Nelayan Lampung Saksikan Gunung Anak Krakatau Terbelah hingga Picu Tsunami

Nelayan Lampung Saksikan Gunung Anak Krakatau Terbelah hingga Picu Gelombang Tsunami

Editor: taryono
Twitter/ @Sutopo_PN
Ilustrasi - Nelayan Lampung Saksikan Gunung Anak Krakatau Terbelah hingga Picu Tsunami 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -  Kejadian detik-detik Gunung Anak Krakatau terbelah lalu tsunami muncul di Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018), ternyata disaksikan oleh nelayan asal Lampung.

Adalah nelayan bernama Puji (19) yang salah satunya menyaksikan peristiwa mengerikan tersebut.

Saat itu, Puji sedang mencari ikan bersama 14 nelayan lainnya yang sempat camping di Gunung Anak Krakatau sebelum tsunami.

Dari 15 nelayan, tersisa 4 termasuk Puji yang berhasil menyelamatkan diri dari tsunami dan letusan Gunung Anak Krakatau.

Setengah dari Tubuh Gunung Anak Krakatau Hilang, Kini Statusnya Masih Siaga

Puji dan belasan nelayan lainnya memahami kondisi Gunung Anak Krakatau sedang aktif.

Tetapi, mereka tak mengira kalau Gunung Anak Krakatau akan meletus dahsyat karena situasinya seperti hari biasanya.

 

Puji pun melihat jelas dinding Gunung Anak Krakatau pecah dan jatuh ke laut lalu menimbulkan tsunami.

"Waktu kejadian itu saya lihat Gunung Anak Krakatau membelah dua. Pas belah dua itu mulai timbulnya tsunami.

Waktu itu yang saya lihat paling jelas meletusnya bukan di bagian atas, tapi di samping. Meletusnya di bagian samping, lahar-lahar mencar semua," ujarnya.

Tsunami terjadi setelah belahan Anak Krakatau jatuh ke laut hingga menimbulkan 3 gelombang tinggi.

"Terus bagian atasnya ambruk, nah 5 menit kemudian timbul ombak tsunami. Ada 3 ombak itu yang besar dan yang paling besar ombak ketiga," katanya.

Pria Asal Kalimantan Naik Sepeda ke China buat Lamar Kekasih, Ngamen Pakai Biola Dapat Puluhan Juta

Menurut Puji, tingginya gelombang tsunami di tengah laut mencapai 12 meter.

Gelombang tsunami itu lantas menghancurkan perahu Puji dan nelayan lainnya.

Beruntungnya, mereka masih bisa mengapung di tengah laut menggunakan bongkahan perahu.

Puji, nelayan asal Lampung yang selamat dari tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam. Ia berenang 16 jam dan makan ikan mentah untuk bertahan hidup.
Puji, nelayan asal Lampung yang selamat dari tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam. Ia berenang 16 jam dan makan ikan mentah untuk bertahan hidup. (Tangkapan layar Youtube/Lampung TV)

"Untungnya materialnya tidak sampai kami, cuman batu apungnya saja yang kena kami. Air lautnya juga campur sama belerang, bau, keruh juga kayak air kopi," jelasnya.

Puji menceritakan situasi di tengah laut usai letusan Gunung Anak Krakatau sempat hujan bercampur debu vulkanik.

Perjuangan Puji menyelamatkan diri di tengah laut ketika tsunami pun tak mudah.

Ia sempat menyusul temannya yang masih ada di daratan Anak Krakatau.

8 Tersangka Dugaan Suap Proyek Air Minum Kementerian PUPR Ditahan, Termasuk PPK SPAM Lampung

"Lalu saya berenang sama teman saya nyusul teman saya di daratan Anak Krakatau. Di sana ternyata perahu teman-teman juga sudah hancur, mereka juga berenang. Terus saya samperin, saya nanya katanya di daratan masih ada 2 orang lagi," paparnya.

Di tengah Puji ingin menolong temannya, belahan Anak Krakatau kembali jatuh ke laut sebanyak 2 kali.

Ambrukan Anak Krakatau yang terakhir langsung membuat air laut terasa panas.

"Saya samperin, tapi belum sampai tempat bagian ujung gunungnya jatuh. Saya teriak ke mereka agar berenang ke tengah.

Setelah teman saya berenang ke tengah, timur gunung ambruk lagi. Setelah ambruk itu airnya langsung panas sampai badan kerasa panas," kata Puji.

Beruntungnya lagi, Puji dan enam nelayan lainnya berhasil menyelamatkan diri dari tragedi letusan Anak Krakatau dan tsunami.

Film Spiderman 2 dan World War Z Tayang di Bioskop Trans TV pada Malam Tahun Baru 2019

Mereka berkumpul di tengah laut dalam keadaan mengapung sambil memikirkan cara menyelamatkan diri.

Bahkan mereka sempat mengisi tenaga dengan mengonsumsi makanan seadanya, termasuk ikan mentah demi menambah tenaga.

"Akhirnya kita kumpul ada 7 orang dan ada persediaan beras. Kita makanin itu beras mentah di tengah laut, makan ikan mentah juga saking laparnya biar ada tenaga," ucapnya.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Puji dan enam nelayan lain memutuskan berenang ke daratan dengan bantuan bongkahan perahu.

Sayangnya, 3 nelayan tidak mampu lagi berenang hingga meminta Puji dan nelayan lain untuk terus berenang menyelamatkan diri lebih dulu.

"Sesudah itu kita memutuskan untuk berenang ke pulau dari tengah laut. Tapi, 3 orang ngga kuat berenang.

Puji mengatakan 3 temannya tidak sanggup lagi berenang ke daratan lantaran kehabisan tenaga dan alami kram kaki.

Di sisi lain, Puji dan 3 nelayan lain yang berhasil selamat juga tidak sanggup menyelamatkan temannya karena sudah mulai lemas.

Janjikan Uang Servis Rp 2 Juta ke Sisca Icun Sulastri, Hidayat Ternyata Bokek

Alhasil, Puji dan temannya memutuskan meninggalkan 3 nelayan tersebut guna menyelamatkan diri lebih dulu.

Puji berenang ke daratan dari tengah laut selama 16 jam dengan kondisi tubuh yang sudah sangat lemas dan sedih karena harus meninggalkan temannya.

"Akhirnya kita tinggalkan 3 orang itu di tengah laut," tandasnya


Sumber: Nakita
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved