Video Hubungan Intim Ayah dan Anak Beredar di WhatsApp Bikin Heboh Lampung

Video Hubungan Intim Ayah dan Anak Beredar di WhatsApp Bikin Heboh Lampung. Ini tindakan polisi.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Safruddin
Tribun Lampung/Dedi Sutomo
Kapolres Lampung Selatan AKBP M Syarhan 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Hubungan sedarah atau Incest menjadi bahan pembicaraan warga di Kalianda, Lampung Selatan, Lampung menyusul beredarnya video adegan intim yang diduga ayah dan anaknya.

Warga Desa Pelambapang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, mendadak heboh dengan beredarnya video asusila hubungan suami-istri

Video hubungan Incest ini beredar ramai di grup Whatsapp. Kasus sudah ditangani kepolisian Lampung Selatan.

Uang Suap Fee Proyek Dinas PUPR Lampung Selatan Rp 400 Juta 3 Hari Disimpan Sopir Syahroni

Kepala Kepolisian Resor Lampung Selatan AKBP M Syarhan mengatakan, kasus tersebut masih ditangani oleh Polsek Kalianda dan Unit PPA Satreskrim Polres Kalianda.

“Masih ditangani oleh Polsek Kalianda dan Satreskrim melalui unit PPA. Penyidik masih melakukan pemeriksaan dan mendalami kasus tersebut,” kata Kapolres, Kamis (10/1/2019).

Kasus dugaan pencabulan incest yang dilakukan seorang ayah kepada anak kandungnya ini menjadi perhatian banyak warga.

Hal itu terjadi akibat video adegan hubungan tak lazim itu tersebar melalui aplikasi WhatsApp secara berantai.

M (53), warga Desa Palembapang yang merupakan sang ayah telah diamankan di Polsek Kalianda.

Ia dibawa oleh warga ke polsek setelah video adegan intimnya yang diduga dengan putri kandungnya, PR (18) tersebar.

Apa Itu Hubungan Inses?

Seperti dikutip dari tribun-timur.com yang melansir wikipedia, hubungan sumbang (Inses, Inggris: incest) adalah hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kekerabatan) yang dekat.

Biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.

Pengertian istilah ini lebih bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat biologis.

Melawan Saat Dibegal, Seorang Remaja Dilempar dari Atas Jembatan

Setelah Vanessa Angel, Polisi Juga Ungkap Daftar 5 Artis Lain Terlibat Jaringan Prostitusi Online

Polri Temukan Petunjuk Menarik Teror Bom di Rumah 2 Pimpinan KPK, Kapolri: Semoga Cepat Terungkap

Penjelasan biologis dan sosial

Hubungan sumbang diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan).

Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan tumbuhan karena meningkatnya koefisien kerabat-dalam pada anak-anaknya.

Akumulasi gen-gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua tetua pada satu individu (anak) terekspresikan karena genotipe-nya berada dalam kondisi homozigot.

Akibat hal-hal tadi, hubungan sumbang tidak dikehendaki pada hampir semua masyarakat dunia.

Semua agama besar dunia melarang hubungan sumbang.

Melansir Hello Sehat, anak hasil inses akan memiliki kode genetik DNA yang tidak variatif karena mewarisi rantai DNA turunan dari ayah dan ibunya yang sangat mirip.

Kurangnya variasi dalam DNA dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga Anda tidak dapat melawan penyakit dengan baik.

Satu studi menemukan bahwa 40 persen anak hasil hubungan sedarah antara dua individu tingkat pertama (keluarga inti) lahir dengan kelainan berupa cacat fisik bawaan, atau cacat intelektual parah.

Terlibat dengan perkawinan sedarah tidak berarti Anda pasti akan mendapatkan penyakit genetik atau sakit-sakitan.

Anda hanya memiliki peluang yang lebih tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan.

Dan, semakin banyak riwayat inses dalam satu pohon keluarga, akan semakin tinggi pula risikonya. Berikut penyakit berbahaya yang bisa saja terjadi:

Januari 2019, Harga Mobil Toyota Naik, Berlaku untuk Semua Model?

Mengamuk Gara-gara Ditilang, Seorang Wanita Cubit Polisi Sambil Terus Menjerit

Pulang Kerja, Ayah Terkejut Anak Perempuannya Bersimbah Darah di Depan TV, Pisau Dapur di Perut

1. Albinisme

Albinisme adalah suatu kondisi di mana tubuh Anda kekurangan melanin, zat pewarna rambut, mata dan kulit.

Seorang albino (sebutan bagi mereka yang memiliki albinisme) cenderung memiliki warna mata terang, serta kulit dan rambut sangat pucat bahkan hampir putih susu, bahkan jika mereka berasal dari etnis yang berkulit gelap.

Albinisme adalah penyakit resesif autosomal, yang berarti bahwa ketika dua orang dengan kode genetik sama berkembang biak, peluang anak-anak mereka jadi semakin besar untuk mewarisinya.

Tidak semua orang albino adalah produk dari perkawinan sedarah.

Tapi praktik inses antara sepupu dekat, saudara kandung, dan orang tua-anak kandung berisiko sangat tinggi untuk mewarisi masalah ini di keturunannya nanti.
Alasannya, besar kemungkinannya pasangan Anda (yang merupakan kakak atau adik Anda, misalnya) membawa jenis gen rusak yang sama karena diturunkan dari orangtua Anda berdua.

Artinya Anda berdua sama-sama membawa gen pembuat melanin yang rusak dan memiliki 50 persen peluang untuk mewariskan gen rusak pada anak Anda

sehingga nanti keturunan Anda selanjutnya memiliki 25 persen peluang risiko albinisme — tampak remeh, namun angka ini sebenarnya sangat tinggi.

2. Fumarase Deficiency (FD)

Defisiensi fumarase (FD), dikenal juga sebagai polygamist’s down, adalah gangguan yang khususnya mempengaruhi sistem saraf otak.

Kondisi cacat lahir ini menyebabkan pengidapnya menderita kejang tonik-klonik, keterbelakangan mental, dan seringnya memiliki kelainan fisik — mulai dari bibir sumbing, club foot alias kaki pengkor, hingga skoliosis.

Keterbelakangan mental yang dialami tergolong sangat berat, IQ hanya mencapai 25, kehilangan bagian tertentu pada otak, tidak bisa duduk dan/atau berdiri, kemampuan berbahasa yang sangat minim atau bahkan nol.

Anak hasil inses yang memiliki FD juga mungkin mengidap microcephaly.

Microcephaly adalah kondisi neurologis langka yang ditandai dengan ukuran kepala bayi yang sangat jauh lebih kecil dari kepala anak-anak lain di usia dan jenis kelamin yang sama.

Selain itu, ia juga memiliki struktur otak yang abnormal, keterlambatan perkembangan parah, kelemahan otot (hipotonia),

gagal tumbuh, pembengkakan hati dan limpa, kelebihan sel darah merah (polisitemia), jenis kanker tertentu, dan/atau atau kekurangan sel darah putih (leukopenia).

Tidak ada pengobatan efektif yang tersedia untuk defisiensi fumatase.

Individu dengan FD biasanya hanya dapat bertahan hidup beberapa bulan saja. Hanya segelintir dari penyintas FD yang dapat hidup cukup lama sampai tahap dewasa muda.

3. Habsburg Jaw

Habsburg Jaw, juga dikenal sebagai Habsburg Lip dan Austrian Lip, adalah kondisi cacat fisik bawaan dengan ciri-ciri rahang bawah menonjol keluar dan diikuti oleh penebalan bibir bawah ekstrem, dan memiliki ukuran lidah yang luar biasa besar — yang biasanya menyebabkan pengidapnya ngiler berlebihan.

Dalam dunia medis modern, Habsburg Jaw dikenal sebagai mandibular prognathism.

Maloklusi (penyimpangan rahang atas dan bawah) yang diakibatkan oleh kondisi ini menyebabkan cacat fungsi rahang, ketidaknyamanan dalam mengunyah, masalah pencernaan, dan kesulitan berbicara sehingga sulit untuk dimengerti.

Individu yang memiliki kondisi ini dilaporkan juga mengalami keterbelakangan mental dan fungsi motorik yang hampir nol besar.

Jejak awal Habsburg Jaw diyakini berasal dari keluarga bangsawan Polandia, dan orang pertama yang dikenal mengidap kondisi ini adalah Maximillian I, kaisar Romawi Suci yang memerintah dari 1486 hingga 1519.

Keluarga kerajaan zaman dulu kerap mempraktikkan perkawinan sedarah untuk melindungi keturunan darah bangsawan murni di pohon keluarganya.

4. Hemofilia

Hemofilia tidak secara spesifik merupakan hasil dari perkawinan sedarah, namun inses dipandang sebagai penyebab tingginya insiden penyakit bawaan ini di banyak keluarga kerajaan Eropa.

Jika ada perempuan yang menderita penyakit ini dalam keluarga Anda, maka perkawinan sedarah dalam keluarga patut untuk dicurigai sebagai faktor risikonya.

Hemofilia adalah kondisi yang disebabkan oleh kecacatan pada gen yang memungkinkan pembekuan darah.

Hemofilia merupakan contoh dari penyakit X-linked, karena gen yang cacat merupakan gen dari kromosom-X.

Wanita memiliki dua pasang kromosom X sementara pria hanya memiliki satu kromosom X dari ibunya.

Seorang pria yang mewariskan salinan gen hemofilia cacat akan menderita penyakit ini, sementara keturunan wanita harus mewarisi dua pasang gen cacat untuk bisa mengidap hemofilia.

Keturunan hasil inses akan mewarisi dua salinan dari gen rusak yang diturunkan dari ibunya.

5. Philadelphoi

Kata “Philadelphoi” yang berarti “cinta saudara” berasal dari bahasa Yunani kuno, digunakan sebagai julukan yang diberikan kepada kakak-adik Ptolemy II dan Arsinoe yang terlibat dalam hubungan inses.

Meski begitu, Philadelphoi tidak tercatat sebagai kondisi medis resmi dan berbeda dari penyakit Philadelphia Chromosome (Ph).

Keluarga kerajaan Mesir kuno hampir selalu diwajibkan untuk menikah dengan saudara kandung mereka, dan hal ini terjadi hampir di setiap dinasti.

Sumbangan Dana Kampanye Pemilu 2019 di Lampung: Gerindra Rp 2 M, Demokrat Rp 189 Ribu

VIDEO - Asyiknya Melintasi Jalan dari Kedondong Menuju Padang Cermin yang Sudah Rampung Diperbaiki!

Lebih dekat dengan Tribunlampung, subscribe video channel di bawah ini:

Tidak hanya pernikahan kakak-adik kandung, namun juga “pernikahan double niece”, di mana seorang pria menikahi seorang gadis yang orangtuanya adalah kakak atau adik dari pria tersebut.

Tradisi perkawinan sedarah ini dipelihara karena mereka percaya bahwa dewa Osiri mengawini adiknya sendiri, Iris, untuk menjaga kemurnian keturunan.

Tutankhamen, alias King Tut, adalah hasil dari hubungan incest antara kakak-adik. Diduga pula bahwa istrinya, Ankhesenamun, merupakan adik (entah kandung atau angkat) atau keponakannya sendiri.

Akibat perkawinan sedarah ini, tingkat bayi yang lahir mati tergolong tinggi dalam keluarga kerajaan, begitu pula dengan cacat lahir dan kelainan genetik bawaan.

King Tut sendiri memiliki beragam kondisi yang diakibatkan dari keterbatasan variasi kode genetik gen dari hubungan inses orangtuanya.

King Tut dilaporkan memiliki bentuk tengkorak yang memanjang, bibir sumbing, tonggos (gigi depan atas lebih menonjol daripada gigi depan bawah),

kaki pengkor (club foot), kehilangan salah satu tulang dalam tubuhnya, dan skoliosis — semua “paket” kondisi ini disebabkan, atau justru diperburuk, oleh hubungan inses.(ded)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved