Berita Lampung
Bandingkan Enaknya, Durian Tapak Indun Rajabasa Lamsel dan Durian Buaya Gunung Gijul Lampung Utara
Enak Mana, Durian Tapak Indun Rajabasa Lamsel atau Durian Buaya Gunung Gijul Lampung Utara
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar LampungĀ - Komoditas durian di wilayah Lampung cukup banyak dan beragam.
Sebut saja, durian buaya dari Desa Gunung Gijul, Kecamatan Abung Tengah, Lampung Utara.
Durian tapak indun dari kaki Gunung Rajabasa Lampung Selatan, hingga durian unggul dari Pesawaran.
Mana yang lebih lezat rasanya? Berikut penelusuran Tribunlampung.co.id dari hasil lomba dan kontes durian.
Di Gunung Gijul, ada sedikitnya 11 varietas durian dengan nama-nama yang terbilang unik.
Baca juga: Lembah Durian Farm Stable, Tempat Wisata di Lampung Menawarkan Sensasi Berkuda
Sebut saja, durian buaya, durian bakul, durian tembage, durian nanas, durian tomi, durian jelujur, durian blimbing, durian apel, durian susu, durian koplak, hingga durian kepet.?
"Ada dua varietas baru, yakni durian nirwana dan durian ceri," kata Kepala Desa Gunung Gijul, Lampung Utara, Feri Ferdiansyah, Jumat, 25 Januari 2019.
Varietas durian tersebut memiliki keunggulan rasa dan ketebalan.
"Durian di desa kami unggul dari kedua hal itu. Untuk mempromosikan buah-buahan tersebut, kami adakan Lomba Festival Durian Lokal," tambah Feri.
Selain itu, alam yang asri memberikan suasana tersendiri bagi mereka yang berkunjung sambil menikmati durian.
Ketika musim durian tiba, perputaran uang di desa tersebut mencapai Rp 500 juta.
Namun, kendalanya adalah buruknya kondisi infrastruktur menuju Desa Gunung Gijul.
"Makanya, kami berharap kepada pemerintah dapat memperbaiki. Sehingga, mempermudah akses orang luar untuk datang ke sini. Dengan begitu, perputaran uang dapat lebih banyak lagi," tutur Feri.
Pelaksana Tugas Sekkab Lampura, Sofyan menyatakan, pemerintah akan mendukung desa yang memiliki komoditas unggulan.
Satu di antaranya Desa Gunung Gijul sebagai penghasil durian yang melimpah.
"Maka dari itu, pemerintah akan berusaha menjadikan Desa Gunung Gijul sebagai agrowisata buah durian."
"Selain itu, pemerintah juga akan memberikan seratus bibit pohon nangka dan mangga. Bagi ibu-ibu akan diberikan bibit sayuran melalui dinas pertanian," ujar Sofyan.
Bahkan untuk mendorong potensi yang ada, pemerintah akan berupaya memperbaiki akses menuju Desa Gunung Gijul.
"Saya akan mengecek, sudah belum dianggarkan di Dinas Pekerjaan Umum untuk wilayah desa ini. Kalau memang sudah dianggarkan tahun ini, alhamdulillah. Jadi bisa segera diperbaiki," katanya.
Dalam Lomba Festival Durian Lokal di Desa Gunung Gijul, 11 varietas durian yang memiliki nama unik diperlihatkan.
Adapun, varietas durian tersebut antara lain bernama durian buaya, durian bakul, durian tembage, durian nanas, durian tomi.
Ada juga durian jelujur, durian blimbing, durian apel, durian susu, durian koplak, hingga durian kepet.
Durian Unggul Pesawaran
Tak Cuma di Lampung Utara, kontes durian juga dilaksanakan di Pesawaran.
Durian asal Desa Kebagusan, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, dinobatkan sebagai durian unggul dalam kontes durian di Desa Sungai Langka.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pesawaran, Anca Martha Utama mengatakan, penobatan durian unggul sesuai kriteria penilaian juri yang berjumlah empat orang.
Menurut dia, ada lima kategori penilaian. Pertama, kata Anca, kategori rasa. Di mana, rasa terbagi dalam empat kriteria, yaitu manis, lemak, pahit, dan rasa unik.
