Tribun Bandar Lampung

Kerap Bantu Nenek Memulung, Pelajar SMAN 1 Bandar Lampung Wakili Indonesia di Lomba Lari di Filipina

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan Riyan Adi Saputra, pelajar kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Teguh Prasetyo
TribunLampung/Sulis Setia
Riyan Adi Saputra, pelajar kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung ini berkesempatan tergabung dalam tim lari estafet nasional untuk berlaga di kejuaraan 14TH SEA Athletic Championships 2019 2-3 Maret mendatang di Filipina. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Sulis Setia Markhamah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Prestasi membanggakan kembali ditorehkan Riyan Adi Saputra, pelajar kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

Kali ini ia berkesempatan tergabung dalam tim lari estafet nasional untuk berlaga di kejuaraan 14TH SEA Athletic Championships 2019 2-3 Maret mendatang di Filipina.

Dihubungi Tribun Lampung via telepon, pria kelahiran Sukarame 3 Januari 2002 ini mengaku sempat kaget saat dikabari pelatihnya bahwa ia termasuk atlet yang akan dikirim ke lomba lari estafet skala internasional.

Mahasiswa Berprestasi Teknokrat Demonstrasikan Mobil Listrik di Depan Ratusan Pelajar se-Lampung

"Dipanggil buat pelatnas ya kaget, langsung sujud syukur. Ternyata ini jawaban dari disuruh latian pagi dan sore tiap hari sama pelatih," ungkap Riyan melalui sambungan telepon, Sabtu (23/2/2019) siang saat jam istirahat latihan.

Riyan menuturkan, dirinya sudah berangkat di Jakarta untuk berlatih bersama tim lari estafet nasional sejak 17 Februari lalu.

Berangkat naik Damri diantar ke terminal oleh sang nenek Supriasih, pelatih lari Andre, beserta paman Muklis Saputra dan oomnya Hasan.

Dibalik pencapaian gemilangnya, Riyan menyimpan cerita pilu dimana sejak bayi dua bulan, sudah ditinggal kedua orangtuanya yang bercerai dan tinggal bersama nenek kakeknya di Jalan Pulau Damar, Nusa Indah 1, Gang Almunawaroh, Way Dadi Baru, Sukarame.

Saat ini kondisi kakeknya sakit dan hanya di rumah sejak kecelakaan yang menimpanya sewaktu memulung.

Menurutnya sejak ditinggal kedua orangtuanya untuk pertama kalinya, dia belum pernah ditengok sekalipun sampai kini berumur 18 tahun.

Riyan begitu ingin tahu seperti apa orangtuanya.

Pengisian Data Siswa Berprestasi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Ditutup Besok

Di rumah nenek kakeknya, juga tinggal paman dan bibi yang merupakan anak kakek neneknya, juga ada suami dari bibinya.

Riyan ingin membanggakan kakek nenek juga orangtuanya.

Terlebih ia dibesarkan kakek neneknya yang sehari-hari memulung untuk menghidupinya selama ini.

Riyan menuturkan, tak jarang dirinya membantu memulung di waktu pulang sekolah.

"Kalau sekolah jarang sangu (uang jajan). Nggak pernah jajan. Paling dijajanin sama temen malahan. Ya yang penting saya bisa sekolah," beber Riyan.

Riyan kembali menceritakan, sejak prestasinya semakin banyak di bidang olahraga atletik dan kesibukannya berlatih usai jam sekolah, Riyan diminta kakek neneknya untuk fokus terhadap prestasi dan sekolahnya saja.

"Kata mbah saya fokus saja sama prestasi dan sekolah. Jadi saya hanya bantu beberes rumah untuk meringankan beban Mbah saya," beber Riyan.

Riyan juga bersyukur, berkat ketekunannya banyak prestasi yang berhasil dia torehkan diantaranya juara 1 Kejurda atletik se Lampung Nomor 60 meter tahun 2017, juara 1 Porprov Lampung nomor 60 meter 2017, juara 1 O2SN provinsi Lampung nomor 100 meter 2018, juara 1 Kejurda Lampung atletik nomor 100 meter tahun 2018, juara 3 O2SN tingkat nasional nomor 100 meter 2018, dan juara 3 Jatim Open nomor 100 meter 2018.

Buruan Daftar! Unila Sediakan 1.500-an Kursi untuk Siswa Berprestasi

Dia juga merasa beruntung bertemu orang-orang tepat yang membantunya menemukan prestasinya.

Bahkan dari raihan prestasinya tersebut, kini Riyan sudah memiliki sepeda motor untuk pergi sekolah dan berlatih, bahkan bisa membeli handphone untuk memudahkannya berkomunikasi.

Saat ini dia masih terus berlatih untuk kekompakan tim dan memaksimalkan persiapan dengan jadwal padat demi menghadapi laga di City of Ilagan Sport Complex, Ilagan City Isabela Province, Filipina.

Riyan mengaku terus semangat dan makin termotivasi mengikuti pembekalan di Jakarta sebelum berangkat ke Filipina, meskipun tak jarang merasa lelah karena berlatih sejak pagi hingga sore hari setiap hari.

Riyan ingin menorehkan prestasi membanggakan di ajang internasional yang baru pertama kali diikutinya ini.

Ia memiliki harapan besar untuk menjadi atlet pelatnas dan bisa memberangkatkan haji nenek dan kakeknya dari uang hasil jerih payahnya.

"Biar orangtua kandung saya bisa tau saya, lihat saya, karena saya punya kerinduan yang teramat besar. Pengen dipeluk hangat, bisa merasakan kasih sayang orangtua kayak anak-anak lain. Dikasih semangat pas merasa lemah," tuturnya pelan menahan kerinduannya yang teramat dalam.

Meski Tak Memiliki Kaki, Bocah Asal Jember Ini Tak Minder dan Jadi Siswa Berprestasi

Andre Hari Wibowo, pelatih lari Riyan di Lampung mengaku bangga dengan prestasi demi prestasi yang diraih anak didiknya ini.

Dia berharap mimpi dan keinginan Riyan untuk bertemu orangtuanya bisa segera tercapai.

Menurutnya banyak yang menyayangi Riyan dan menganggapnya seperti anak terutama para ibu guru di sekolah.

"Riyan tetap merindukan orangtuanya. Sekalipun semua guru-guru di sekolah memberikan kasih sayang layaknya ayah dan ibu bagi Riyan. Bahkan saat Riyan mau berangkat ke Jakarta kemarin, pihak sekolah juga guru-guru perempuan banyak yang ngasih pesangon," tutur guru penjaskes di SMA Negeri 1 Bandar Lampung tempat Riyan bersekolah.

Andre berharap Riyan dilirik Pelatnas PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) untuk bisa menjadi tim atlet nasional.

Andre mengenal Riyan saat dia masih sekolah menengah pertama.

"Dulu ketemu Riyan pas dia maen futsal. Masih SMP kelas 3 Riyan waktu itu. Ternyata anak ini punya bakat lari yang luar biasa," jelasnya.

21 Mahasiswa Berprestasi Teknokrat Sambangi Tribun Lampung

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandar Lampung Triyatmo mengaku bangga dengan siswanya Riyan yang mewakili Indonesia untuk lari estafet.

"Kami mendukung penuh, mensupport, dan memotivasi agar Riyan mampu meraih yang terbaik," kata Triyatmo.

Mengenai prestasi akademik di kelas, diakuinya Riyan memiliki prestasi biasa saja. Namun prestasi nonakademiknya luar biasa.

"Dulu masuk SMA N 1 lewat jalur reguler, sempet bayar SPP di kelas X. Sejak naik kelas XI sekolah membebaskan uang sekolahnya karena prestasi nonakademiknya tadi," jelas dia.

Melihat dukungan ekonomi keluarga Riyan yang terbatas, bahkan pihak sekolah mendukung untuk kebutuhan gizi Riyan. Yakni bisa makan siang gratis di kantin sekolah yang pengurusannya dikelola guru.

"Baru sebulan berjalan," ungkap Triyatmo.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved