Setengah dari Tubuh Gunung Anak Krakatau Hilang, Kini Statusnya Masih Siaga
Setengah dari Tubuh Gunung Anak Krakatau Hilang, Kini Statusnya Masih Level Siaga
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Tinggi Gunung Anak Krakatau yang semula 338 meter, saat ini hanya 110 meter.
Demikian hasil pengamatan visual dan pengukuran yang disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.
Selain itu, disebutkanvolume Gunung Anak Krakatau menurun.
Volume yang hilang diperkirakan 150-180 juta meter kubik.
Volume yang tersisa saat ini berkisar 40-70 juta meter kubik.
• Sekolah Rusak Berat Diterjang Tsunami, Siswa SD Negeri 2 Kunjir Pindah Belajar
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan persnya kepada Tribunnews, Sabtu (29/12/2018) mengatakan, pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih terus dipantau secara intensif oleh PVMBG.
Status Gunung Anak Krakatau tetap di level Siaga (Level III).
• Daftar Nama Bayi yang Diprediksi Akan Populer pada Tahun 2019
Direkomendasikan kepada masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau di dalam radius 5 km dari kawah karena berbahaya dari lontaran batu pijar, aliran lava, awan panas dan hujan abu pekat.
Tidak benar informasi yang mengatakan status Gunung Anak Krakatau naik Awas (Level IV).
Bahkan tidak ada rencana menaikkan status gunungapi ke Awas dengan kondisi saat ini.
Jadi status Gunung Anak Krakatau tetap di level Siaga (Level III).
Sementara itu upaya penangangan darurat masih terus dilakukan.
• Gempa 5,7 SR Guncang Bengkulu, Tidak Berpotensi Tsunami
Tm SAR gabungan terus mencari korban yang berada di bawah puing-puing material hanyutan tsunami.
Mereka uga menyisir daerah di sepanjang pantai terdampak.
Tim SAR gabungan menemukan jenasah korban di sekitar pantai Pandeglang dan Serang.
Penanganan pengungsi terus dilakukan dengan mengirim dan mendistribusikan bantuan logistic.
Tiga helikopter BNPB hilir mudik mengirim logistik ke beberapa desa di Kecamatan Sumur Pandeglang.
Hingga H+7 pada 29/12/2018 tercatat korban tsunami di Selat Sunda adalah 431 orag meninggal dunia, 7.200 orang luka-luka, 15 orang hilang, dan 46.646 orang mengungsi.
Kerugian material antara lain 1.527 unit rumah rusak berat, 70 unit rumah rusak sedang, 181 unit rumah rusak ringan, 78 unit penginapan dan warung rusak, 434 perahu dan kapal rusak dan beberapa kerusakan fasilitas public.
Korban dan kerusakan material ini berasal dari lima Kabupaten yaitu Pandenglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus.
Jumlah korban dan dampak bencana paling banyak terjadi di Pandeglang. Tercatat 292 orang meninggal dunia, 3.976 orang luka-luka, 8 orang hilang, dan 33.136 orang mengungsi.
• Cara Bikin Best Nine Instagram 2018, Ayo Abadikan Momen-momen Indah Kamu
Kondisi pengungsi masih memerlukan bantuan. Pengungsi memerlukan bantuan kebutuhan dasar seperti permakanan, air bersih, MCK, pakaian layak pakai, selimut, tikar, pelayanan medis, dan lainnya.
Bantuan logistik terus dikirim namun terkendala distribusi ke titik pengungsian yang aksesnya cukup sulit dijangkau dan cuaca, khususnya di daerah Sumur.
Untuk membantu proses evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban di Sumur maka dikerahkan 31 alat berat berupa 9 unit excavator, 1 unit greader, 4 unit loader, 3 unit tronton, dan 14 unit dump truck. Tiga helicopter dikerahkan untuk mengirim logistic dari udara.
Di Kabupaten Serang, tercatat 21 orang meninggal dunia, 247 orang luka-luka, dan 4.399 orang mengungsi.
Sementara itu, di Lampung Selatan tercatat 116 orang meninggal dunia, 2.976 orang luka-luka, 7 orang hilang dan 7.880 orang mengungsi.
Sedangkan di Pesawaran tercatat 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka dan 231 orang mengungsi, dan di Tanggamus 1 orang meninggal dunia dan 1.000 orang mengungsi.
Jumlah pengungsi pada malam hari sering lebih banyak daripada siang.
Sebab pada siang hari sebagian pengungsi bekerja atau kembali ke rumahnya, pada malam hari kembali ke tempat pengungsian.
Penangananan darurat masih berlangsung. Kepala daerah telah menetapkan masa tanggap darurat di 4 daerahnya yaitu Kabupaten Pandeglang (22/12/2018 hingga 4/1/2019), Serang (22/12/2018 hingga 4/1/2019), Lampung Selatan (23/12/2018 – 29/12/2018), dan Provinsi Banten (27/12/2018 hingga 9/1/2018).
Kemungkinan masa tanggap darurat di Kabupaten Lampung Selatan akan diperpanjang mengingat masih banyak korban yang perlu ditangani dan kebutuhan darurat masih diperlukan untuk kemudahan akses dalam penanganan bencana.
Hari ini dilakukan rapat koordinasi membahas perpanjangan masa tanggap darurat di Kabupaten Lampung Selatan.
Untuk membantu operasional darurat, maka BNPB telah memberikan bantuan dana siap pakai Rp 500 juta kepada BPBD Pandeglang, dan Rp 250 juta kepada BPBD Lampung. Selain itu bantuan logistik juga terus dikirimkan.
Pemerintah pusat dari TNI, Polri, berbagai kementerian/lembaga bersama NGO, relawan, dunia usaha terus memberikan bantuan kepada masyarakat yang daerah terdampak tsunami di Selat Sunda.
Secara umum penanganan terkoordinasi dan berjalan dengan baik.
Skala keruntuhan Gunung Anak Krakatau yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) kini jelas.
Peneliti menganalisis citra satelit Anak Krakatau untuk memperkirakan volume batu dan pasir yang longsor ke laut.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa Anak Krakatau kehilangan lebih dari 2/3 ketinggian dan volumenya dalam beberapa minggu terakhir.
Berkurangnya tinggi Gunung Anak Krakatau diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunung disertai laju erupsi yang tinggi pada 24-27 Desember 2018.
Sebagian besar massa yang kolaps itu diperkirakan longsor ke laut.
Itu bisa menjelaskan pergerakan air laut dan munculnya gelombang tinggi hingga lima meter yang menerjang pesisir Selat Sunda di Pulau Jawa dan Sumatera.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan tsunami Selat Sunda mengakibatkan 430 orang tewas, ribuan luka-luka dan 150 orang dikabarkan masih hilang.
Sementara itu, tsunami dan ancaman erupsi Krakatau juga membuat lebih dari 40 ribu orang harus mengungsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mempelajari citra Gunung Anak Krakatau dari berbagai satelit, termasuk satelit Sentinel-1 milik Uni Eropa dan TerraSAR-X kepunyaan Jerman.
Satelit tersebut memperlihatkan citra Anak Krakatau secara jernih, baik malam ataupun siang hari, tanpa gangguan awan.
Lewat gambar-gambar itu, bisa dilakukan pengukuran ketinggian dan volume Anak Krakatau, terutama di bagian barat yang dikenal rentan runtuh.
Awalnya, tinggi kerucut Anak Krakatau mencapai angka 338 meter, kini hanya tersisa 110 meter.
Selain tinggi yang tergerus, volume gunung berapi itu juga menyusut. PVMBG menyebut sekitar 150-170 juta meter kubik hilang akibat longsor dan menyisakan volume gunung sebanyak 40-70 juta meter kubik.
Kendati demikian, tidak diketahui volume massa gunung yang longsor ke laut pada 22 Desember ataupun hari-hari setelahnya, saat aktivitas vulkanik Anak Krakatau terus meningkat.
Para peneliti bisa memberikan perkiraan yang lebih akurat setelah langsung mengunjungi lapangan dan melakukan survei yang lebih detail. Namun dengan erupsi yang terus terjadi dan adanya peringatan zona keselamatan 500 meter hingga satu kilometer dari Anak Krakatau, tidak ada yang berani mendekat.
Peneliti telah memetakan potensi bahaya ini enam tahun lalu, bahkan memprediksi lereng barat gunung sebagai sisi yang rentan runtuh.
Studi ini, meskipun mensimulasikan peristiwa yang lebih besar, memprediksi ketinggian dan waktu terjangan gelombang yang sangat mirip dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi.(BBC)