Kemudian, kedua kategori dagingnya. Tim juri melihat daging durian dari ketebalan, warna, kadar air, dan tekstur.
Lalu, kategori ketiga, buah dan bijinya, yang dinilai dari bentuk buah, kepenuhan juring, dan ukuran biji.
Kategori penilaian keempat berupa kulit, yang dilihat dari warna kulit dan ketipisannya.
Terakhir, kategori penilaian kelima dilihat dari aromanya.
"Durian yang unggul dalam kriteria penilaian tersebut, durian nomor pendaftaran 27, atas nama Apriadi dari Kebagusan," ujar Anca, Jumat (25/1/2019).
Kemudian, durian unggul kedua dari Triharjo, Kecamatan Gedongtataan, atas nama Burhanudin dengan nomor pendaftaran 07.
Sedangkan, urutan ketiga ditempati durian asal Kecamatan Kedondong atas nama Tambunan dengan nomor pendaftaran 85.
Tim juri menilai satu per satu durian yang 'berbaris' rapih di atas meja tempat memajang buah.
Juri berasal dari Dinas Pertanian Pesawaran dan Great Giant Foods (GGF).
Head Of Agri Product PT GGF Fauzan mengatakan bahwa potensi durian lokal harus dikembangkan.
Dia mengatakan, durian itu sifatnya spesifik.
Sedangkan, setiap durian kualitas bagus di satu daerah, belum tentu bagus di tempat lain.
Karena itu, menurut dia, lebih baik mendapatkan durian unggul dari lokasi setempat, untuk pengembangan durian.
"Durian yang unggul lama di suatu daerah sudah teruji, lebih baik dikenalkan sebagai durian unggulan," ujarnya.
Setelah itu, durian baru bisa dikembangkan sedemikian rupa. Sehingga, durian unggul tersebut bisa menjadi potensi ekspor.
Menurut dia, kriteria durian unggul itu pertama dari rasanya, manis atau tidak, ada rasa pahit atau tidak, ada rasa yang unik atau tidak.
Kedua, bentuk. Bentuk tidak harus besar, terpenting ukuran relatif bulat. Ketiga, ukuran biji harus kecil dan yang bagus dagingnya tebal.
"Kadang durian lokal banyak yang menyepelekan. Padahal, banyak yang potensinya lebih besar, yang lebih bagus dari kelas dunia," ujarnya.
Fauzan mengatakan, GGF akan bekerja sama dengan petani lokal untuk mengembangkan durian ke pangsa yang lebih besar lagi.
Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona mengatakan, kegiatan kontes buah durian sebagai upaya pemerintah memberdayakan masyarakat.
Menurut dia, kontes dapat menumbuhkan semangat masyarakat untuk mencari produk perkebunan, yang mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi rumah tangga masing-masing.
Dia pun meminta desa yang memiliki potensi perkebunan dapat fokus pada jenis produk tertentu.
Sehingga, desa bisa menjadi destinasi wisata dan bisa menambah pemasukan di desa.
Ia menuturkan bahwa kegiatan serupa juga dilaksanakan di desa-desa lainnya.
Mengingat, durian diproduksi hampir dari seluruh wilayah di Bumi Andan Jejama.
Ia mengungkapkan, Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten di Lampung yang mengembangkan tanaman durian, selain tanaman pisang, jeruk, kelengkeng, alpukat, dan manggis.
Durian turut menempati posisi sebagai komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Pesawaran, yang keberadaannya layak diperhitungkan.
"Jumlah tanaman durian di Kabupaten Pesawaran sebanyak 494.537 pohon, produksi 14,9 ton per musim, tersebar di 11 kecamatan wilayah Kabupaten Pesawaran," ungkapnya.
Walaupun jumlah pohon durian di Kabupaten Pesawaran cukup banyak, lanjut dia, produksi dan kualitas masih rendah dan banyak pasokan dari daerah lain.
Hal itu karena petani masih belum menggunakan teknologi budidaya yang tepat, dan belum menggunakan varietas yang unggul.
Karena itu, kata dia, upaya meningkatkan produksi dan kualitas buah durian yang baik di Kabupaten Pesawaran perlu menghasilkan varietas unggul baru, dengan cara mengeksplorasi varietas lokal dengan memanfaatkan plasma nutfah yang ada.
Sehingga, menurut dia, pencarian calon tanaman induk yang unggul perlu dilakukan, dalam hal umur,
rasa, dan aroma dan khas duren Kabupaten Pesawaran.
Tapak Indun Ratunya Durian
Bagi para penggemar buah durian, daerah kaki gunung Rajabasa di Lampung Selatan menjadi surganya buah beraroma tajam ini.
Pasalnya daerah sudah lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil durian.
Saat musim durian berbuah (Januari - Februari), maka para penggemar buah berduri ini dapat dengan mudah mencari penjualnya di Kalianda dan di sepanjang Jalinsum di daerah kaki gunung Rajabasa.
Karena durian menjadi salah satu spesies tanaman pohon yang banyak tumbuh di gunung Rajabasa.
Karena itu kawasan kaki gunung ini memiliki beberapa durian unggulan.
Pada musim panen durian di bulan Januari 2019 ini, UPTD Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) XIII yang meliputi kawasan hutan register Way Pisang, Gunung Rajabasa dan Batu Serampok menggelar lomba durian unggulan.
Lomba ini diikuti oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) di kaki Gunung Rajabasa yang ada di kecamatan Kalianda, Rajabasa, Penengahan dan Juga Bakauheni.
Lomba diikuti oleh 35 peserta. Ada 6 krateria penilaian. Meliputi berat buah, aroma, bentuk daging buah, ketebalan daging buah, citarasa daging buah dan tektur daging buah.
Kegiatan lomba digelar di kantor UPTD KPH XIII di Kalianda pada Rabu (23/1).
Durian yang keluar sebagai juara dalam lomba ini yakni durian Tapak Indun dari LPHD Jondong, Kalianda.
Sedangkan untuk peringkat kedua durian Temiyang dari LPHD Tanjung Gading dan peringkat III durian Silodong dari LPHD Way Kalam.
Menurut Iqbal, salah satu anggota tim juri dari lomba durian lokal gunung Rajabasa yang digelar oleh KPH XIII.
Durian Tapak Indun memiliki ukuran yang cukup besar. Lalu memiliki daging yang tebal, tekstur yang bagus dan lembut serta rasa tepat di lidah.
"Secara ukuran durian Tapak Indun ini cukup besar. Dagingnya tebal dan berwarna kuning. Tektur dagingnya lembut dan rasanya manisnya angat pas dilidah," kata dia.
Menurut Basri dari LPHD Jondong, durian Tapak Indun merupakan durian unggulan dari daerah Jondong Kalianda.
Sebenarnya, kata dia, ada beberapa varitas durian lainnya di wilayah LPHD Jondong. Seperti durian dukat, durian cabang tiga dan tembaga.
"Tetapi untuk durian Tapak Indun ini memang sudah lama terkenal. Tetapi memang belum pernah diikutkan dalam lomba," ujar dirinya.
Durian Tapak Indun ini merupakan salah satu jenis durian yang sudah lama ada di wilayah Jondong, Kalianda.
Bahkan menurut Basri, usianya sudah lebih dari 100 tahun. Keunggulan dari durian Tapak Indun ini, walau pun sudah 3 hari jatuh dari pohon.
Tidak berubah tetap manggal dan rasanya tidak berubah tetap pulen dan dagingnya tidak lembek.
"Durian Tapak Indun ini memang asli Jondong. Daging durian ini dikenal memiliki tektur yang pulen dan tidak lembek, seperti kebanyakan durian lainnya," ujar Basri.
Dirinya berharap sebagai salah satu durian unggulan dari kaki gunung Rajabasa.
Ia berharap durian Tapak Indun kedepan bisa dikembangkan hingga menjadi icon durian dari kabupaten Lampung Selatan.
Sehingga durian Tapak Indun ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Kalianda dan sekitarnya.
Tetapi juga bisa dikenal oleh masyarakat luar Lampung. Seperti halnya durian Bankok.
"Dengan dikenal luasnya durian Tapak Indun ini juga bisa mengangkat pamor dari durian lokal. Bisa dikenal lebih luas hingga ke luar daerah," kata Basri.(ang/dik/ded)