dengan tanah diterjang gelombang.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 1 Bocah Tewas di Tanggamus, Kondisi Pekon Kiluan Kelumbayan Terparah

Sampai dengan sore ini tercatat ada 44 orang korban meninggal dunia. Dan ratusan warga mengalami luka-luka dan patah tulang. Korban yang luka dan patah tulang dirawat di RSUD Bob Bazar. 

4 Kemungkinan

 Volkanolog ITB Dr Mirzam Abdurachman mengungkap 4 kemungkinan terjadinya tsunami di  di pesisir Selat Sunda telah menelan ratusan korban jiwa.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun posko BNPB hingga Minggu (23/12/2018) pukul 16.00 WIB, tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Gelombang tsunami ini menimbulkan banyak pertanyaan, apa penyebab sebenarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menduga ada dua peristiwa yang memungkinkan menjadi pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda tersebut, yakni aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

 Ibu Hamil 6 Bulan Tersapu Tsunami: Saya Merasa Hidup Akan Berakhir

Namun hal itu pun masih dalam penyelidikan oleh pihak tertentu.

Sementara itu, Volkanolog ITB Dr Mirzam Abdurachman dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ini terus menggeliat akhir-akhir ini, lebih dari 400 letusan kecil terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Letusan besar terjadi pukul 18.00 WIB dan terus berlanjut hingga pagi ini. Bahkan letusannya terdengar hingga Pulau Sebesi yang berjarak lebih dari 10 km arah timur laut seperti di laporkan tim patroli," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/12/2018).

Menurutnya, gunung yang terletak di tengah laut atau yang berada di pinggir pantai seperti Gunung Anak Krakatau ini sewaktu-waku sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami.

" Volcanogenic tsunami bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api," ujarnya.

Dikatakan, ada 4 mekanisme menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.

 Sampaikan Duka untuk Tsunami Lampung Banten, Kemenpar Aktifkan TCC dan Siap Pulihkan Tempat Wisata

Pertama, kolapnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut, mudahnya seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.

Dua, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba.

Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut.

"Mekanisme satu dan dua ini pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan," katanya.

Tiga, material gunung api yang longsor bisa memicu perubahan volume air di sekitarnya.

Tsunami tipe ini pernah terjadi di Gunung Unzen, Jepang tahun 1972.

 UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Udin Menahan Tangis Saat Teringat Ibu dan Anaknya Masih Tertimpa Reruntuhan

Banyaknya korban jiwa saat itu hingga mencapai 15.000 jiwa disebabkan pada saat yang bersamaan sedang terjadi gelombang pasang.

Empat, lanjutnya, aliran piroklastik atau yang sering dikenal wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi, bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai. 

Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Gunung Pelee, Martinique, meletus pada 8 Mei 1902.

Saat itu aliran piroklastik Gunung Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami.

"Volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua penyebab sebelumnya, namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda tadi malam," katanya.

Namun hal tersebut masih perlu dilakukan penelitian dan pendalaman lebih lanjut.

"Diperlukan penelitian lebih lanjut buat memastikan penyebab utama Tsunami di Selat Sunda," tutupnya.

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved