Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Siaga, Jalur Pelayaran Merak-Bakauheni Aman
Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Siaga, Jalur Pelayaran Merak-Bakauhuni Aman
Percayakan pada PVMBG selaku otoritas pemantau gunungapi.
Mereka punya alat, SDM, ilmu dan pengalaman.
Terakhir, Sutopo mengatakan tahun 1883, tiga gunung di Selat Sunda (G.Rakata, G.Danan. G.Perbuatan) meletus bersamaan.
Letusanny besar dan menimbulkan tsunami besar setinggi 36 meter.
Lalu gunungnya hilang.
Lalu 1927 muncul Gunung Anak Krakatau (GAK).
Tidak mungkin letusan GAK akan sama tahun 1883.
Mbah Rono
Seorang ahli vulkanologi, Surono atau Mbah Rono mengatakan terjadinya tsunami akibat letusan Gunung Anak Krakatau sangat kecil kemungkinan bisa terjadi, seperti dilansir dari Tribunnews
Pernjelasan Mbah Rono ini sekaligus menjawab peryataan sejumlah pihak yang menyebut tsunami yang melanda kawasan Selat Sunda bulan lalu, disebabkan letusan Gunung Anak Krakatau.
"Saya kaget, saya dulu pernah urus Anak Krakatau loh, sekarang seperti dikriminalisasi. Karena dari hasil penelitian apa pun, Gunung Anak Krakatau itu seperti anak muda sedang membangun tubuhnya," kata Mbah Ronodalam sebuah diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR', di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2019)
"Dan letusan sehebat apa pun juga, Anak Krakatau itu kecil kemungkinan bisa menimbulkan tsunami," sambungnya.
Mbah Rono juga menyebut beberapa faktor yang bisa mengakibatkan tsunami yang berkaitan dengan gunung api, salah satunya karena letusannya.
Namun, ada pula karena guguran lava yang masuk ke laut dalam jumlah besar, maupun longsoran gunung api tersebut.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini meyakini, tsunami yang menerjang kawasan Selat Sunda tak ada kaitannya dengan letusan Gunung Anak Krakatau.