Viral Jenazah Ditandu 60 Km dari Sulteng ke Sulsel, Netizen Tulis Pesan untuk Presiden Jokowi

Viral jenazah ditandu 60 km, warga Rampi bergantian menggotong dari Sulteng ke Sulsel hingga warga memberi pesan ke Jokowi

YouTube
Viral jenazah ditandu 60 km, warga bergantian menggotong jenazah Renti dari Sulteng ke Sulsel 

Viral Jenazah Ditandu 60 Km dari Sulteng ke Sulsel, Netizen Beri Pesan untuk Presiden Jokowi

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Viral jenazah ditandu 60 km dari Sulawesi Tengah (Sulteng) ke Sulawesi Selatan Sulsel). Jenazah Renti Tenta, warga Tedeboe, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan harus ditandu sejauh 60 KM karena terbatasnya akses infrastruktur.

Kisah jenazah Renti Tenta yang ditandu sejauh 60 KM tak hanya membuat heboh warga Rampi, tapi juga netizen di dunia maya.

Warga Rampi bahkan menyampaikan pesan khusus kepada Presiden Joko Widodo.

Jenazah Renti ditandu saat dipulangkan dari RS Andi Djemma, Masamba pada Rabu 6 Februari 2019.

Renti dibawa pulang dari Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan menuju desa Tedeboe, kecamatan Rampi.

Meski Masamba dan Tedeboe sama-sama berada di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, namun akses jalan harus melalui Poso, Sulawesi Tengah.

Jenazah Renti dibawa dari Masamba (Sulsel) menuju Lore Selatan (Sulteng) menggunakan ambulans.

Dari Lore Selatan (Sulteng), jenazah Renti ditandu warga menuju Desa Tedeboe (Sulsel) dengan berjalan kaki sejauh 60 KM.

Warga berjalan kaki menyusuri jalan setapak di hutan selama kurang lebih 18 jam.

Hal tersebut dilakukan warga karena terbatasnya akses jalan yang tak bisa dilalui roda empat.

Warga yang hendak ke Masamba, Ibukota kabupaten harus membayar mahal transportasi kendaraan roda dua berupa ojek.

Sementara untuk jasa ojek, warga harus merogoh kocek mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.

Roy Pathibang, perwakilan warga Rampi dan orang yang merekam video jenazah Renti ditandu mengaku hal tersebut bukanlah yang pertama kali.

Setidaknya kejadian serupa telah terjadi sekitar 10 kali karena terbatasnya akses.

Warga Rampi pun berharap pemerintah pusat khususnya Presiden Joko Widodo memperhatikan mereka dan dapat membangun akses yang layak bagi warga Rampi yang terisolir.

"Kami di Rampi kurang tersentuh pembangunan, warga pun menyebut mereka "Belum Merdeka" karena kurangnya perhatian pemerintah," ujar Roy.

Warga pun merasa ada ketimpangan perhatian pemerintah yang terfokus melakukan pembangunan akes jalan di kota-kota besar.

"Padahal di kota-kota besar sudah ada akes jalan, tapi terus dilakukan pembangunan dan ditinggkatkan pembangunannya, sementara kami yang di pelosok hanya memerlukan akses sekitar 60 km tak diperhatikan," ujar Roy kepada Tribun-Video.com.

Keberhasilan pemerintahan Jokowi membangun jalan tol di sejumlah wilayah di Indonesia pun menimbulkan kecemburuan bagi warga Rampi.

"Pak presiden bangun jalan tol di Jawa, kami juga ingin dibuatkan akses jalan, tapi tak diperhatikan," tutur Roy.

Bersamaan dengan viralnya kisah jenazah ditandu di desa Tedeboe ini, warga Rampi berharap pemerintah pusat dapat memberikan perhatian khusus.

Warga berharap pemerintah dapat membangun akses jalan di wilayah Rampi agar warga turut merasakan meratanya pembangunan.

Wanita Sakit Ditandu 6 Kilometer Berobat di Kota, Warga Gantian Menggotong

Untuk kesembuhan dari penyakit lumpuh, Betti (47), seorang wanita asal Desa Taupe, Mamasa, Sulawesi Barat, terpaksa ditandu warga secara bergantian sejauh 6 kilometer menuju Rumah Sakit Banua Mamase, di Kelurahan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Senin (14/1/2019) kemarin.

Perjalanan untuk membawa Betti sampai ke rumah sakit bukan perkara mudah.

Sebab harus dengan susah payah melintasi pegunungan terjal, jalan licin dan berkelok, hingga sampai ke rumah sakit.

Betti yang mendadak lumpuh dan bingung tak tahu penyakit apa yang menderanya itu ditandu warga secara bergantian menggunakan batang bambu dan dua lembar sarung.

Setelah menempuh perjalanan panjang selama enam kilometer lebih melintasi medan pegunungan terjal dan jalan licin, Betti akhirnya tiba di Rumah Sakit Banua Mamase Mamasa.

Ia langsung disambut para perawat di rumah sakir menuju ruang perawatan pasien.

Betti kini menjalani perawatan intensif.

Aski, salah satu keluarga pasien yang ikut menandu Betti secara bergantian dengan warga lainnya hingga ke rumah sakit mengatakan, mereka terpaksa menandu Betti dengan sarung dan batang bambu secara bergantian.

Mereka melakukan hal itu karena tak ada sarana angkutan yang bisa digunakan warga.

Selain itu, akses jalan ke desa mereka yang belum bisa dijangkau kendaraan roda empat, membuat warga terpaksa harus menandu warga atau setiap pasien yang sakit ke rumah sakit, termasuk Betti.

“Desanya belum bisa dijangkau kendaraan, makanya ditandu menggunakan sarung melintasi pegununagn dan jalan licin,” kata Aski, Sabtu (19/1/2019).

Demi berobat, wanita lumpuh ditandu warga ke kota mamasa secara bergantian sejauh 6 kilometer
Demi berobat, wanita lumpuh ditandu warga ke kota mamasa secara bergantian sejauh 6 kilometer ((KOMPAS.Com))

Dokter RS Banua Mamase yang menangani Betti, Alberth mengatakan, pihaknya masih melakukan diagnosa penyakit yang diderita Betti.

Dokter tengah memeriksa sampel darah dan beberapa pemeriksaan lainnya untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh Betti.

Namun, pasien ini merasakan sakit pada bagian pinggang dan sakit kepala hinggah lumpuh.

“Sedang kita diagnosa penyakitnya. Sampel darah pemeriksaan lainnya sedang kita lakukan,” kata Alberth.

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, termasuk sarana transportasi dan komunikasi yang belum menjangkau desa mereka, membuat warga Desa Taupe dan desa lain di sekitarnya, terpaksa harus ditandu warga bergotong royong dari kampung ke kota untuk berobat.

Ada sejumlah cerita miris warga terkait keterbelakangan mereka dalam mengakses berbagai sarana publik, termasuk pelayanan kesehatan.

Misalnya, kasus pasien hamil yang ditandu warga dari kampung, namun melahirkan di jalan sebelum sampai ke rumah sakit.

(Tribun-Video.com/Kompas.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved